Anda mungkin pernah mengalaminya. Ketika Anda diserang rasa panik, mendadak Anda bernapas lebih cepat dan dalam. Udara yang masuk ke paru-paru Anda terasa seperti lebih banyak dari biasanya, dan Anda tak dapat menghentikannya. Inilah yang dinamakan hiperventilasi atau napas berlebihan. Apakah ini berbahaya? Ketahui faktanya di bawah ini.
Apa itu hiperventilasi?
Hiperventilasi adalah kondisi saat Anda mengembuskan napas lebih banyak daripada menghirupnya.
Kondisi ini menyebabkan Anda bernapas dengan cepat dan dalam. Itulah mengapa hiperventilasi disebut juga dengan napas berlebihan.
Sistem pernapasan yang sehat biasanya merupakan keseimbangan antara menghirup oksigen dan mengembuskan karbon dioksida.
Akibat kondisi ini, karbon dioksida yang dikeluarkan lebih banyak dari saat kondisi normal. Pada akhirnya, kadar karbon dioksida dalam tubuh menjadi berkurang.
Level rendah tersebut memicu penyempitan pembuluh darah yang memasok darah ke otak.
Ketika hal itu terjadi, maka Anda akan merasa ‘melayang’ dan kesemutan pada jari. Bahkan kasus hiperventilasi yang parah dapat menyebabkan kehilangan kesadaran alias pingsan.
Apa saja gejala yang muncul saat hiperventilasi?
Gejala dari hiperventilasi kemungkinan bertahan selama 20 hingga 30 menit. Gejala tersebut adalah sebagai berikut.
- Merasa cemas, gugup, dan tertekan.
- Sering mendesah dan menguap.
- Anda merasa pengap dan butuh udara tambahan.
- Kadang Anda perlu duduk untuk mendapatkan udara.
- Detak jantung yang berdebar-debar.
- Mengalami masalah yang berhubungan dengan keseimbangan seperti vertigo dan kondisi serasa ‘melayang’.
- Mati rasa atau kesemutan di sekitar mulut.
- Dada terasa sesak, seperti rasa kenyang, dan nyeri.
Anda mungkin tidak menyadari bahwa Anda terkena hiperventilasi, sebab kemunculan gejala tidaklah terlalu sering dan umum dirasakan.
Melansir dari laman Cleveland Clinic, berikut ini beberapa gejalanya.
- Sakit kepala.
- Perut kembung.
- Berkeringat.
- Perubahan penglihatan, seperti buram.
- Anggota tubuh berkedut.
- Kesulitan mengingat,
- Hilang kesadaran.
Apa penyebab napas berlebihan?
Bernapas berlebihan atau hiperventilasi bisa dibilang sebagai bentuk dari serangan panik. Meskipun kasus ini terbilang jarang, siapa pun tetap dapat mengalaminya.
Kondisi hiperventilasi biasanya dipicu oleh rasa panik yang muncul akibat takut, stres, atau fobia. Bagi beberapa orang, kondisi ini menjadi respons atas ekspresi emosional mereka.
Jika kemunculannya sering, mungkin Anda mengidap sindrom hiperventilasi. Penyebab lainnya dapat berupa:
- perdarahan,
- penggunaan dari obat stimulan (obat ini dapat meningkatkan denyut jantung),
- penyakit yang parah,
- kehamilan,
- infeksi pada paru-paru,
- sakit jantung, seperti serangan jantung, dan
- ketoasidosis diabetik (komplikasi gula darah tinggi pada penderita diabetes tipe 1).
Selain itu, hiperventilasi bisa disebabkan oleh asma maupun kondisi setelah mengalami cedera kepala.
Anda juga bisa mengalami napas berlebihan saat Anda pergi ke tempat yang tingginya lebih dari 6.000 kaki.
Bagaimana cara mengatasi hiperventilasi?
Hal yang perlu Anda ingat adalah bahwa hiperventilasi merupakan suatu kondisi, bukan penyakit pada paru-paru.
Namun, jika gejala tersebut datang berulang-ulang, Anda harus memeriksakannya pada dokter, sebab bisa saja itu pertanda dari sindrom hiperventilasi.
Pengobatan yang dilakukan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Contohnya, ketika Anda mengalami napas berlebihan karena stres, maka yang harus diobati adalah stres tersebut.
Dokter juga akan melihat terlebih dahulu apakah gejala tersebut levelnya sedang atau parah.
Begitu juga dengan waktu kemunculannya, apakah sudah mengganggu aktivitas harian Anda, atau masih dapat ditolerir.
Berikut ini beberapa cara mengatasi hiperventilasi yang direkomendasikan.
1. Pengobatan rumahan
Anda dapat mencoba beberapa teknik berikut ini di rumah untuk mengatasi hiperventilasi yang akut.
- Coba bernapas sambil mengerucutkan bibir.
- Bernapaslah ke dalam kantung kertas atau dengan tangan menangkup hidung.
- Coba pernapasan perut, bukan pernapasan dada. Pernapasan perut sering dipakai saat latihan menyanyi, tujuannya agar Anda dapat memiliki napas yang panjang.
- Anda juga bisa mencoba latihan menahan napas selama beberapa detik.
2. Menurunkan stres
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, jika kecemasan atau stres adalah pemicunya, Anda mungkin juga membutuhkan bantuan psikolog.
Psikolog akan mengerti yang mendasari kecemasan dan stres Anda, sehingga bisa menyembuhkan akar permasalahannya. Sebagai langkah awal, Anda bisa mencoba teknik meditasi.
3. Akupunktur
Wah, siapa yang menyangka pengobatan tradisional ini dianggap efektif untuk mengatasi sindrom hiperventilasi?
Sebuah penelitian, sebagaimana dilansir dari NCBI, menyimpulkan bahwa akupunktur memiliki manfaat untuk mengurangi sindrom hiperventilasi dan kecemasan.
4. Obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat, tergantung pada tingkat keparahannya. Berikut ini obat-obat yang mungkin diresepkan.
- Alprazolam (Xanax).
- Doxepin (Silenor).
- Paroxetine (Paxil).
Bagaimana cara mencegah hiperventilasi?
Cara mudah untuk mencegah napas berlebihan adalah dengan latihan pernapasan serta relaksasi, yang dapat berupa meditasi.
Olahraga teratur, seperti berlari dan bersepeda, juga dapat mencegah Anda memiliki napas cepat dan dalam.
Sulit memang untuk tetap tenang dalam keadaan tertentu yang mendesak dan membuat panik, tetapi Anda harus mengingatkan diri sendiri setiap gejala hiperventilasi tersebut muncul.
Lama-lama, otak Anda akan menjadi otomatis mengirim sinyal tenang setiap kali ada keadaan terdesak.
Anda juga bisa berkonsultasi kepada dokter jika ragu apakah gejala yang Anda alami termasuk hiperventilasi serta ingin mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Kesimpulan
- Hiperventilasi adalah kondisi di mana seseorang bernapas lebih cepat dan dalam, mengakibatkan pengeluaran karbon dioksida lebih banyak daripada yang seharusnya.
- Hal ini bisa menyebabkan gejala seperti kecemasan, kesemutan, rasa melayang, sesak dada, hingga kehilangan kesadaran pada kasus yang lebih parah.
- Penyebab hiperventilasi bisa beragam, mulai dari stres, kecemasan, hingga kondisi medis tertentu seperti serangan jantung, asma, atau infeksi paru-paru.
- Untuk mengatasi hiperventilasi, pengobatan bisa melibatkan teknik relaksasi, pernapasan yang tepat, atau terapi psikologis jika disebabkan oleh stres atau kecemasan.
- Dalam kasus yang lebih serius, pengobatan medis atau obat-obatan dapat diperlukan. Pencegahan dapat dilakukan dengan latihan pernapasan, olahraga teratur, dan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.