Kesehatan gigi dan mulut yang kurang terjaga dapat memicu berbagai masalah, salah satunya gingivostomatitis. Untuk mengenal lebih jauh mengenai penyakit ini, mulai dari gejala hingga pengobatannya, simak pembahasan selengkapnya di bawah ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Kesehatan gigi dan mulut yang kurang terjaga dapat memicu berbagai masalah, salah satunya gingivostomatitis. Untuk mengenal lebih jauh mengenai penyakit ini, mulai dari gejala hingga pengobatannya, simak pembahasan selengkapnya di bawah ini.
Gingivostomatitis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada mulut dan gigi. Biasanya, kondisi ini terjadi akibat infeksi virus atau bakteri.
Infeksi pada mulut ini dapat menyebabkan munculnya luka, lenting, serta sariawan pada mulut.
Luka dan sariawan ini bisa terbentuk di atas dan bawah lidah serta pada lapisan selaput lendir (mukosa) mulut, seperti bagian dalam pipi, bibir, dan gusi.
Salah satu penyebab umum dari gingivostomatitis yakni kesehatan gigi dan mulut yang kurang terjaga, seperti jarang menyikat gigi.
Gingivostomatitis juga disebut gingivostomatitis herpetika akut dan primer. Kondisi ini banyak ditemukan pada anak-anak dengan infeksi virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1).
Gejala gingivostomatitis bervariasi, mulai dari ringan hingga cukup serius. Beberapa tanda dan gejala umum dari masalah kesehatan gigi dan mulut ini antara lain:
Beberapa kasus gingivostomatitis bersifat subklinis, artinya penyakit tidak parah dan sulit untuk didiagnosis.
Pada sebagian kasus, beberapa orang mungkin akan mengalami demam dan lemas sebelum sariawan muncul.
Kesehatan gigi dan mulut yang tidak terjaga bisa meningkatkan risiko penyakit infeksi. Kondisi inilah yang kemudian bisa menyebabkan gingivostomatitis.
Berikut ini adalah sejumlah virus dan bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi mulut dan gigi.
Gingivostomatitis yang tidak segera diobati bisa menyebabkan beberapa komplikasi seperti di bawah ini.
Selain memengaruhi rongga mulut dan gigi, virus HSV-1 berpotensi menyebar ke bagian mata. Kondisi ini disebut dengan herpes simpleks keratitis (HSK).
Tidak hanya menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman, HSK juga berisiko memicu kerusakan mata permanen dan bahkan kebutaan.
Komplikasi gingivostomatitis ini lebih berisiko terjadi pada bayi dan orang-orang dengan sistem imun tubuh yang buruk.
Studi dalam Journal of Dental Health, Oral Disorders, and Therapy (2017) menyebutkan bahwa 89% anak-anak dengan gingivostomatitis minum lebih sedikit dari biasanya.
Akibatnya, anak-anak tersebut lebih rentan mengalami dehidrasi dan kekurangan gizi. Sejumlah gejala yang perlu diwaspadai, antara lain:
Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan gizi, orangtua harus mengawasi pola makan anak yang mengidap gingivostomatitis agar kebutuhan gizi dan cairannya tetap terjaga.
Dalam melakukan diagnosis, dokter akan bertanya mengenai riwayat kesehatan Anda secara menyeluruh.
Selanjutnya, dokter akan memeriksa kondisi gigi, mulut, serta lidah. Luka dan sariawan akibat gingivostomatitis juga akan diperiksa secara saksama.
Tes medis umumnya tidak diperlukan. Namun, dalam beberapa kasus, dokter bisa melakukan tes swab pada sariawan untuk mengetahui apakah infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus.
Secara umum, gingivostomatitis akan membaik dalam waktu 2–3 minggu tanpa pengobatan.
Dalam sebagian kasus, dokter akan meresepkan obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri dan membersihkan area infeksi untuk mempercepat penyembuhan.
Jika gigi dan mulut terasa sakit, Anda dapat minum obat pereda nyeri yang juga membantu menurunkan demam, seperti paracetamol atau ibuprofen.
Beberapa perawatan tambahan yang bisa dilakukan di rumah untuk kondisi ini adalah sebagai berikut.
Menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko terjadinya gingivostomatitis. Berikut ini adalah beberapa kebiasaan yang bisa Anda terapkan.
Untuk mencegah infeksi virus HSV-1, hindari kontak wajah atau bibir serta berbagi peralatan kosmetik, alat cukur, atau alat makan dengan orang yang terinfeksi.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)