Pasien diabetes atau diabetesi memerlukan perawatan kulit dan kaki. Dokter umumnya menyarankan Anda untuk memeriksa kaki diabetes secara rutin dan memakai sepatu khusus karena memiliki sejumlah manfaat. Bagaimana cara memilih sepatu diabetes yang baik?
Kenapa diabetesi perlu memakai sepatu khusus?
Pasien diabetes umumnya memiliki kadar gula darah tinggi. Saat tidak terkontrol kondisinya, gula darah ini bisa merusak saraf dan pembuluh darah di kaki.
Rusaknya sistem saraf kaki akibat diabetes atau dikenal sebagai neuropati diabetik dapat menyebabkan kaki Anda sering mengalami kesemutan atau mati rasa.
Hal ini membuat Anda sering tidak menyadari lecet, luka, atau cedera. Sirkulasi darah yang buruk juga memperparah proses penyembuhan luka.
Diabetes juga memengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga lecet dan luka lebih mudah terinfeksi. Akibatnya, Anda berisiko terkena luka diabetes (ulkus diabetikum).
Selain terganggunya saraf dan pembuluh darah, komplikasi diabetes pada kaki bisa menyebabkan hammertoe.
Hammertoe adalah bentuk deformitas kaki yang menyebabkan jari-jari kaki tampak menekuk ke bawah.
Oleh karena itu, dokter mungkin menyarankan untuk memakai sepatu khusus diabetes.
Manfaat menggunakan sepatu diabetes
Sepatu khusus ini umumnya dirancang sesuai kondisi pasien berdasarkan anjuran dokter spesialis masalah kaki atau podiatris.
Menurut penjelasan American Orthopaedic Foot & Ankle Society, pasien diabetes bisa mendapatkan berbagai manfaat dari penggunaan sepatu khusus.
- Menghindari dan meringankan terlalu banyak tekanan pada bagian kaki tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan kulit.
- Mengurangi tekanan, guncangan, atau pergeseran saat menggunakan alas kaki.
- Mendukung deformitas atau perubahan bentuk kaki, seperti hammertoe dan amputasi dalam menghilangkan rasa sakit dan mengurangi keparahannya.
- Membatasi pergerakan sendi kaki tertentu yang dapat mengurangi peradangan, menghilangkan rasa sakit, dan menstabilkan gerakan kaki.
Cara memilih sepatu diabetes
Sangat penting untuk memilih bentuk dan ukuran sepatu yang pas.
Bentuk sepatu sebaiknya cukup panjang dan lebar, tetapi tidak terlalu longgar saat digunakan.
Ukuran sepatu yang terlalu pendek punya risiko lebih tinggi untuk menyebabkan lecet, luka, kapalan, hammertoe, dan kerusakan kuku kaki.
Sementara itu, sepatu yang tidak cukup lebar dapat membuat jari-jari kaki saling bergesekan bahkan menyebabkan bunion, yakni melengkungnya ibu jari kaki ke arah dalam.
Hal-hal ini membuat pemilihan sepatu diabetes yang baik lumayan sulit. Maka dari itu, Anda perlu bantuan podiatris untuk menentukan mana alas kaki yang tepat.
Beberapa jenis sepatu diabetes di bawah ini mungkin dokter resepkan sesuai dengan kondisi yang Anda alami.
1. Orthosis
Orthosis adalah alat bantu khusus yang disisipkan dalam sepatu dan bisa dilepas pasang.
Bentuknya bisa berupa busa atau gel padat yang berfungsi mengurangi tekanan pada kaki.
Alat ini bisa dibuat sesuai dengan model kaki pasien diabetes untuk tingkat kenyamanan yang lebih baik.
2. Healing shoes
Jenis sepatu diabetes ini umumnya pasien gunakan setelah menjalani operasi atau sebagai bagian dari pengobatan ulkus diabetikum pada kaki.
Healing shoes dapat berbentuk sandal terbuka atau tertutup.
Namun, sepatu khusus pasien diabetes umumnya menggunakan model tertutup untuk perlindungan lebih baik.
3. In-depth shoes
In-depth shoes merupakan jenis sepatu diabetes yang umum direkomendasikan dokter.
Jenis sepatu ini memiliki ukuran 0,6 hingga 1,2 cm lebih dalam dari sepatu biasa.
Volume ekstra di dalam sepatu dapat menyesuaikan perubahan bentuk kaki, seperti kapalan atau hammertoe.
Hal ini juga memungkinkan Anda untuk menambahkan orthosis.
Sepatu ini cenderung memiliki bobot yang ringan, bentuk sol yang menyerap guncangan, dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran untuk semua bentuk kaki.
4. Custom-made shoes
Jika pasien mengalami kelainan bentuk kaki yang parah, dokter akan meresepkan model sepatu khusus sesuai bentuk kaki Anda.
Dengan modifikasi khusus, jenis sepatu yang juga dikenal sebagai prescription footwear ini dapat membantu pasien diabetes dengan komplikasi parah dalam beraktivitas.