backup og meta

Penyebab Fluorosis pada Gigi Anak dan Cara Mengatasinya

Penyebab Fluorosis pada Gigi Anak dan Cara Mengatasinya

Sebagai orangtua, Anda tentu sudah memastikan gigi anak tetap sehat dengan rajin menyikat giginya. Meski begitu, gigi anak mungkin saja mengalami gangguan, salah satunya fluorosis. Yuk, simak pembahasan mengenai fluorosis pada gigi anak berikut ini!

Mengenal fluorosis gigi anak

Anda mungkin pernah melihat noda putih atau kecokelatan pada gigi anak yang baru tumbuh. Gangguan pada penampilan gigi ini dalam istilah medis disebut fluorosis.

Fluorosis adalah kelainan yang menyebabkan perubahan tampilan pada permukaan email gigi.

Secara umum, fluorosis bukan penyakit pada gigi anak karena tidak akan memengaruhi fungsi gigi dan tidak menimbulkan gejala atau rasa sakit apa pun.

Fluorosis gigi terjadi saat seseorang terpapar fluoride secara berlebihan. Kondisi ini terjadi saat gigi permanen terbentuk, tetapi masih berada di bawah gusi alias belum tumbuh.

Dikutip dari laman American Academy of Pediatrics, fluorosis gigi hanya terjadi dan risikonya lebih tinggi pada anak yang belum berusia delapan tahun. 

Kondisi ini tidak memengaruhi remaja atau orang dewasa, yang gigi permanennya sudah mengalami erupsi atau tumbuh ke permukaan gusi.

Penyebab fluorosis gigi anak

kesalahan ortu saat mengajarkan anak menyikat gigi

Fluorosis gigi terjadi saat seorang anak secara terus-menerus menelan terlalu banyak mineral fluoride saat gigi permanennya masih terbentuk di bawah gusi.

Fluoride merupakan mineral penting yang tubuh butuhkan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Mineral ini membantu mencegah pertumbuhan plak dan mengatasi gigi berlubang (karies).

Namun, paparan fluoride secara berlebihan bisa menimbulkan dampak buruk, seperti fluorosis.

Anak-anak bisa terpapar mineral fluoride secara berlebihan dalam jangka panjang dari beberapa sumber berikut.

1. Sering menelan pasta gigi

Umumnya, pasta gigi anak memiliki rasa yang disukai oleh anak-anak sehingga mereka cenderung menelan daripada meludahkannya.

2. Minum air dengan kadar fluoride tinggi

Mengonsumsi air minum dengan kadar fluoride lebih tinggi dari 1,5 miligram per liter (mg/L) bisa meningkatkan risiko fluorosis, baik pada gigi atau bahkan tulang.

3. Mengonsumsi suplemen fluoride

Beberapa anak pernah mendapatkan suplemen fluoride, seperti sodium fluoride, padahal asupan mineral ini terpenuhi dapat menyebabkan perubahan warna gigi.

Ringkasan

Fluorosis gigi disebabkan paparan mineral fluoride berlebihan saat gigi permanen masih berada di bawah gusi. Beberapa faktor risikonya yakni sering menelan pasta gigi, minum air berkadar fluoride tinggi, dan mengonsumsi suplemen fluoride.

Cara menghilangkan fluorosis pada gigi anak

dokter gigi anak

Noda putih hingga hitam pada gigi anak yang diakibatkan fluorosis tidak bisa menghilang hanya dengan menyikat gigi atau menggunakan benang gigi (dental floss).

Satu-satunya cara yang efektif ialah perawatan dengan dokter gigi. Dokter akan merekomendasikan perawatan yang tepat sesuai dengan tingkat keparahan fluorosis.

Berikut ini merupakan cara untuk menghilangkan noda putih atau hitam pada gigi anak.

1. Penggunaan pasta gigi pemutih

Dalam kasus fluorosis gigi anak yang ringan, dokter gigi akan meresepkan pasta gigi pemutih

Jenis pasta gigi ini mengandung bahan abrasif, seperti kalium fosfat, yang membantu mengikis noda dan bercak keputihan pada permukaan enamel gigi.

2. Dental bonding

Dental bonding bisa menjadi pilihan cara untuk menghilangkan noda hitam pada gigi anak akibat fluorosis yang parah. Metode ini memakai bahan resin komposit yang sewarna dengan gigi.

Dokter gigi akan membentuk dan memoles permukaan gigi agar hasilnya tampak alami. Proses ini tidak berlangsung lama dan membutuhkan waktu sekitar 30–60 menit.

3. Veneer gigi

Dokter bisa menganjurkan veneer gigi untuk hasil yang optimal. Veneer merupakan cangkang tipis yang terbuat dari resin komposit atau porselen yang ditempelkan pada bagian depan gigi.

Sebelum memasangnya, dokter akan mengukur veneer sesuai ukuran dan bentuk gigi anak. Apabila prosedur ini dilakukan dengan baik, veneer gigi bisa bertahan dalam waktu lama, hingga 10–15 tahun.

Cara mencegah fluorosis gigi anak

anak rajin sikat gigi

Pencegahan fluorosis pada gigi anak bisa orangtua lakukan dengan memastikan anak-anak mendapatkan kadar mineral fluoride yang tepat.

American Dental Association menganjurkan orangtua untuk melakukan upaya pencegahan sesuai tahapan perkembangan anak. Berikut langkah-langkahnya.

Bayi hingga anak usia 3 tahun

  • Usahakan memberikan ASI ekslusif pada bayi hingga usia enam bulan, kemudian berikan makanan pendamping ASI (MPASI) dan ASI hingga usia 12 bulan.
  • Apabila bayi hanya bisa mendapatkan susu formula, konsultasikan dengan dokter mengenai jenis susu dan cara pemberian yang tepat.
  • Ketika gigi anak mulai tumbuh sekitar usia enam bulan, mulai bersihkan giginya dua kali sehari (pagi dan malam) atau sesuai arahan dokter Anda.
  • Gunakan pasta gigi berbahan lembut dan batasi penggunaan pasta gigi tidak lebih dari seukuran butir beras.

Anak usia 38 tahun

  • Lanjutkan dengan menyikat gigi rutin dua kali sehari atau sesuai arahan dokter.
  • Gunakan pasta gigi tidak lebih dari seukuran kacang polong.
  • Selalu awasi anak saat menyikat gigi sendiri dan dorong mereka untuk meludahkan sisa pasta gigi, bukan menelannya.
  • Hindari penggunaan obat kumur ber-fluoride untuk anak-anak di bawah enam tahun, kecuali disarankan oleh dokter gigi Anda.

Selain perawatan gigi, cara lainnya untuk mencegah fluorosis gigi anak ialah memperhatikan kadar fluoride dalam air minum yang Anda konsumsi.

Pemerintah melalui Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum telah mengatur kadar fluoride pada air minum agar tidak boleh lebih dari 1,5 mg/L.

Hindari penggunaan suplemen fluoride tanpa resep dari dokter sebelumnya. Asupan mineral ini dengan dosis besar dalam satu waktu bisa menyebabkan keracunan fluoride.

Kondisi ini ditandai dengan gejala berupa mual, muntah, sakit kepala, hingga hilang kesadaran.

Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kondisi ini, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter gigi anak guna memperoleh informasi terbaik.

Apakah jadinya bila fluorosis gigi tidak ditangani?

Fluorosis gigi tidak berbahaya bagi kesehatan gigi maupun kesehatan tubuh secara keseluruhan. Namun bila bercak atau noda pada gigi dibiarkan, kondisi ini bisa menimbulkan rasa malu atau rendah diri pada anak-anak.
Perawatan untuk memperbaiki bentuk dan tampilan gigi, seperti pasta gigi pemutih, dental bonding, dan veneer gigi, bisa membantu meningkatkan senyum dan rasa percaya diri anak.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Fluorosis. American Dental Association. (2022). Retrieved 17 October 2022, from https://www.mouthhealthy.org/en/az-topics/f/fluorosis

Fluorosis Facts: Information Parents & Caregiver. American Academy of Pediatrics. (2014). Retrieved 17 October 2022, from https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/oral-health/Pages/Fluorosis-Facts-Information-Parents-Caregivers.aspx

Fluorosis: What It Is, Causes & Treatment. Cleveland Clinic. (2022). Retrieved 17 October 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23227-fluorosis

How long do veneers last?. Harrow Dental Practice. (2019). Retrieved 17 October 2022, from https://www.harrowdentalpractice.co.uk/news/how-long-do-veneers-last/

Kemenkes – Permenkes No 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Indonesia. (2021). Retrieved 7 October 2022, from https://stunting.go.id/kemenkes-permenkes-no-492-tahun-2010-tentang-persyaratan-kualitas-air-minum/

Das, G., Tirth, V., Arora, S., Algahtani, A., Kafeel, M., & Alqarni, A. et al. (2020). Effect of Fluoride Concentration in Drinking Water on Dental Fluorosis in Southwest Saudi Arabia. International Journal Of Environmental Research And Public Health, 17(11), 3914. https://doi.org/10.3390/ijerph17113914

Ullah, R., Zafar, M. S., & Shahani, N. (2017). Potential fluoride toxicity from oral medicaments: A review. Iranian journal of basic medical sciences, 20(8), 841–848. https://doi.org/10.22038/IJBMS.2017.9104

Versi Terbaru

19/12/2022

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Kapan Sebaiknya Bawa Anak ke Dokter Gigi untuk Pertama Kalinya?

Mengenal Tanda Tubuh Kekurangan Fluoride dan Cara Mengatasinya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 19/12/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan