Ada kalanya anak terlihat nakal yang kerap membuat orangtua jengkel. Namun, bagaimana jika kenakalannya berada di luar batas normal? Kondisi ini bisa saja menjadi tanda dari gangguan perilaku pada anak yang bisa bikin orangtua dilema.
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Ada kalanya anak terlihat nakal yang kerap membuat orangtua jengkel. Namun, bagaimana jika kenakalannya berada di luar batas normal? Kondisi ini bisa saja menjadi tanda dari gangguan perilaku pada anak yang bisa bikin orangtua dilema.
Simak penjelasan berikut mengenai gangguan emosional dan perilaku yang mungkin saja dialami oleh anak Anda.
Anak yang mengalami gangguan perilaku disebut juga sebagai anak tunalaras.
Ketika memiliki gangguan ini, anak mengalami keadaan emosional yang tidak stabil. Saat berinteraksi dan berada di lingkungan sosial, perilakunya akan sangat mengganggu.
Ada beberapa ciri yang menggambarkan anak yang mengalami gangguan perilaku, antara lain sebagai berikut.
Tidak mampu belajar atau slow learner mungkin akan dialami oleh anak dengan gangguan perilaku. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor kesehatan seperti cacat indera atau kelainan fisik lainnya.
Pada dasarnya, anak dengan kondisi ini memiliki kondisi fisik yang baik-baik saja, tetapi yang menghambat adalah keadaan psikologisnya.
Anak dengan gangguan perilaku cenderung tidak bisa menjalin hubungan atau pertemanan dengan teman sebaya, bahkan orangtua dan gurunya di sekolah.
Perilakunya yang labil, emosional, dan berubah-ubah membuat anak menjadi individualis karena lingkungannya tidak bisa menerima keadaan tersebut.
Jika memiliki kesenangan, ia cenderung terobsesi sehingga tampak tidak wajar. Sebagai contoh, jika si Kecil menyukai boneka beruang, ia akan membawa boneka tersebut ke mana.
Ia menolak untuk melepaskan boneka tersebut, bahkan sampak menjadi kusam dan kotor karena Anda kesulitan untuk mencucinya.
Anak yang mengalami gangguan perilaku umumnya menunjukkan mood atau suasana hati yang berubah-ubah secara drastis dan tanpa sebab yang jelas.
Mood anak cenderung mudah terganggu atau terdistraksi serta bisa tiba-tiba marah, depresi, dan kecewa.
Melansir Better Health Channel, beberapa gangguan emosional dan perilaku berikut cukup banyak terjadi pada anak dan memerlukan penanganan khusus.
Satu dari sepuluh anak di bawah usia 12 tahun dicurigai mengalami gangguan perilaku ini.
Anak yang mengalami ODD biasanya dikenal sebagai anak yang suka memberontak. Adapun tanda-tandanya adalah sebagai berikut.
Anak dengan gangguan perilaku ini biasanya disebut sebagai anak yang nakal. Ini karena perbuatannya yang bandel dan susah diatur. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Satu dari tiga anak yang mengalami gangguan ini juga mengalami ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), yaitu gangguan fokus dan hiperaktif.
Anak dengan CD umumnya menunjukkan ciri-ciri berikut.
Anda sebaiknya tidak menganggap remeh jika anak menunjukkan ciri-ciri tersebut. Pasalnya, 50% anak disinyalir mengalami gangguan ini.
Segeralah menanganinya agar tidak menimbulkan kerugian pada diri anak dan orang lain.
Sekitar 2% hingga 5% anak diduga mengalami gangguan ini. Adapun kejadian pada anak laki-laki lebih banyak terjadi. Beberapa ciri-ciri ADHD pada anak adalah sebagai berikut.
Penyebab gangguan perilaku pada anak seperti ODD, CD dan ADHD di atas masih belum dapat dipastikan.
Namun, sejumlah hal berikut dapat menjadi faktor-faktor yang mungkin meningkatkan risikonya.
Berdasarkan angka kejadiannya, gangguan perilaku lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.
Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku sosial anak.
Adanya gangguan saat hamil, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah diduga menjadi faktor yang meningkatkan risiko gangguan perilaku pada anak.
Anak yang sulit mengelola emosinya akan lebih mudah menunjukkan gejala gangguan perilaku sejak dini. Jika tidak segera diatasi, gangguan ini akan berpengaruh pada kepribadiannya.
Jika dalam keluarga terdapat riwayat gangguan perilaku, baik itu orangtua, kakek, atau anggota keluarga lainnya, maka risiko anak Anda mengalami kondisi tersebut juga semakin besar.
Anak dengan disabilitas intelektual dua kali lebih berisiko mengalami gangguan perilaku daripada yang tidak.
Melansir The Royal Children’s Hospital Melbourne, sebuah studi menunjukkan bahwa anak dengan gangguan ADHD mengalami masalah pada area otak yang mengatur konsentrasi.
Ketika anak Anda menunjukkan gejala gangguan perilaku, selain mewaspadai faktor-faktor risiko di atas, Anda juga sebaiknya memperhatikan penyebab lain yang mungkin dialami oleh si buah hati.
Meskipun umumnya gangguan perkembangan ini disebabkan oleh faktor kejiwaan, tetapi tidak menutup kemungkinan anak Anda mengalami masalah pada fisiknya.
Misalnya alergi terhadap sesuatu, gangguan pendengaran, atau efek samping obat-obatan.
Masalah di sekolah kadang terbawa hingga ke rumah.
Mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau memahami pelajaran di sekolah juga dapat menimbulkan stres dan tekanan pada mental anak.
Penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak.
Sebaiknya Anda tidak lengah pada penyebab yang satu ini. Sebab anak pada usia berapa pun dapat terkena masalah ini. Oleh karena itu, perhatikan dan pantau terus lingkungannya.
Faktor ini juga merupakan hal yang sangat umum yang bisa menyebabkan gangguan emosional pada anak.
Contohnya perceraian atau perpisahan orangtua, cemburu mempunyai adik baru, serta trauma pada kematian seseorang yang berarti.
Bila Anda menyadari si Kecil mengalami gangguan emosional dan perilaku, ada beberapa langkah yang perlu Anda lakukan dalam menghadapi dan mengatasinya.
Menangani kondisi ini mungkin perlu melibatkan orang yang ahli di bidangnya, seperti dokter tumbuh kembang anak, psikolog, atau psikiater.
Beberapa upaya berikut mungkin akan Anda perlukan.
Sebelum Anda mengambil langkah untuk menangani si buah hati, sebaiknya Anda evaluasi terlebih dahulu situasi dan lingkungan di sekitarnya.
Anda bisa berbicara dan bertanya kepada teman, kerabat, atau guru anak Anda di sekolah, apakah mereka melihat perilaku yang bermasalah dari anak Anda.
Saat mengevaluasi, cari tahu juga apa saja tahapan perkembangan sosial yang seharusnya dialami oleh anak di usianya.
Hal ini untuk mengidentifikasi apakah masalah emosi dan perilaku anak Anda termasuk normal atau tidak. Agar lebih jelas, Anda sebaiknya berkonsultasi kepada psikolog atau dokter tumbuh kembang.
Beberapa masa sulit mungkin dialami oleh anak, seperti perceraian orangtua atau masalah di sekolah, yang menjadi penyebab dari kondisi ini.
Sebaiknya Anda mencari cara demi mendukung anak melalui masa-masa tersebut agar bisa teratasi dengan baik.
Jika sudah terdiagnosis mengalami gangguan perilaku tertentu, anak mungkin membutuhkan terapi khusus. Terapi yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi dan penyebabnya.
Para ahli mungkin akan menyarankan terapi khusus, seperti terapi perilaku kognitif yang bertujuan untuk membantu anak mengendalikan emosi dan perilakunya.
Selain penanganan pada anak, orangtua juga perlu menambah ilmu dan wawasan dalam pola asuh.
Anda dapat mengikuti seminar atau membaca buku-buku yang berkaitan dengan masalah anak.
Perubahan pola asuh dan komunikasi yang baik dengan anak akan sangat membantu untuk mengatasi masalah perilakunya.
Bila perlu, dokter atau psikiatri mungkin akan meresepkan obat-obatan tertentu untuk mengendalikan perilaku anak.
Ini mungkin dilakukan jika anak melakukan perilaku impulsif yang berisiko membahayakan nyawa atau karena adanya masalah pada tubuh anak.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar