backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Mengenali Gangguan Perilaku pada Anak, Ciri-Ciri dan Penanganannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 17/06/2021

    Mengenali Gangguan Perilaku pada Anak, Ciri-Ciri dan Penanganannya

    Gangguan perilaku pada anak tentu saja membuat orang tua merasa dilema. Semua anak pada dasarnya akan mengalami periode masa nakal, tetapi bagaimana jika kenakalannya berada di luar batas normal? Simak penjelasan berikut mengenai gangguan emosional dan perilaku yang mungkin saja dialami oleh anak Anda.

    Apa itu gangguan perilaku pada anak?

    mengatasi anak manja

    Anak yang mengalami gangguan perilaku disebut juga sebagai anak tunalaras. Ketika mengalami gangguan ini, anak mengalami keadaan emosional yang tidak stabil. Saat berinteraksi dan berada di lingkungan sosial, perilakunya akan sangat mengganggu.

    Ada beberapa ciri yang menggambarkan anak yang mengalami gangguan perilaku, antara lain sebagai berikut.

    1. Tidak mampu belajar

    Tidak mampu belajar atau slow learner mungkin akan dialami oleh anak dengan gangguan perilaku. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor kesehatan seperti cacat indera atau kelainan fisik lainnya. 

    Pada dasarnya memiliki fisiknya baik-baik saja, tetapi yang menghambat adalah keadaan psikologisnya.

    2. Tidak bisa menjalin pertemanan 

    hubungan atau pertemanan dengan teman sebaya, bahkan orangtua dan gurunya di sekolah. Karena perilakunya yang labil, emosional, dan berubah-ubah, anak menjadi individualis karena lingkungannya tidak bisa menerima keadaan tersebut.

    3. Terobsesi terhadap sesuatu

    Jika memiliki kesenangan, ia cenderung terobsesi sehingga nampak tidak wajar. Contohnya, si kecil menyukai boneka beruang, boneka itu akan dibawa kemana-mana, menolak untuk dilepaskan bahkan menjadi kusam dan kotor karena Anda kesulitan untuk mencucinya.

    4. Mood yang berubah-ubah

    Anak yang mengalami gangguan perilaku umumnya menunjukkan mood atau suasana hati yang berubah-ubah secara drastis dan tanpa sebab yang jelas. Mood mudah terganggu atau terdistraksi, tiba-tiba marah, depresi, dan kecewa.

    Beberapa gangguan perilaku pada anak yang perlu Anda waspadai

    Melansir Better Health Channel, beberapa gangguan emosional dan perilaku berikut cukup banyak terjadi pada anak dan memerlukan penanganan khusus.

    1. Oppositional defiant disorder (ODD)

    Satu dari 10 anak di bawah usia 12 tahun dicurigai mengalami gangguan perilaku ini. Anak yang mengalami ODD biasanya dikenal sebagai anak yang suka memberontak. Adapun tanda-tandanya adalah sebagai berikut.

    • Mudah marah, sensitif dan terganggu oleh perilaku orang lain.
    • Sering mengalami temper tantrum yaitu meluapkan emosi dengan menangis kencang, mengamuk, hingga berguling-guling di lantai.
    • Selalu berdebat dengan orang yang lebih dewasa terutama orang tua.
    • Tidak patuh pada aturan.
    • Sengaja mengganggu atau menjahili orang lain.
    • Tidak percaya diri.
    • Sangat mudah frustasi.
    • Menyalahkan orang lain ketika melakukan kesalahan atau menghadapi situasi yang buruk.

    2. Conduct disorder (CD)

    Anak dengan gangguan perilaku ini biasanya disebut sebagai anak yang nakal. Ini karena perbuatannya yang bandel dan susah diatur. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

    Satu dari 3 anak yang mengalami gangguan ini juga mengalami gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) yaitu gangguan fokus dan hiperaktif.

    Anak dengan CD umumnya menunjukkan ciri-ciri berikut.

    • Sering melawan aturan yang ditetapkan oleh orang tua, guru atau pihak berwenang lainnya.
    • Sering membolos.
    • Cenderung merokok dan minum alkohol di usia muda.
    • Mudah tertarik menggunakan narkoba.
    • Kurang rasa empati terhadap orang lain.
    • Agresif terhadap hewan dan orang lain.
    • Menunjukkan perbuatan sadis bahkan cenderung melakukan pelecehan seksual.
    • Gemar mem-bully.
    • Mahir dalam perkelahian.
    • Menggunakan senjata saat berkelahi.
    • Sering berbohong.
    • Melakukan tindakan kriminal atau vandalisme seperti mencuri, sengaja menyulut kebakaran, serta merusak lingkungan dan fasilitas umum.
    • Cenderung melarikan diri dari rumah.
    • Dalam kasus yang langka, anak dengan CD cenderung melakukan bunuh diri.

    Anda sebaiknya tidak menganggap remeh jika anak menunjukkan ciri-ciri tersebut. Pasalnya, 50% anak disinyalir mengalami gangguan ini. Segeralah menanganinya agar tidak menimbulkan kerugian pada diri anak dan orang lain. 

    3. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)

    Sekitar 2% hingga 5% anak diduga mengalami gangguan ini. Adapun kejadian pada anak laki-laki lebih banyak terjadi. Beberapa ciri-ciri ADHD adalah sebagai berikut.

    • Sulit fokus

    Anak dengan gangguan perilaku ADHD biasanya sulit berkonsentrasi, mudah lupa pada instruksi, tidak menyelesaikan tugas sampai tuntas.

    • Impulsif

    Sering melakukan tindakan tanpa mempertimbangkan risikonya sehingga seringkali menyebabkan masalah baik disengaja maupun tidak.

    • Meledak-ledak

    Anak dengan ADHD cenderung “bersumbu pendek” atau dengan kata lain mudah marah dan meremehkan orang lain.

    • Overaktif

    Overaktif dalam hal ini maksudnya adalah sering melakukan gerakan yang berulang seperti menggoyang-goyangkan kaki, meremas-remas tangan, dan terlihat gelisah.

    Faktor risiko gangguan perilaku pada anak

    Penyebab gangguan perilaku seperti ODD, CD dan ADHD di atas masih belum dapat dipastikan. Namun, sejumlah hal berikut dapat menjadi faktor-faktor yang mungkin meningkatkan risikonya.

    1. Jenis kelamin

    Berdasarkan angka kejadiannya, anak laki-laki lebih banyak mengalami gangguan perilaku daripada anak perempuan. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku sosial anak.

    2. Kondisi saat di dalam kandungan dan saat dilahirkan

    Adanya gangguan saat hamil, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah diduga menjadi faktor yang meningkatkan risiko gangguan perilaku pada anak.

    3. Temperamen

    Anak yang sulit mengelola emosinya akan lebih mudah menunjukkan gejala gangguan perilaku sejak dini. Jika tidak segera diatasi, gangguan ini akan berpengaruh pada kepribadiannya.

    4. Riwayat keluarga

    Jika dalam keluarga terdapat riwayat gangguan perilaku, baik itu orang tua, kakek, atau anggota keluarga lainnya mengalami kondisi ini, maka risiko anak Anda mengalami kondisi tersebut juga semakin besar.

    5. Kelemahan intelektual

    Anak dengan disabilitas intelektual dua kali lebih berisiko mengalami gangguan perilaku.

    6. Gangguan perkembangan otak

    Melansir The Royal Children’s Hospital Melbourne, sebuah studi menunjukkan bahwa anak dengan gangguan ADHD mengalami masalah pada area otak yang mengatur konsentrasi.

