backup og meta

Peradangan (Inflamasi)

Peradangan (Inflamasi)

Pasti Anda sering mendengar istilah peradangan atau inflamasi, ‘kan? Ya, peradangan adalah respons alami tubuh yang dapat diakibatkan oleh berbagai hal.

Untuk mengenal lebih jauh mengenai kondisi ini, mari simak ulasan lengkapnya sebagai berikut.

Apa itu peradangan (inflamasi)?

Peradangan atau inflamasi (inflammation) adalah respons alami dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu cedera atau penyakit yang disebabkan virus, bakteri, atau racun tertentu.

Sistem kekebalan akan merespons dengan mengirimkan sel radang dan sitokin (zat yang merangsang lebih banyak sel kekebalan) pada bagian tubuh yang terdampak.

Selanjutnya, sel-sel tersebut akan melakukan mekanisme pertahanan tubuh yang menjebak agen penyebab penyakit dan mulai melakukan proses penyembuhan.

Mekanisme inflamasi sebenarnya bermanfaat bagi tubuh. Namun, inflamasi yang berlebihan dipercaya bisa menyebabkan berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, obesitas, radang sendi, dan psoriasis.

Secara umum, peradangan terbagi ke dalam dua jenis, yakni peradangan akut dan kronis.

  • Acute inflammation. Kondisi ini biasanya terjadi akibat cedera dan infeksi bakteri atau virus. Prosesnya terjadi dengan cepat dan bisa parah.
  • Chronic inflammation. Kondisi ini berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup. Dampak jangka panjang dari berbagai kondisi serius yang menyebabkan perubahan besar pada jaringan, organ, maupun sel tubuh.

Mekanisme peradangan pada tubuh manusia

Ada terdapat banyak sel sistem kekebalan tubuh yang terlibat selama proses inflamasi. Sel-sel tersebut melepaskan zat kimia, seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin.

Ketiga zat tersebut berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah sehingga memungkinkan lebih banyak darah dan sel sistem kekebalan tubuh untuk mencapai jaringan yang terluka.

Mekanisme ini juga bisa menimbulkan sakit dan pembengkakan pada jaringan yang terluka. Hal ini akan secara perlahan menghilang selama proses penyembuhan.

Dalam kondisi tertentu, terkadang tubuh keliru menganggap sel atau jaringan tubuh yang sehat sebagai ancaman, seperti halnya paparan virus, bakteri, atau racun.

Sebagai akibatnya, zat kimia yang dilepaskan bisa mengiritasi bagian tubuh tersebut. Reaksi ini dalam jangka waktu tertentu bisa menyebabkan penyakit autoimun.

Seberapa umumkah kondisi ini ?

Peradangan adalah penyebab dari beragam masalah kesehatan, seperti diabetes melitus dan penyakit jantung. Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian RI tahun 2018 menyebutkan bahwa kedua penyakit ini menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Tanda dan gejala peradangan

Gejala peradangan yang dirasakan pada setiap orang dapat berbeda-beda, tergantung kondisi yang menyebabkannya.

Inflamasi yang disebabkan oleh cedera bisa bertahan beberapa hari dan bulan. Gejala yang biasanya tampak pada area radang meliputi:

  • kemerahan, 
  • nyeri dan lebih sensitif, 
  • pembengkakan
  • rasa hangat bila disentuh, 
  • kaku dan memar, hingga 
  • hilangnya kemampuan untuk bergerak (mobilitas). 

Sementara itu, inflamasi yang terjadi akibat infeksi virus dan bakteri kerap kali menyebabkan tubuh kelelahan. Pasalnya, tubuh Anda menghabiskan energi untuk menyembuhkan diri.

Gejala ini bisa bertahan beberapa minggu atau lebih bila bertambah parah. Tanda dan gejala yang bisa menyertai inflamasi akibat penyakit infeksi meliputi:

  • demam
  • mual, 
  • mengantuk, 
  • pilek, 
  • sakit tenggorokan, 
  • hidung tersumbat, 
  • sakit kepala, dan 
  • perubahan suasana hati.

Meski bersifat ringan, peradangan akibat penyakit infeksi terkadang dapat berujung dengan komplikasi parah, seperti septikemia atau keracunan darah.

Oleh sebab itu, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter bila mengalami gejala seperti di atas.

Penyebab peradangan

Berikut beberapa kondisi yang bisa menyebabkan inflamasi di dalam tubuh Anda.

1. Infeksi

Peradangan terjadi saat tubuh gagal dalam menghilangkan agen yang menyebabkan infeksi (patogen), seperti bakteri Mycobacterium tuberculosis, protozoa, jamur, atau parasit.

Agen tersebut bisa melawan sistem kekebalan pada tubuh inang dan tetap berada di dalamnya. Jika inflamasi berlangsung dalam waktu lama, kondisi inilah yang disebut inflamasi kronis.

2. Paparan iritan (zat pemicu iritasi)

Peradangan kronis mungkin juga disebabkan oleh paparan tingkat rendah dari iritan atau bahan asing tertentu yang tidak dapat dihilangkan oleh tubuh.

Salah satu contohnya ialah paparan bahan kimia industri, misalnya debu silika, yang seseorang hirup dalam jangka waktu lama.

3. Gangguan autoimun

nyeri sendi akibat inflamasi

Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menganggap jaringan normal tubuh sebagai ancaman. Serangan pada jaringan sehat inilah yang menimbulkan peradangan.

Beberapa jenis penyakit autoimun yang paling umum terjadi antara lain rheumatoid arthritis (RA), lupus eritematosus sistemik (SLE), dan psoriasis.

Peradangan berulang juga bisa dialami oleh pengidap penyakit auto-inflamasi. Kondisi ini lebih disebabkan oleh perubahan pada gen tertentu.

Selain itu, orang yang tidak pulih sepenuhnya dari peradangan akut kemungkinan juga dapat mengalami peradangan kronis yang butuh penanganan serius.

Faktor risiko peradangan

Siapa pun bisa mengalami inflamasi. Namun, orang-orang dengan kondisi berikut memiliki risiko yang lebih tinggi.

  • Jarang bergerak. Senyawa anti-inflamasi akan mengalir saat otot-otot bergerak. Orang yang jarang bergerak lebih berisiko mengalami peradangan, terutama ketika berusia lanjut.
  • Obesitas. Berat badan berlebih dan obesitas memungkinkan adanya lemak ekstra pada bagian perut. Lemak bisa mempercepat pelepasan senyawa inflamasi yang merusak jaringan.
  • Pola makan tertentu. Diet tinggi lemak jenuh, lemak trans, dan gula rafinasi membuat risiko inflamasi meningkat, terutama pada orang yang kelebihan berat badan.
  • Punya kebiasaan merokok. Kebiasaan buruk ini bisa menurunkan produksi zat anti-inflamasi sehingga kerusakan tubuh lebih mudah terjadi.
  • Pertambahan usia. Bertambahnya usia bisa meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada tubuh.
  • Stres dan kurang tidur. Kerusakan pada sel tubuh berkaitan erat dengan dampak stres dan insomnia yang terjadi secara terus-menerus.
  • Hormon seks yang rendah. Kadar hormon estrogen dan testosteron di bawah normal bisa memicu inflamasi.

Diagnosis peradangan

tes untuk dermatitis kontak

Untuk menegakkan diagnosis peradangan pada tubuh, umumnya dokter akan meminta Anda untuk menjalani beberapa tes kesehatan di bawah ini.

  • Tes darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kadar protein CRP yang diproduksi hati ketika terjadi inflamasi serta tingkat pengendapan sel darah merah.
  • Tes pencitraan. Pemeriksaan radiologi, seperti MRI, CT scan, atau USG dapat menunjukkan area yang meradang dan memperlihatkan masalah kesehatan yang terjadi.

Pengobatan peradangan

Beragam penyakit bisa menimbulkan inflamasi. Maka dari itu, pengobatan akan disesuaikan dengan gangguan kesehatan yang dialami oleh pasien.

Contohnya, pemberian obat antidiabetes ditujukan kepada pasien diabetes dan obat jantung untuk penyakit kardiovaskular. Dokter juga bisa meresepkan antibiotik untuk pasien yang terserang infeksi bakteri.

Selain itu, ada pula  beberapa pilihan obat yang umum digunakan untuk mengatasi peradangan di dalam tubuh.

1. NSAID

Obat antiradang nonsteroid (nonsteroidal anti-inflammatory drug/NSAID) membantu meredakan inflamasi serta gejala yang menyertainya, seperti nyeri dan demam.

Dokter umumnya meresepkan obat NSAID seperti asam asetilsalisilat (aspirin) dan ibuprofen.

2. Kortikosteroid

Untuk meredakan peradangan, dokter juga bisa memberikan obat kortikosteroid dalam bentuk oral (minum), topikal (oles), maupun suntikan.

Jenis obat ini berfungsi mengurangi inflamasi dan reaksi kekebalan tubuh yang berlebih. Obat ini juga menjaga agar kerusakan jaringan tidak bertambah parah.

Selain dari obat dokter, Anda juga dapat meringankan kondisi ini dengan perawatan alami di rumah, misalnya dengan menggunakan kompres dingin atau hangat.

Beberapa pasien mungkin dianjurkan untuk menjalani diet anti-inflamasi agar gejala yang mereka alami tidak bertambah parah. 

Perubahan gaya hidup menyeluruh juga sebaiknya dilakukan pada pengidap inflamasi kronis.

Pencegahan peradangan

Anda bisa mengurangi risiko terkena peradangan kronis dengan melakukan perbaikan gaya hidup melalui langkah-langkah berikut.

  • Rutin olahraga setidaknya tiga sampai lima kali per minggu.
  • Menjaga pola makan agar berat badan tetap terkendali.
  • Berhenti merokok dan menghindari asap rokok di sekitar Anda.
  • Tidur yang cukup dan belajar untuk mengelola stres.

Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai kondisi ini, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik atas masalah Anda.

Kesimpulan

  • Peradangan atau inflamasi adalah respons alami dari sistem kekebalan tubuh terhadap cedera atau penyakit.
  • Kondisi ini terbagi dalam dua jenis, yakni peradangan akut dan peradangan kronis.
  • Peradangan tidak selalu butuh pengobatan, sebab ini merupakan bagian alami dari proses penyembuhan yang akan hilang dalam beberapa hari.
  • Namun, dokter juga akan meresepkan pengobatan tertentu untuk mengatasi masalah kesehatan yang mendasari timbulnya peradangan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hasil Utama Riskesdas 2018. (2019). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan – Kementerian Kesehatan RI. Retrieved February 8, 2023, from https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf

Inflammation: What is it, Causes, Symptoms & Treatment. (2021). Cleveland Clinic. Retrieved February 8, 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/21660-inflammation

What is inflammation? (2021). Harvard Health. Retrieved February 8, 2023, from https://www.health.harvard.edu/heart-disease/ask-the-doctor-what-is-inflammation

Autoinflammatory Diseases. (2021). National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Retrieved February 8, 2023, from https://www.niams.nih.gov/health-topics/autoinflammatory-diseases

What is inflammation? (2022). InformedHealth.org. Retrieved February 8, 2023, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279298/

Pahwa R, Goyal A, Jialal I. (2022). Chronic Inflammation. StatPearls Publishing. Retrieved February 8, 2023, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493173/

Furman, D., Campisi, J., Verdin, E., Carrera-Bastos, P., Targ, S., Franceschi, C., Ferrucci, L., Gilroy, D. W., Fasano, A., Miller, G. W., Miller, A. H., Mantovani, A., Weyand, C. M., Barzilai, N., Goronzy, J. J., Rando, T. A., Effros, R. B., Lucia, A., Kleinstreuer, N., & Slavich, G. M. (2019). Chronic inflammation in the etiology of disease across the life span. Nature medicine, 25(12), 1822–1832. https://doi.org/10.1038/s41591-019-0675-0

Versi Terbaru

21/02/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

3 Ciri Kista Tumbuh Lagi setelah Operasi, Bagaimana Bisa?

4 Penyebab di Balik Perikarditis, Peradangan pada Selaput Jantung


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 21/02/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan