Diabetes melitus yang umum terjadi pada anak adalah diabetes tipe 1, meski ada pula anak-anak dan remaja yang mengalami diabetes tipe 2. Salah satu perbedaan diabetes 1 dan 2 terdapat pada proses kemunculan gejala. Apa saja gejala khas diabetes tipe 1 pada anak?
Berbagai gejala diabetes tipe 1 yang perlu diwaspadai
Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan sebutan diabetes juvenile karena lebih sering menyerang anak-anak. Namun sebenarnya, penyakit ini juga bisa dialami oleh orang dewasa ataupun bayi.
Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang mengakibatkan rusaknya sel beta penghasil insulin. Akibatnya, tubuh kekurangan atau tidak memiliki hormon insulin sama sekali.
Menurut CDC, mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk menghancurnya sel-sel penghasil insulin dalam pankreas hingga gejala diabetes tipe 1 akhirnya muncul.
Namun, tidak seperti tipe 2 yang umumnya tidak menunjukkan keluhan tertentu, ciri-ciri diabetes tipe 1 cukup kentara dan cenderung berkembang dalam waktu singkat.
Penting untuk mewaspadai kemunculan dari gejala diabetes tipe 1 khususnya pada anak-anak. Dengan begitu, diabetesi—sebutan untuk penderita diabetes—bisa segera mendapatkan penanganan diabetes tipe 1 yang tepat dan lebih cepat.
Gejala diabetes tipe 1 sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gejala diabetes pada umumnya.
Pada minggu-minggu pertama gejala muncul, anak yang terjangkit diabetes tipe 1 mungkin mengalami beberapa tanda-tanda:
- Sering buang air kecil atau mungkin mengompol.
- Sering merasa haus dan banyak minum.
- Sering merasa lapar.
- Sering merasa kelelahan, lemas, dan pusing akibat kekurangan energi.
- Berat badan turun drastis dalam waktu singkat.
- Mengalami perubahan perilaku, seperti sering merasa gelisah, marah, dan sulit mengendalikan emosi.
- Napas berbau seperti aroma buah.
Dari gejala awal ini, diabetesi tipe 1 juga bisa mengalami gangguan kesehatan lain. Terlebih jika diabetes telah memengaruhi fungsi organ lain, seperti:
Selain gejala yang disebutkan, terdapat beberapa tanda dan kondisi tertentu yang cenderung lebih sering dialami oleh penderita diabetes tipe 1, yaitu:
1. Infeksi jamur pada vagina
Anak perempuan yang belum pubertas dan menderita diabetes tipe 1 mungkin memiliki gejala infeksi jamur Candida albicans pada vagina . Infeksi oleh jamur dapat membuat vagina gatal, berbau tak sedap hingga mengeluarkan cairan vagina yang tidak normal.
Pada bayi yang terjangkit diabetes tipe 1, ia dapat mengalami ruam popok karena jamur.
Dijelaskan dalam jurnal Clinical Medicine, penderita diabetes rentan mengalami infeksi jamur di vagina karena kandungan gula yang tinggi dalam urine. Urine yang mengandung banyak gula merupakan lingkungan produktif untuk jamur vagina berkembang biak.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh yang menurun akibat diabetes juga memengaruhi terjadinya gejala diabetes tipe 1 ini.
Kondisi gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dapat menyebabkan berkurangnya jumlah protein yang bekerja dalam sistem kekebalan tubuh. Lemahnya perlawanan sistem imun menyebabkan jamur di vagina berkembang biak dengan cepat.
Untuk mengobati gejala diabetes tipe 1 ini, dokter akan memberikan obat antijamur yang biasanya diberikan dalam bentuk pil atau berupa krim.
2. Keton yang tinggi
Tubuh penderita diabetes tipe 1 tidak dapat menghasilkan insulin untuk membantu memecah glukosa menjadi energi. Sebagai gantinya, tubuh akan beralih membakar lemak untuk mendapatkan energi.
Pembakaran lemak untuk membantu penyerapan glukosa ini akan menghasilkan zat asam keton dalam jumlah banyak.
Kadar keton yang tinggi dalam darah ditandai dengan sejumlah gejala diabetes tipe 1 yang bertambah parah. Diabetesi akan lebih sering buang air kecil dari biasanya, mual dan muntah, serta napas berbau (bau mulut).
Selain itu, menurut American Diabetes Association kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi ketoasidosis diabetik yang membutuhkan pertolongan darurat di rumah sakit.
Gejala dari komplikasi diabetes tipe 1 ini ditunjukkan ketika penderita merasa sesak dan kesulitan bernapas. Segera mencari pertolongan klinis sesegera mungkin saat kondisi ini terjadi.
3. Masa bulan madu diabetes (gula darah normal sementara)
Masa bulan madu kerap terjadi pada penderita diabetes tipe 1 yang baru menjalani pengobatan insulin untuk diabetes.
Selama masa ini, kadar gula dalam darah dapat berada dalam rentang normal layaknya orang yang sehat tanpa diabetes. Kondisi ini dapat membuat penderita mengira bahwa diabetes yang dialaminya sudah sembuh.
Padahal, kondisi ini tidak menandakan bahwa penderita sembuh total dari diabetes. Seperti namanya, fase bulan madu menggambarkan kadar gula darah yang normal berlangsung sementara.
Hal ini disebabkan oleh sel-sel beta pankreas yang belum sepenuhnya rusak dan masih berfungsi memproduksi insulin.
Umumnya, masa bulan madu pada orang dengan diabetes tipe 1 biasanya berbeda-beda. Hal ini dapat berlangsung hanya dalam hitungan minggu, tapi ada pula yang berbulan-bulan hingga tahunan. Kebanyakan, masa bulan madu terjadi pada tiga bulan pertama setelah diagnosis diabetes.
Seseorang yang berada dalam fase bulan madu bisa menurunkan dosis injeksi insulin atau bahkan berhenti sama sekali. Namun, mereka akan kembali membutuhkannya ketika masa ini berakhir.
Masa bulan madu berakhir ketika sel beta dalam pankreas tidak lagi mampu memproduksi insulin atau rusak sepenuhnya. Setelahnya, pengobatan diabetes akan bergantung sepenuhnya pada obat insulin guna mengontrol gula darah dalam kadar normal.
Penderita diabetes tipe 1 atau anak-anak yang mengalami penyakit kronis ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Pasalnya, penyakit ini tak hanya mengarah pada komplikasi diabetes yang berbahaya, tapi juga dapat menghambat proses pertumbuhan untuk anak-anak.
Oleh karena itu, jika Anda mengenali gejala dan tanda-tanda penyakit ini dialami oleh anak segeralah berkonsultasi ke dokter.
Pemeriksaan diabetes tipe 1 akan dilakukan melalui serangkaian tes untuk mengukur kadar gula darah. Tes autoantibodi juga diperlukan untuk mendeteksi kondisi autoimun yang menjadi penyebab diabetes tipe 1.
[embed-health-tool-bmi]