Pewarna makanan dapat mempercantik tampilan makanan atau minuman. Namun, ada beberapa pewarna makanan yang dilarang untuk dikonsumsi. Ketahui apa saja jenis pewarna makanan berbahaya yang harus Anda hindari.
Pewarna makanan yang dilarang
Tidak semua makanan atau minuman yang berwarna ternyata aman dikonsumsi. Berikut ini sederet daftar pewarna makanan yang berbahaya.
1. Auramin
Pewarna auramin biasanya berbentuk bubuk dengan warna kuning cerah yang mudah larut dalam air dan termasuk pewarna makanan yang dilarang.
Auramin sering digunakan sebagai bahan pewarna kain berbahan kulit, cat, bolpen, lilin, hingga kertas karbon.
Penelitian dalam jurnal International Agency for Research on Cancer (2012) menunjukkan adanya hepatoma (kanker hati) pada hewan uji yang diberikan auramin secara oral.
Selain itu, jurnal yang sama juga menyebutkan risiko terkena tumor kandung kemih meningkat 13 kali lipat pada pekerja yang terlibat dalam pembuatan auramin.
2. Rhodamin B
Menurut situs Direktorat Standardisasi Pangan Olahan Indonesia, rhodamin B tergolong sebagai pewarna yang bersifat karsinogenik atau berisiko memicu kanker.
Biasanya pewarna ini digunakan sebagai zat warna tekstil, sabun, plastik, dan kayu sehingga sebaiknya Anda menghindari risiko menelan rhodamin B.
Jika mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna yang dilarang ini, rhodamin B dapat diserap di saluran pencernaan dan menumpuk dalam lemak.
Akibatnya hati bekerja lebih keras mentralisasi zat berbahaya ini.
Paparan rhodamin B jangka panjang dapat mengganggu fungsi hati dan meningkatkan risiko kanker hati.
3. Metanil yellow
Pewarna makanan yang dilarang berikutnya adalah metanil yellow yang memiliki warna kuning kecokelatan.
Zat pewarna ini umumnya dimanfaatkan untuk memberikan warna pada tekstil, cat, kertas, dan benda berbahan kulit hewan.
Makanan atau minuman yang dicampur dengan pewarna ini biasanya terlihat lebih cerah dan mencolok, dan terkadang tidak rata.
Namun, paparan metanil yellow dalam jumlah besar dapat mengakibatkan masalah pencernaan seperti muntah dan diare.
Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, zat pewarna ini dapat menyebabkan masalah sistem saraf dan kanker kandung kemih.
4. Black 7984
Pewarna makanan berbahaya yang juga perlu dihindari adalah Black 7984.
Dulunya, pewarna ini sering digunakan dalam bahan pembuatan kosmetik atau produk kecantikan.
Namun, mengingat bahaya pewarna makanan buatan ini, penggunaannya di Eropa dan Amerika telah dihentikan bahkan sejak tahun 1984.
Paparan zat pewarna ini dapat mengakibatkan munculnya reaksi alergi hingga intoleransi aspirin.
Selain itu, zat pewarna ini dapat membebaskan histamin, yaitu senyawa tubuh yang merespons alergi, sehingga dapat memperburuk kondisi asma.
5. Allura red
Pewarna allura red alias Red 40 mengandung benzidin, yang disinyalir bersifat karsinogen atau pemicu kanker.
Di restoran cepat saji, allura red sering digunakan sebagai campuran bahan pembuatan es krim, gelato, jus, kue, dan makanan manis lainnya.
Tidak hanya itu, pewarna ini terkadang menjadi kandungan tersembunyi dalam minuman ringan dan permen.
Menurut jurnal Frontiers in Microbiology (2016), mengonsumsi terlalu banyak zat pewarna ini dapat mengakibatkan alergi, mual, intoleransi makanan, penyakit jantung, hingga kerusakan otak.
6. Sunset yellow
Sunset yellow alias Yellow 6 banyak digunakan sebagai bahan pembuatan kosmetik dan farmasi.
Namun, zat pewarna ini dicurigai bisa menyebabkan tumor testis dan adrenal.
Menurut Journal of Veterinary Research(2020), paparan berlebihan terhadap pewarna ini dapat memicu kondisi hiperaktif pada anak-anak, kelainan kromosom, dan reaksi alergi.
Selain itu, pewarna ini menyebabkan reaksi alergi dan asma bertambah parah.
Oleh karena itu, Anda sebaiknya menghindari pewarna makanan berbahaya ini.
7. Biru berlian
Umumnya biru berlian terkandung dalam permen, camilan, produk pembersih gigi dan mulut, hingga makanan yang warnanya tidak biru sekalipun.
Pewarna biru berlian dapat menembus sawar darah otak. Sawar darah otak sendiri adalah pelindung yang bertugas untuk menghalangi masuknya zat-zat berbahaya ke dalam otak.
Pewarna biru berlian juga dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan sel-sel saraf dan kanker, kerusakan kromosom, reaksi alergi, dan perubahan perilaku.
Hal inilah yang menyebabkan biru berlian termasuk dalam pewarna makanan yang dilarang.
8. Yellow 5
Yellow 5 yang juga dikenal sebagai tartrazine berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan reaksi alergi parah dan merusak sistem informasi sel.
Pada anak-anak, zat pewarna ini diketahui dapat menghambat penyerapan zinc sehingga menyebabkan gangguan tumbuh-kembang dan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, bahaya pewarna makanan buatan jangka panjang ini berpotensi melemahkan memori atau daya ingat, serta menurunkan kemampuan untuk konsentrasi.
Pewarna makanan yang dilarang ini sering dikombinasikan dengan pewarna biru berlian (Blue 1) untuk menghasilkan warna hijau.
9. Citrus Red No. 2
Pewarna makanan yang dilarang selanjutnya adalah citrus red 2 yang memiliki variasi warna oranye hingga merah tua.
Pewarna ini tidak dapat larut dalam air sehingga memerlukan pelarut organik untuk mendapatkan warna yang diinginkan.
Penggunaan zat warna ini dalam kadar rendah mungkin tidak perlu Anda khawatirkan.
Namun, paparan Citrus Red 2 dalam jangka panjang dapat berpotensi memicu timbulnya kanker.
Situs BPOM memasukkan Citrus Red 2 ke dalam daftar pewarna makanan berbahaya yang perlu dihindari.
10. Scarlet GN
Di balik namanya yang indah, ternyata terpapar zat aditif pewarna makanan ini dapat mengancam kesehatan.
Zat pewarna Scarlet GN dulunya pernah digunakan sebagai pewarna makanan.
Karena adanya potensi karsinogenik, pewarna ini menjadi salah satu yang dilarang untuk dicampurkan ke dalam makanan.
Dalam kadar tertentu, Scarlet GN masih digunakan dalam bahan pembuatan obat dan produk kecantikan.
Cek kandungan pewarna
Selalu cek informasi bahan melalui label kemasan makanan dan produk kecantikan untuk menghindari kandungan zat pewarna berbahaya.
11. Violet B6
Sesuai namanya, zat pewarna makanan Violet B6 dapat memberikan warna keunguan pada bahan tekstil, cat, dan tinta.
Pewarna makanan berbahaya ini bisa bersifat karsinogenik, artinya dapat memicu kanker.
Meski penggunaannya pada makanan sudah dilarang, Anda tetap perlu waspada dengan penyalahgunaan yang dilakukan oleh pihak tak bertanggung jawab.
Nah, setelah mengetahui daftar pewarna makanan yang dilarang, ada baiknya bila Anda lebih memilih makanan dan minuman yang mengandung pewarna alami.
[embed-health-tool-bmi]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Color Additive Status List. (2021). Retrieved 8 November 2022, from https://www.fda.gov/industry/color-additive-inventories/color-additive-status-list
Nugraha, R. (2016). Bahan Tambahan Yang Dilarang Digunakan Dalam Produk Pangan – Direktorat Standardisasi Pangan Olahan. Retrieved 8 November 2022, from https://standarpangan.pom.go.id/berita/bahan-tambahan-yang-dilarang-digunakan-dalam-produk-pangan
Humans, I. (2012). AURAMINE AND AURAMINE PRODUCTION. International Agency For Research On Cancer. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK304400/
Sulistina, D., & Martini, S. (2020). The Effect of Rhodamine B on the Cerebellum and Brainstem Tissue of Rattus Norvegicus. Journal Of Public Health Research, 9(2), jphr.2020.1812. doi: 10.4081/jphr.2020.1812
Sun, Haoyu., Liu, Yingxue., Li, Meng, Han, Songlin, Yang, Xudan., Liu Rutao. Toxic effects of chrysoidine on human serum albumin: isothermal titration calorimetry and spectroscopic investigations. Luminescence. https://doi.org/10.1002/bio.2964
Rovina, K., Siddiquee, S., & Shaarani, S. (2016). Extraction, Analytical and Advanced Methods for Detection of Allura Red AC (E129) in Food and Beverages Products. Frontiers In Microbiology, 7. doi: 10.3389/fmicb.2016.00798
Çolakoğlu, F., & Selçuk, M. (2020). Effects of Sunset Yellow FCF on immune system organs during different chicken embryonic periods. Journal Of Veterinary Research, 64(4), 597-607. doi: 10.2478/jvetres-2020-0064
Versi Terbaru
11/11/2022
Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany
Ditinjau secara medis olehdr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.