backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Psikopat

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 02/06/2023

Psikopat

Psikopati merupakan salah satu bentuk gangguan kepribadian. Seorang psikopat digambarkan sebagai orang yang tidak berperasaan dan kurang memiliki empati. Ketahui lebih mendalam mengenai ciri-ciri, penyebab, dan cara mengatasinya berikut ini.

Apa itu psikopat?

Psikopat (psycho) adalah istilah untuk orang yang mengalami psikopati. Ini merupakan gangguan mental yang ditandai dengan kurangnya empati dan perilaku yang buruk.

Gangguan ini mengakibatkan perilaku antisosial pada pengidapnya. Mereka juga cenderung melanggar aturan dan melakukan tindak kriminal, termasuk kekerasan.

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), psikopati adalah bagian dari gangguan kepribadian antisosial atau antisocial personality disorders (ASPD).

Psikopat sering kali memiliki pendidikan atau pekerjaan yang stabil. Mereka pun dapat dengan mudah membangu hubungan dengan orang lain dalam jangka panjang.

Meski demikian, seseorang psycho sebenarnya tidak terlalu peduli dengan perasaan orang lain. 

Karena itulah, banyak di antara mereka yang melakukan hal tidak bermoral, sering berbohong, bahkan berlaku kriminal, tanpa penyesalan dan rasa bersalah.

Tanda dan gejala psikopat

ciri-ciri psikopat

Studi dalam jurnal Frontiers in Psychology (2021) menemukan psikopati memengaruhi sekitar 1,2% dari populasi umum dan lebih banyak dialami oleh pria daripada wanita.

Karakteristik atau ciri-ciri orang psikopat sering kali tersembunyi. Psikopat mungkin bisa terlihat seperti orang-orang pada umumnya dan kerap bergaul dalam masyarakat.

Namun, seiring waktu mereka bisa menunjukkan karakteristik khas dari psikopat seperti berikut.

  • Memiliki kecenderungan untuk bersikap baik, menawan, cerdik, dan pandai berbicara.
  • Percaya diri dan memiliki arogansi tinggi sebagai sosok manusia yang unggul.
  • Mudah merasa bosan dan sulit menjalankan pekerjaannya hingga selesai.
  • Senang akan perilaku antisosial yang membahayakan, seperti menipu, berbohong, merampok, mencuri, dan berkelahi.
  • Tidak merasa peduli akan kerugian, rasa sakit, dan penderitaan korban.
  • Gaya hidup parasit dan ketergantungan pada orang lain, termasuk dalam hal uang.
  • Cenderung mudah marah, tidak sabar, mengancam, agresif, dan mencaci maki.
  • Perilaku seksual yang tidak menentu dan sering kali dianggap abnormal.
  • Tidak mampu mencintai orang lain, termasuk orangtua, pasangan, dan anak sendiri.
  • Sulit bertanggung jawab terhadap kegagalan yang mereka lakukan.

Beberapa hal di atas mungkin bisa menjadi ciri-ciri psikopat pada anak. Tanda tersebut pada umumnya makin memburuk seiring bertambahnya usia.

Karakteristik psikopati memuncak pada usia akhir masa remaja sekitar awal usia 20-an, lalu terkadang membaik dengan sendirinya saat seseorang berusia 40-an.

Penyebab psikopat

Penyebab psikopat belum diketahui pasti. Meski begitu, beberapa faktor di bawah ini berperan dalam menimbulkan gangguan mental ini dalam diri seseorang.

1. Kondisi otak

Penelitian menunjukkan bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan emosi dan empati, yaitu amigdala, mengalami penurunan aktivitas pada orang dengan kepribadian psikopati.

Gangguan fungsi otak ini merusak respons terhadap rangsangan emosional dan pengambilan keputusan. Hal ini membuat psikopat tidak mampu mengontrol emosinya.

Adapun, perbedaan kemampuan otak yang ditemukan masih sering dipertanyakan sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal ini.

2. Genetik

Selain gangguan fungsi otak, faktor genetik juga disebut berperan dalam menimbulkan gangguan mental ini. 

Kelainan genetik yang diturunkan di dalam keluarga membuat seseorang rentan mengalami gangguan kepribadian antisosial, termasuk menjadi psikopat.

3. Trauma psikologis

Trauma akibat pelecehan atau kekerasan pada anak berperan membentuk seorang psikopat.

Masalah kepribadian ini sering kali muncul pada orang dengan lingkungan keluarga yang sulit, seperti orangtua antisosial atau anak yang menjadi saksi KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).

Pola asuh anak yang kurang tepat, seperti orangtua kerap berkata kasar atau menelantarkan anak, juga bisa menyebabkan trauma psikologis.

Psikopat vs sosiopat

Meski terlihat sama, psikopat dan sosiopat punya penyebab yang berbeda. Psikopat cenderung dipengaruhi faktor genetik dan neurobiologis, sedangkan sosiopat dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman masa kecil yang traumatis.

Faktor risiko psikopat

Beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kepribadian psikopati adalah sebagai berikut.

  • Didiagnosis memiliki gangguan perilaku pada anak (conduct disorder).
  • Anggota keluarga dengan gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian, atau gangguan kesehatan mental lainnya.
  • Trauma masa kecil, seperti ditelantarkan atau dilecehkan.
  • Berada di lingkungan keluarga yang tidak stabil, penuh kekerasan, atau mengalami kesulitan saat masih anak-anak.

Diagnosis psikopat

mengatasi psikopat dengan psikolog

Tanda-tanda orang psycho memang sudah dapat dikenali sejak masih anak-anak atau remaja.  

Meski begitu, kondisi ini terkadang tampak mirip dengan gangguan perilaku (conduct disorder), attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), atau oppositional defiant disorder (ODD).

Gangguan kepribadian antisosial dan psikopati umumnya bisa terdeteksi saat dewasa. Namun, mendiagnosis seseorang psikopat cenderung sulit dilakukan.

Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial sebagai berikut ini.

  • Pemeriksaan riwayat medis pribadi dan keluarga, karena umumnya seseorang psycho pernah didiagnosis memiliki gangguan perilaku (conduct disorder) saat kecil.
  • Evaluasi psikologis yang mengeksplorasi pikiran, perasaan, hubungan, pola perilaku, dan riwayat keluarga.
  • Tes khusus untuk menilai ciri-ciri psikopat dari perilaku sampai kemungkinan untuk melanggar norma dan hukum, yaitu Psychopathy Checklist–Revised (PCL-R).

Pengobatan psikopat

Psikopati cenderung sulit diobati. Pasalnya, seseorang dengan gangguan ini cenderung merasa bahwa dirinya tidak membutuhkan perawatan apa pun.

Gangguan mental ini dapat diobati melalui psikoterapi, obat-obatan, atau kombinasi keduanya.

1. Psikoterapi

Pengobatan utama untuk psikopat umumnya berupa psikoterapi. Hal ini dapat membantu orang dengan psikopati memahami kondisi dan mempelajari teknik mengelola gejala.

Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan salah satu jenis psikoterapi yang efektif. Terapis akan membantu orang-orang dengan psikopati untuk mengubah pola pikir dan perilakunya.

Jenis terapi psikologis lain, seperti terapi kelompok dan terapi psikodinamik, juga bisa dilakukan tergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien.

2. Obat-obatan

Selain psikoterapi, obat-obatan mungkin saja diberikan. Namun, perlu diingat bahwa tidak ada satu pun obat yang bertujuan untuk mengobati psikopati. 

Beberapa jenis obat yang dapat dokter resepkan, di antaranya antidepresan, antipsikotik, dan antikonvulsan, tergantung pada gangguan mental lain yang menyertai.

Obat-obatan tersebut berfungsi untuk mengatasi depresi, kecemasan, maupun gejala lainnya yang mungkin muncul.

Jika Anda mengetahui orang terdekat mengalami kondisi ini, ada baiknya segera cari bantuan.

Mintalah bantuan dari ahli kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, untuk mengetahui bagaimana menetapkan batasan, melindungi diri, dan menghadapinya.

Kesimpulan

  • Psikopat digambarkan sebagai orang yang kurang berempati dan punya kontrol perilaku yang buruk sehingga sering kali terlibat dalam tindak kriminal.
  • Psikopati adalah bagian dari gangguan kepribadian antisosial atau antisocial personality disorders (ASPD).
  • Kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, neurobiologis, hingga trauma psikologis.
  • Meski sulit diobati, seorang psikopat bisa mendapatkan psikoterapi dan obat-obatan untuk mengelola gejala yang tidak diinginkan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 02/06/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan