Pernahkah Anda diresepkan obat diuretik? Mungkin jenis obat ini terdengar asing bagi beberapa orang, termasuk Anda. Penasaran, untuk apa obat diuretik ini dan apa saja efek samping yang bisa muncul? Simak penjelasannya di bawah ini.
Apa fungsi obat diuretik?
Obat diuretik yang dikenal juga sebagai pil air adalah obat yang dirancang untuk mengurangi penumpukan cairan tubuh melalui urin.
Pada dasarnya ada 3 jenis diuretik di dalam resep. Obat diuretik seringnya diresepkan untuk menurunkan tekanan darah. Obat ini akan mengurangi jumlah cairan di pembuluh darah Anda dan ini membantu menurunkan tekanan darah Anda.
Selain itu, bisa juga digunakan dalam kondisi lain, yakni mengobati pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki bagian bawah, penumpukan cairan di perut akibat kerusakan hati, atau kanker tertentu, dan kondisi mata seperti glaukoma.
Obat diuretik juga dapat digunakan untuk menangani gangguan jantung kongestif. Misalnya, kondisi jantung ini membuat tubuh tidak dapat memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Alhasil, ini menyebabkan adanya penumpukan cairan di tubuh Anda yang disebut edema.
Obat diuretik yang akan mengurangi segera penumpukan cairan ini.
Jenis obat diuretik
Ada 3 jenis obat diuretik yakni tiazid, loop dan potassium-sparing diuretic. Semua jenis obat ini pada umumnya bekerja dengan prinsip yang sama yakni membuat tubuh Anda mengeluarkan lebih banyak cairan sebagai urine.
Diuretik tiazid
Obat jenis ini adalah obat yang paling sering diresepkan oleh dokter. Obat jenis ini paling sering digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Obat-obatan jenis ini tidak hanya mengurangi cairan dalam tubuh saja tapi juga menyebabkan pembuluh darah menjadi rileks. Contoh obat-obatan jenis tiazid yakni:
- chlorothiazide
- chlorthalidone
- hydrochlorothiazide
- metolazone
- indapamide
Diuretik loop
Obat jenis ini seringnya diresepkan untuk mengobati kasus gagal jantung. Contoh obat-obatan ini adalah:
- torsemide
- furosemide
- bumetanide
- ethacrynic acid
Diuretik Potassium-sparing
Obat diuretik jenis ini dapat mengurangi jumlah cairan yang menumpuk dalam tubuh tanpa menghilangkan kalium, dan zat gizi penting lainnya. Ini bedanya jenis diuretik ini dengan yang lainnya.
Pada jenis obat diuretik lain, selain tingkat cairan Anda yang akan dikurangi begitupun dengan kadar kaliumnya. Obat diuretik jenis ini diresepkan untuk orang yang berisiko memiliki kadar kalium rendah, seperti mereka yang minum obat-obatan lain dengan efek samping menguras kadar kalium dalam tubuhnya.
Obat jenis ini sebenarnya tidak membantu menurunkan tekanan darah, maka itu biasanya jika memang mengalami tekanan darah juga, dokter akan memberikan obat tekanan darah yang lainnya, tidak bergantung pada obat jenis ini. Contoh diuretik ini adalah:
- amiloride
- spironolactone
- triamterene
- eplerenone
Apakah obat diuretik memiliki efek samping yang berbahaya?
Setiap obat memang akan memiliki efek samping. Namun tentunya tingkat keparahan efek sampingnya akan berbeda-beda.
Efek samping ringan
- Terlalu sedikit kalium dalam darah
- Terlalu banyak kalium dalam darah (efek samping potassium-sparing diuretic)
- Kadar natrium rendah
- Sakit kepala
- Pusing
- Haus
- Gula darah meningkat
- Kram otot
- Peningkatan kolesterol
- Ruam kulit
- Haus
- Diare
Efek samping yang berat
- Reaksi alergi
- Gagal ginjal
- Detak jantung tidak teratur
Apakah semua orang bisa minum obat diuretik?
Tidak semua orang bisa diberikan obat diuretik. Bagi orang yang mengalami kesulitan buang air kecil obat ini tidak disarankan. Sebab, obat diuretik akan membuat Anda mengeluarkan urine lebih banyak, sedangkan jika ada masalah pada saluran pembuangan air kecil ini justru menambah masalah baru.
Selain itu, ada beberapa kondisi yang juga tidak menyarankan untuk menggunakan obat diuretik, yakni:
- Mengalami penyakit hati atau ginjal yang parah
- dehidrasi parah
- Memiliki detak jantung yang tidak teratur
- Berada di trimester ketiga atau telah mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan
- Usia di atas 65 tahun atau lebih tua
- Memiliki penyakit asam urat
- Memiliki detak jantung yang tidak teratur
- Mengalami alergi terhadap obat sulfa, seperti Septra dan Bactrim
- Sudah pernah meminum obat yang merusak pendengaran seperti obat kanker, obat salisilat, atau obat aminoglycosides.
Jika Anda termasuk dalam salah satu kondisi di atas, segera beri tahu dokter Anda sebelum meminum obat diuretik.
Interaksi obat yang bisa terjadi
Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat diuretik. Maka itu, pastikan ulang dengan dokter atau apoteker Anda untuk memastikan kalau Anda tidak mengonsumsi lebih dari satu diuretik sekaligus. Kecuali, memang dalam kasus tertentu yang dilakukan di bawah pengawasan dokter.
Selain itu, sebaiknya jangan minum obat jenis loop diuretik jika sedang menggunakan obat Tikosyn (Defetilide).
Pastikan untuk memonitor kadar kalium Anda dengan hati-hati jika Anda menggunakan diuretik thiazide dan loop ataupun obat lain yaitu digoxin. Perlu juga ada penyesuaian mengenai dosisi insulin dan obat diabetes, terhadap penggunaan obat diuretik Anda.
Beritahu juga ke dokter Anda jika Anda sedang mengonsumsi obat menstabilkan mood yaitu lithium Beritahu dokter Anda juga jika Anda mengonsumsi obat apapun yang menyebabkan Anda merasa dehidrasi untuk menyesuaikan dosisnya.
[embed-health-tool-heart-rate]