    Penyebab lain gangguan perilaku pada anak

    disgrafia, gangguan belajar anak susah menulis

    Ketika anak Anda menunjukkan gejala gangguan perilaku, selain mewaspadai faktor-faktor risiko di atas, Anda juga sebaiknya memperhatikan penyebab lain yang mungkin dialami oleh si buah hati.

    1. Anak mengalami masalah kesehatan

    Meskipun umumnya gangguan ini disebabkan oleh faktor kejiwaan, tetapi tidak menutup kemungkinan anak Anda mungkin mengalami masalah pada tubuhnya. Misalnya, alergi terhadap sesuatu, gangguan pendengaran, atau efek samping obat-obatan.

    2. Masalah di sekolah

    Masalah di sekolah kadang terbawa hingga ke rumah. Ketika anak kesulit mengerjakan tugas atau memahami pelajaran juga dapat menimbulkan stres dan tekanan pada mental anak.

    3. Pengaruh narkoba dan alkohol

    Penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak. Sebaiknya Anda tidak lengah sebab usia berapapun dapat terkena masalah ini. Oleh karena itu, perhatikan dan pantau terus lingkungannya.

    4. Perubahan dalam keluarga

    Faktor ini juga merupakan hal yang sangat umum menyebabkan gangguan emosional pada anak Contohnya perceraian atau perpisahan orang tua, cemburu mempunyai adik baru, serta trauma pada kematian seseorang yang berarti.

    Hal yang perlu Anda lakukan untuk menangani gangguan perilaku pada anak

    Sebelum Anda mengambil langkah untuk menangani si buah hati, sebaiknya Anda evaluasi terlebih dahulu situasi dan lingkungan di sekitarnya. Ikuti tips-tips berikut.

    1. Berbicara dengan temannya

    perkembangan anak 6-9 tahun

    Sebaiknya, Anda berbicara dan bertanya pada teman, kerabat atau guru anak Anda di sekolah apakah mereka melihat perilaku yang bermasalah dari anak Anda.

    2. Dampingi anak saat mengalami masa sulit

    Beberapa masa sulit mungkin dialami oleh anak seperti perceraian orang tua atau masalah di sekolah. Anda harus mencari cara demi mendukung anak melalui masa-masa tersebut agar bisa teratasi dengan baik.

    3. Pantau tumbuh kembangnya sesuai usia

    Cari tahu apa saja tahapan perkembangan sosial yang seharusnya dialami oleh anak di usianya. Apakah masalah emosi dan perilaku anak Anda termasuk normal atau tidak? Agar lebih jelas, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau dokter tumbuh kembang.

    Bagaimana penanganan terhadap gangguan perilaku pada anak?

    Bila Anda menyadari si kecil mengalami gangguan emosional dan kepribadian, mungkin ini saatnya melakukan penanganan dengan melibatkan orang yang ahli di bidangnya seperti dokter tumbuh kembang anak, psikolog atau psikiatri.

    Beberapa upaya berikut mungkin akan Anda perlukan.

    1. Terapi perilaku dan kognitif

    Pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi dan penyebab gangguan perilaku pada anak. Para ahli mungkin akan menyarankan terapi khusus, seperti terapi perilaku kognitif yang tujuan untuk membantu anak mengendalikan emosi dan perilakunya.

    2. Menambah wawasan

    Selain penanganan pada anak, orang tua juga perlu menambah ilmu dan wawasan dalam pola asuh. Anda dapat mengikuti seminar atau membaca buku-buku yang berkaitan dengan masalah anak.

    3. Mengubah pola asuh

    Perubahan pola asuh dan komunikasi yang baik dengan anak akan sangat membantu untuk mengatasi masalah perilakunya.

    4. Memberikan obat-obatan

    Bila perlu, dokter atau psikiatri mungkin akan meresepkan obat-obatan tertentu untuk mengendalikan perilaku anak. Ini mungkin dilakukan jika anak melakukan perilaku impulsif yang berisiko membahayakan nyawa atau karena adanya masalah pada tubuh anak.

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 17/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan