backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Cedera Saat Olahraga, Lebih Baik Kompres Panas atau Dingin?

Ditinjau secara medis oleh dr.Ratna Annisa Noor Fitria, MARS, Sp.KO · Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi · Klinik Utama Medifiit


Ditulis oleh Priscila Stevanni · Tanggal diperbarui 21/06/2022

    Cedera Saat Olahraga, Lebih Baik Kompres Panas atau Dingin?

    Cedera mungkin saja terjadi saat berolahraga. Sebagai pertolongan pertama, pada umumnya kita akan mengompres bagian yang cedera. Ada dua metode kompres untuk cedera saat olahraga, yakni kompres hangat dan dingin. Manakah metode yang tepat sesuai dengan kondisi cedera Anda?

    Kapan sebaiknya kompres hangat saat cedera?

    Kompres hangat umum digunakan saat demam dan bisa membantu mengelola nyeri, memar, atau keseleo. Namun, kompres hangat bukan untuk cedera akut atau yang baru terjadi

    Walau bisa mengurangi rasa nyeri, kompres hangat tidak boleh Anda gunakan pada luka terbuka, luka bengkak yang baru, atau cedera yang berlangsung kurang dari 48 jam.

    Hal ini malah memperburuk kondisi luka akibat penumpukan cairan pada lokasi yang cedera dan meningkatkan nyeri. 

    Mengutip University of Rochester Medical Center, kompres hangat bisa mengalirkan lebih banyak darah di area yang mengalami kekakuan sendi dan kejang otot.

    Suhu hangat dapat memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah dan suplai oksigen lebih mudah mencapai daerah yang sakit.

    Jadi, efek kompres hangat membantu relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat cedera otot atau sendi yang sudah berlangsung lama (kronis).

    Kompres dengan suhu hangat juga akan mengurangi kekakuan dan meningkatkan rentang gerak bagian tubuh yang nyeri.

    Beberapa kondisi lain juga bisa Anda redakan dengan bantuan kompres hangat, antara lain: 

  • nyeri dan kekakuan akibat arthritis,
  • kejang leher akibat sakit kepala,
  • nyeri otot atau sendi kronis,
  • kram atau ketegangan otot, dan
  • tendinosis, nyeri tendon dalam jangka panjang (hanya setelah peradangan reda).
  • Orang yang memiliki kondisi tertentu, seperti diabetes, infeksi kulit, penyakit pembuluh darah, multiple sclerosis, dan trombosis vena dalam, sebaiknya menghindari kompres hangat. 

    Jika ragu, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu ke dokter Anda sebelum menggunakan kompres hangat.

    Bagaimana cara melakukan kompres hangat?

    bantal pemanas kompres hangat

    Kompres hangat untuk cedera otot olahraga bisa Anda berikan dengan:

    • handuk yang direndam dalam air hangat,
    • botol berisi air hangat, atau
    • bantal pemanas yang khusus dirancang untuk mengompres. 

    Suhu yang digunakan untuk mengompres juga harus Anda perhatikan agar tidak terlalu panas.

    Sebaiknya, lakukan kompres hangat dengan suhu sekitar 40 – 50 °Celcius. 

    Biasakan untuk tidak mengompres lebih dari 15 menit, kecuali jika Anda mendapat saran dari dokter.

    Pastikan pula Anda tidak langsung meletakkan sumber panas ke kulit karena hal ini dapat menyebabkan iritasi.

    Kapan sebaiknya kompres dingin saat cedera?

    Kompres dingin termasuk dalam terapi dingin atau cryotherapy. Metode ini jadi solusi paling sederhana untuk mengelola rasa sakit dan bengkak.

    Untuk cedera olahraga, kompres dingin biasa dipakai untuk mengobati area yang bengkak atau memar. 

    Kompres dingin biasa digunakan untuk cedera akut yang terjadi dalam 24 – 48 jam setelah terjadinya cedera. Tujuan kompres dingin berkebalikan dengan kompres hangat.

    Kompres dengan suhu rendah merangsang penyempitan pembuluh darah dan memperlambat aliran darah yang menuju ke area cedera. 

    Efek kompres dingin tersebut membantu meredakan peradangan (inflamasi) dan kerusakan pembuluh darah akibat cedera atau keseleo.

    Es atau air dingin dapat menurunkan aliran darah ini dan menyebabkan berkurangnya zat-zat perangsang inflamasi, sehingga dapat mengurangi bengkak dan nyeri.

    Kompres dingin untuk cedera ini juga mengurangi kejang atau nyeri otot pada sekitar area cedera.

    Secara umum, kompres dingin bisa Anda lakukan untuk mengatasi jenis cedera olahraga seperti:

  • keseleo atau terkilir, terbentur, dan memar,
  • tendinitis, peradangan pada tendon (jaringan ikat antara otot dan tulang), 
  • bursitis, peradangan pada kantong pelumas (bursae) pada bahu, siku, pinggul, lutut, atau kaki, dan
  • nyeri sendi akibat asam urat.
  • Kapan tidak boleh kompres dingin?

    • Saat persendian atau otot terlalu kaku.
    • Memiliki gangguan saraf sensorik.
    • Mengalami gangguan sirkulasi darah atau penyempitan pembuluh darah.
    • Punya komplikasi diabetes yang merusak saraf sehingga mengurangi sensitivitas (mati rasa).

    Bagaimana cara melakukan kompres dingin?

    ice pack kompres dingin

    Pemberian kompres dingin untuk cedera, seperti keseleo dan memar, dapat menggunakan es, kantong gel, atau handuk yang dibasahi air dingin.

    Bungkus es untuk kompres terlebih dulu dengan handuk agar suhu dingin tidak menyentuh kulit secara langsung agar tidak merusak kulit Anda. 

    Sama seperti pada kompres hangat, sebaiknya Anda tidak menempelkan kompres dingin lebih dari 15 menit.

    Angkat kompres setelah 15 menit dan berikan jeda selama 2 jam sebelum kemudian mulai mengompres lagi.

    Berhenti melakukan kompres dingin jika Anda mengalami mati rasa pada kulit area pengompresan.

    Jika memiliki penyakit jantung, hindari menggunakan kantong es pada bahu kiri, atau bagian depan dan samping leher.

    Apabila kompres dingin tidak membantu menghilangkan rasa sakit dan nyeri Anda, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

    Perbedaan kompres panas dan dingin untuk cedera

    Kompres dingin dan hangat memiliki manfaat tersendiri dalam perawatan cedera beberapa jenis olahraga.

    Kompres dingin lebih cocok untuk bengkak, memar, atau keseleo yang sifatnya baru terjadi, atau selama 24 – 48 jam pertama.

    Sementara itu, kompres panas berguna meredakan nyeri yang sudah berlangsung lama (kronis).

    Walau berbeda manfaat, cara melakukan kedua metode kompres ini hampir sama.

    Penting bagi Anda untuk menghindari suhu yang terlalu ekstrem, baik terlalu panas atau terlalu dingin saat melakukan kompres.

    Hindari juga kontak langsung antara kulit dan sumber panas atau dingin. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr.Ratna Annisa Noor Fitria, MARS, Sp.KO

    Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi · Klinik Utama Medifiit


    Ditulis oleh Priscila Stevanni · Tanggal diperbarui 21/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan