backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

39

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Trauma Psikologis

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 25/05/2023

Trauma Psikologis

Peristiwa buruk yang terjadi di masa lalu kerap meninggalkan bekas dalam pikiran. Jika Anda kerap merasa takut, cemas, atau tidak nyaman saat teringat akan peristiwa tersebut, bisa jadi Anda mengalami kondisi yang disebut trauma psikologis.

Simak informasi berikut untuk memahami apa itu trauma psikologis, tanda dan gejalanya, hingga pengobatannya.

Apa itu trauma?

Trauma psikologis adalah kondisi yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa buruk yang menimpa diri seseorang.

Saat mengalaminya, Anda mungkin akan tersiksa dengan emosi, ingatan, dan kecemasan yang mengingatkan kepada peristiwa tersebut.

Sebenarnya, ada banyak kejadian yang dapat menyebabkan trauma psikologis, terutama yang mengancam nyawa.

Namun, situasi yang membuat Anda kewalahan terhadap perasaan tertentu (overwhelmed) atau justru merasa terpinggirkan juga dapat menyebabkan kondisi ini. 

Hanya saja, respons tersebut tidak bisa diukur dari kejadian yang dialami, melainkan bagaimana Anda menerima atau menanggapi peristiwa tersebut.

Kondisi kesehatan fisik dan mental, dukungan dari orang terdekat, dan kemampuan diri sendiri untuk menghadapi situasi tersebut dapat memengaruhi reaksi Anda terhadap kejadian traumatis. 

Tanda dan gejala trauma

jenis trauma psikologis

Respons yang muncul dari masing-masing individu terhadap kejadian traumatis bisa sangat berbeda-beda. Oleh sebab itu, gejala yang muncul pun bisa sangat beragam, mulai dari gejala fisik hingga psikologis. 

Berikut adalah beberapa gejala trauma yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya. 

1. Reaksi mental

  • Stres dan cemas.
  • Berkurangnya kemampuan untuk mengingat dan berkonsentrasi. 
  • Sulit menghindari pikiran mengganggu yang berkaitan dengan kejadian traumatis. 
  • Terus-menerus teringat kejadian traumatis tersebut tanpa bisa dikendalikan. 
  • Merasa hilang arah dan disorientasi. 

2. Reaksi emosional 

  • Sangat emosional dan merasa sedih.
  • Muncul rasa takut, panik, dan cemas. 
  • Mati rasa, hingga tak bisa merasakan apa pun. 
  • Mulai mengisolasi diri dan menjauhi semua orang. 
  • Depresi, memiliki perasaan bersalah, dan terlalu sensitif terhadap banyak hal di sekelilingnya. 
  • Terus-menerus merasa waspada karena takut akan ada bahaya lain yang menimpanya. 
  • Shock atau terkejut karena tidak bisa percaya dengan kejadian buruk yang menimpanya. 

3. Reaksi fisik

  • Kelelahan.
  • Gangguan tidur.
  • Mual, muntah, dan pusing.
  • Sakit kepala.
  • Keringat berlebih. 
  • Detak jantung meningkat. 

4. Reaksi perilaku 

  • Berusaha menghindari berbagai hal yang mengingatkan terhadap kejadian traumatis. 
  • Sulit berhenti memikirkan apa yang telah terjadi. 
  • Overprotektif terhadap orang-orang terdekat.
  • Sangat waspada terhadap berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. 
  • Tidak melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. 
  • Perubahan terhadap nafsu makan, seperti makan lebih banyak atau justru lebih sedikit. 
  • Gangguan tidur
  • Takut untuk bepergian karena khawatir akan terjadi sesuatu yang membahayakan dirinya. 
  • Mulai melakukan kebiasaan-kebiasaan tak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau minum kopi secara berlebihan. 

Penyebab trauma

Ada beberapa kejadian yang mungkin menjadi penyebab Anda mengalami trauma. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. 

1. Kejadian yang terjadi hanya satu kali

Jangan salah, meski hanya terjadi satu kali seumur hidup, ada kejadian yang bisa menimbulkan trauma mendalam bagi orang yang mengalaminya. Hal ini termasuk kecelakaan, bencana alam, hingga serangan teroris. 

Hal ini sangat berpotensi menyebabkan reaksi negatif pada diri seseorang, khususnya jika terjadi secara tiba-tiba tanpa diduga dan dialami saat masih anak-anak. 

2. Kejadian yang terjadi terus-menerus

Kejadian yang terjadi terus-menerus juga dapat menimbulkan efek traumatis terhadap orang yang mengalaminya.

Contohnya, tinggal di lingkungan yang penuh dengan tindak kejahatan, pelecehan seksual yang berulang, hingga memiliki penyakit serius dan mematikan.

Mengalami bullying saat remaja atau kekerasan dalam rumah tangga, hingga ditinggalkan oleh orangtua saat masih kecil juga bisa menjadi penyebab dari trauma. 

3. Kejadian yang sering dianggap remeh 

Selain kedua kejadian tersebut, ada pula kejadian yang terlihat sepele, tapi bisa menimbulkan efek traumatis.

Biasanya, banyak orang yang menganggap hal ini wajar terjadi. Apalagi jika banyak orang lain yang mengalaminya tapi tidak merasakan efek trauma. 

Beberapa contohnya yaitu operasi besar, kematian orang terdekat secara mendadak, putus dengan pasangan, serta pengalaman yang memalukan atau mengecewakan. 

Faktor risiko trauma

penyebab anak tidak percaya diri

Pada dasarnya, siapa saja pasti memiliki potensi yang sama besarnya untuk mengalami trauma. Namun, Anda akan semakin rentan mengalaminya jika sedang dalam kondisi tidak stabil. 

Anda juga berisiko lebih besar untuk mengalami trauma berkepanjangan jika pernah mengalami kondisi berikut saat masih kecil. 

  • Tinggal di lingkungan yang tidak aman. 
  • Terpisah dari orangtua. 
  • Mengidap penyakit serius. 
  • Mengalami kekerasan fisik, seksual, dan verbal. 
  • Mengalami kekerasan dalam rumah tangga. 
  • Diabaikan oleh orang-orang terdekat. 

Oleh sebab itu, Anda dianjurkan untuk mencari cara mengatasi trauma meski hal tersebut sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu. 

Dampak trauma berkepanjangan

Trauma adalah hal yang sangat wajar. Trauma psikologis bahkan bisa hilang dengan sendirinya selama ada dukungan dari teman dan keluarga terdekat.

Sayangnya, ada juga trauma yang tergolong parah sehingga bisa menyebabkan gangguan mental dan masalah berikut jika tidak diatasi. 

1. Post-traumatic stress disorder (PTSD) 

Kemungkinan Anda mengalami PTSD sangat tergantung dengan kejadian yang Anda alami, serta bagaimana Anda menerima kejadian tersebut. 

Jika gangguan yang Anda alami terus berlanjut selama lebih dari dua minggu, sebaiknya cari bantuan medis untuk mengatasi kondisi ini. 

2. Depresi

Terus-menerus merasa ketakutan dan dihantui oleh peristiwa traumatis dapat memicu depresi. Apalagi jika Anda sendiri tidak tahu bagaimana cara mengatasi perasaan-perasaan tersebut. 

Saat merasa depresi, akan makin sulit bagi Anda untuk menghadapi trauma itu sendiri. Maka itu, segera periksakan diri ke dokter bila Anda sudah mengalami depresi lebih dari dua minggu. 

3. Gangguan kecemasan

Perasaan cemas, takut, dan panik setelah mengalami peristiwa traumatis adalah hal yang sangat lazim. Bahkan, Anda juga bisa merasakan berbagai gejala fisik. 

Namun, jika rasa cemas sudah berubah menjadi gangguan kecemasan dan mengganggu keseharian Anda, lebih baik cari bantuan medis agar kondisi ini bisa segera diatasi. 

4. Masalah dalam kehidupan sehari-hari

Jika Anda tidak bisa move on dari trauma psikologis dan berbagai emosi negatif yang menyertainya, kehidupan Anda bisa ikut terganggu.

Mungkin performa kerja Anda menurun sehingga menyebabkan masalah dengan atasan atau kolega. Selain itu, ada pula kemungkinan timbulnya masalah dengan pasangan, orangtua, atau teman-teman. 

5. Kecanduan rokok, alkohol, dan obat terlarang

Menurut Phoenix Australia, pusat kesehatan mental pascatrauma di Australia, salah satu efek jangka panjang dari trauma ialah kecanduan alkohol, rokok, hingga obat-obatan terlarang.

Produk-produk tersebut kerap disalahgunakan untuk mengurangi gejala trauma yang muncul. Sayangnya, efek yang singkat hanya akan membuat Anda makin ketergantungan. 

Pengobatan trauma psikologis

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma. Berikut beberapa di antaranya.

1. Psikoterapi

Terapi psikologis alias psikoterapi merupakan salah satu metode yang paling efektif, khususnya jika Anda sudah tidak bisa mengatasi trauma secara mandiri atau dengan bantuan orang terdekat.

Dua contoh psikoterapi yang dapat digunakan ialah terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi somatik (somatic experiencing therapy).

Pada CBT, Anda akan dibantu untuk menerima dan mengevaluasi pikiran dan perasaan Anda terhadap suatu kejadian traumatis.

Sementara pada terapi somatik, Anda akan diajak untuk fokus terhadap sensasi yang dirasakan oleh tubuh terhadap peristiwa penyebab trauma.

Dengan cara tersebut, Anda dapat mengeluarkan energi berupa amarah, kekecewaan, kesedihan yang berkaitan dengan trauma.

2. Penggunaan obat-obatan

Terkadang, penggunaan obat-obatan tertentu dapat membantu mengatasi trauma. Akan tetapi, penggunaan obat ini harus berdasarkan resep dokter, bukan atas keinginan sendiri.

Di samping itu, meski sudah mengonsumsi obat-obatan, dokter tetap harus melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi kesehatan Anda.

Jenis obat-obatan yang digunakan umumnya adalah obat anticemas, obat untuk mengatasi gangguan tidur, dan antidepresan.

Perawatan rumahan untuk mengatasi trauma

tips hidup sehat dengan PPOK

Trauma sebenarnya bisa hilang tanpa bantuan ahli medis, tetapi harus ada kemauan dari diri sendiri untuk terlepas dari trauma yang dialami.

Untuk mengatasi trauma tanpa bantuan ahli medis, berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan.

1. Makan yang teratur

Saat mengalami trauma, Anda mungkin menjadi malas makan dan hanya ingin diam sendiri di dalam kamar. Sayangnya, itu bukan cara yang tepat untuk mengatasi trauma.

Anda tetapi perlu makan teratur dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Tak lupa, hindari berbagai makanan manis atau gorengan untuk membantu meningkatkan suasana hati Anda.

2. Tidur yang cukup

Cobalah untuk selalu tidur tepat waktu agar emosi Anda lebih stabil. Pastikan bahwa Anda sudah cukup tidur, yaitu minimal selama tujuh jam setiap malam.

Di samping itu, cobalah untuk tidur pada waktu yang sama setiap harinya. Ini mungkin bukan hal yang mudah, tapi tidak mustahil asalkan Anda konsisten melakukannya.

3. Rutin berolahraga

Saat aktif bergerak, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati Anda.

Ada banyak pilihan olahraga yang bisa Anda lakukan, mulai dari berenang, jalan kaki, jogging, berlari, hingga bersepeda. Anda bisa memilih jenis olahraga yang paling sesuai dengan kondisi tubuh.

4. Tetap berinteraksi dengan orang lain

Terlalu banyak menghabiskan waktu sendiri justru dapat memperparah efek trauma yang Anda alami. Maka itu, cobalah untuk tetap berinteraksi dengan orang lain.

Berinteraksi dengan banyak orang dapat membantu Anda melalui masa-masa sulit ini. Jadi, untuk menjaga kesehatan mental Anda, sempatkanlah beberapa menit sehari untuk mengobrol dengan orang lain.

Kesimpulan

  • Trauma psikologis muncul akibat peristiwa buruk atau kejadian traumatis di masa lalu.
  • Saat mengalaminya, Anda mungkin akan tersiksa dengan emosi, ingatan, dan kecemasan yang mengingatkan kepada peristiwa tersebut.
  • Gejala yang muncul bisa sangat beragam, mulai dari gejala fisik, emosional, hingga perilaku.
  • Trauma berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan mental seperti PTSD, gangguan kecemasan dan kecanduan.
  • Pengobatannya dapat berupa psikoterapi, penggunaan obat-obatan, atau keduanya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 25/05/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan