backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Rambut Rontok Saat Mengalami Diabetes, Apa Penyebabnya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 09/07/2021

    Rambut Rontok Saat Mengalami Diabetes, Apa Penyebabnya?

    Penyakit diabetes yang tidak terkendali bisa menyebabkan kerontokan rambut. Pasalnya, kadar gula darah yang tinggi akan mengganggu kerja pembuluh darah, sistem imun, dan keseimbangan hormon dalam tubuh. Hal ini selanjutnya memengaruhi siklus pertumbuhan rambut sehingga rambut lebih cepat rontok dari biasanya. Meskipun diabetes tidak bisa hilang, Anda tetap bisa mencegah dan mengatasi rambut rontok karena penyakit gula darah ini.

    Bagaimana diabetes menyebabkan kerontokan rambut?

    rambut rontok pada pria

    Diabetes terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan hormon insulin yang cukup atau kerja insulin dalam menyerap glukosa tidak efektif sehingga terjadi penumpukan kadar gula dalam darah.

    Kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan gangguan pada beberapa sistem di dalam tubuh, termasuk siklus pertumbuhan rambut.

    Secara normal, siklus pertumbuhan rambut pada folikel (kantung tumbuhnya rambut) akan melalui 3 fase.

    Fase pertama yaitu pertumbuhan aktif selama 2 tahun, fase kedua adalah pertambahan panjang rambut (1-2 cm per bulan), dan terakhir fase istirahat yang berlangsung selama 100 hari.

    Setelahnya, rambut akan tanggal dengan sendirinya dan siklus kembali ke fase pertumbuhan aktif.

    Namun, diabetes yang tidak terkelola dengan baik bisa mengacaukan siklus tersebut, membuat rambut sulit tumbuh hingga rontok lebih cepat.

    Kadar gula darah yang terlalu tinggi bisa memengaruhi beberapa fungsi organ di dalam tubuh sehingga memicu rambut rontok karena diabetes.

    Berikut beberapa alasan mengapa rambut seseorang bisa rontok karena diabetes.

    1. Gangguan sirkulasi darah

    Penumpukan gula di dalam darah, apalagi dalam jangka panjang (hiperglikemia kronis), akan mengurangi jumlah oksigen dan zat bermanfaat pada pembuluh darah.

    Kondisi ini juga memengaruhi fungsi pembuluh darah dalam mengalirkan darah, baik ke seluruh tubuh maupun ke arah jantung.

    Akibatnya, sel-sel di dalam tubuh tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup agar bisa bekerja dengan optimal, termasuk dengan sel kulit pembentuk rambut.

    Inilah mengapa rambut mudah rontok karena penyakit diabetes.

    2. Gangguan sistem imun

    Pasien diabetes (diabetesi) berisiko tinggi mengalami gangguan fungsi sistem imun, seperti penyakit tiroid dan alopecia areata.

    Hal ini tidak lain juga disebabkan oleh kadar gula darah yang terlampau tinggi.

    Penyakit tiroid bisa menyebabkan gangguan pada hormon tiroid yang bisa menghambat siklus pertumbuhan rambut.

    Dampak dari penyakit tiroid ini meliputi penipisan rambut dan kerontokan.

    Sementara itu, alopecia areata terjadi ketika sistem imun menyerang sel-sel folikel rambut yang sehat.

    Menurut studi dari Royal Infirmary of Edinburgh, rambut rontok karena kondisi ini sering terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 1.

    Alopecia areata bisa menyebabkan kerontokan rambut yang serius sehingga mengakibatkan kebotakan di kulit kepala dan beberapa bagian tubuh lain.

    Namun, banyaknya rambut yang rontok bisa berbeda-beda pada setiap pasien diabetes karena tergantung dari jumlah folikel rambut yang terpengaruh oleh sistem imun.

    Di samping itu, serangan sistem imun tidak selalu menyebabkan kerusakan pada folikel sehingga rambut tetap bisa tumbuh meskipun terhambat.

    3. Stres akibat penyakit kronis

    Kondisi diabetes yang cukup parah bisa membuat diabetesi kesulitan mengendalikan gula darah, terlebih jika sudah terdapat komplikasi diabetes.

    Hal ini bisa membuat diabetesi tertekan secara emosional sehingga rentan mengalami stres atau gangguan psikologis lainnya.

    Stres dapat memicu fluktuasi (perubahan) hormon di dalam tubuh dan hal ini berkaitan dengan proses pertumbuhan rambut.

    Kadar kortisol (hormon stres) yang meningkat cenderung membuat sel lebih resistan (kebal) terhadap insulin.

    Alhasil, gula darah semakin sulit terserap menjadi energi dan menumpuk lebih lama di dalam darah.

    Berdasarkan riset rilisan International Journal of Women’s Dermatology, pasien diabetes lebih mudah mengalami rambut rontok karena lama-kelamaan jumlah kortisol yang berlebih akan mengganggu fungsi folikel rambut.

    Mengatasi kerontokan rambut karena diabetes

    rambut rontok pada wanita paruh baya

    Rambut rontok karena diabetes sebenarnya adalah kondisi yang dapat Anda cegah dan atasi. Artinya, Anda tetap bisa memiliki rambut yang sehat sekalipun terkena diabetes.

    Kunci utamanya adalah dengan mengelola penyakit gula darah Anda dengan baik. Hal ini bisa dicapai melalui penerapan gaya hidup sehat dan pengobatan diabetes jika memang diperlukan.

    Salah satu indikator penyakit diabetes terkelola dengan baik adalah kadar gula darah yang selalu terkendali, cara menjaganya bisa dilakukan dengan:

    • menjalani pola makan sehat untuk diabetes,
    • mengurangi konsumsi makanan manis, berlemak, dan tinggi garam,
    • aktif bergerak,
    • rutin berolahraga,
    • konsumsi obat-obatan diabetes secara teratur,
    • mengelola stres, dan
    • mengecek kadar gula darah secara rutin.

    Ada pula beberapa perawatan untuk mengatasi rambut rontok yang bisa Anda lakukan sehingga kerontokkan yang dialami tidak bertambah parah.

    • Mengoleskan vitamin rambut dengan biotin atau obat rambut rontok yang mengandung minoxidil pada kulit kepala.
    • Mengonsumsi nutrisi yang baik untuk kesehatan kulit kepala seperti telur, kacang-kacangan, alpukat, dan ikan.
    • Menjalani pengobatan medis (methotrexate atau cyclosporine), khusunya untuk pasien diabetes yang mengalami rambut rontok karena alopecia areata.

    Kerontokan rambut akibat diabetes bisa terjadi saat konsentrasi gula dalam darah sudah terlalu tinggi sehingga mengganggu sejumlah sistem di dalam tubuh.

    Oleh karena itu, penting bagi diabetesi untuk menjaga kadar gula darahnya agar selalu terkendali.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 09/07/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan