Glikasi adalah ikatan kimia yang terbentuk antara gula dengan lemak atau asam amino (molekul pembentuk protein). Meski merupakan suatu proses yang alamiah, reaksi ini ternyata punya peran besar dalam menyebabkan kerusakan sel serta berbagai komplikasi diabetes melitus.
Glikasi dan diabetes
Pada kondisi normal, gula dari makanan yang Anda konsumsi akan beredar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Hormon insulin yang berasal dari pankreas membantu memindahkan gula ke dalam sel supaya sel bisa mengubahnya menjadi energi.
Namun, proses perpindahan gula ini dapat terhambat bila Anda mengalami resistensi insulin.
Sel-sel otot, hati, dan lemak tidak merespons insulin dengan baik sehingga gula tidak lagi bisa memasuki sel. Akibatnya, gula menumpuk dalam aliran darah.
Gula yang tertahan di dalam darah dapat berikatan dengan asam amino dan lemak. Ikatan inilah yang disebut sebagai glikasi.
Jenis gula yang biasanya mengalami reaksi ini ialah glukosa, galaktosa, dan khususnya fruktosa.
Glikasi juga memiliki nama lain yaitu glikasi nonenzim karena tidak melibatkan enzim dalam tubuh.
Dengan absennya enzim, tubuh tidak bisa mengontrol reaksi glikasi. Semakin banyak penumpukan gula di dalam darah, semakin banyak pula reaksi yang terbentuk.
Apa saja komplikasi dari penyakit diabetes?
Berikut adalah beberapa komplikasi dari diabetes.
- Penyakit kardiovaskular.
- Penyakit ginjal.
- Kerusakan saraf.
- Penyakit mata.
- Luka sulit sembuh.
- Penyakit kulit dan gigi.
- Penyakit gusi.
- Masalah fungsi seksual.
Senyawa hasil glikasi
Reaksi glikasi menghasilkan senyawa berbahaya yang disebut advanced glycation end products (AGEs).
Senyawa AGEs terus terkumpul dalam tubuh seiring bertambahnya usia dan terbentuk saat Anda mengonsumsi makanan yang dimasak dalam suhu tinggi.
AGEs dalam jumlah kecil bukanlah masalah karena tubuh mampu menghilangkannya dengan bantuan antioksidan dan enzim.
Namun, penumpukan AGEs yang berlebih bisa menyebabkan peradangan dalam tubuh.
Komplikasi diabetes akibat glikasi
Kadar AGEs yang tinggi telah sejak lama berkaitan dengan banyak masalah kesehatan.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa senyawa ini punya andil dalam perkembangan penyakit jantung, penyakit ginjal, osteoporosis, radang sendi, hingga penuaan.
Pada kaitannya dengan diabetes, sebuah studi pada 2014 dalam The Korean Journal of Physiology & Pharmacology mengungkapkan kaitan erat antara tingginya kadar AGEs dengan berbagai komplikasi berikut.
1. Retinopati diabetik dan katarak
Retinopati diabetik adalah komplikasi diabetes serius yang menjadi penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes.
Komplikasi ini berawal saat AGEs yang menumpuk akibat glikasi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina.
Pembuluh darah retina lambat laun bisa bocor mengeluarkan darah dan cairan. Hal ini menyebabkan pembengkakan retina sehingga penglihatan menjadi kabur.
Tanpa upaya untuk mengontrol gula darah, kondisi ini bisa mengakibatkan katarak dan kebutaan.
2. Kerusakan ginjal
Jika glikasi berlangsung dalam pembuluh darah ginjal, AGEs dapat menumpuk dalam ginjal dan menyebabkan nefropati.
Nefropati diabetik merupakan kerusakan atau penurunan fungsi ginjal sebagai dampak dari diabetes melitus.
Komplikasi ini mengganggu fungsi ginjal dalam membuang cairan berlebih dan zat sisa dari tubuh.
Tanpa perbaikan gaya hidup dan pengobatan yang tepat, penderitanya berisiko tinggi mengalami gagal ginjal.
3. Kerusakan saraf
Glikasi memengaruhi berbagai sistem dalam tubuh Anda, termasuk saraf.
AGEs yang menumpuk dapat merusak selubung pelindung saraf dan menghambat kemampuan sel saraf untuk pulih.
Akibatnya, pengiriman sinyal saraf akan terganggu. Jika kadar gula darah dibiarkan tidak terkendali, kondisi ini bisa mengarah pada nefropati diabetik.
Nefropati diabetik merupakan komplikasi diabetes yang menyebabkan banyak pasien tidak sadar memiliki luka yang parah pada kakinya.
Tanpa adanya sinyal sakit, mereka mungkin baru mengetahui adanya luka begitu kondisinya sudah parah dan harus menjalani amputasi.
4. Penyakit jantung
Reaksi glikasi membuat pasien diabetes berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung.
Ini lantaran AGEs dapat menarik LDL (low-density lipoprotein), kolesterol “jahat” yang memicu pembentukan plak pembuluh darah.
Seiring waktu, AGEs terus memperbesar plak dalam pembuluh darah dan membuat pembuluh mengeras.
Begitu aliran darah menuju jantung dan otak tersumbat, hal ini dapat menyebabkan stroke dan penyakit jantung koroner.
Bisakah Anda mencegah glikasi?
Glikasi merupakan proses alamiah dalam tubuh yang tidak dapat Anda cegah. Akan tetapi, glikasi non-enzim yang menyebabkan komplikasi diabetes dapat dicegah.
Berikut sejumlah tips yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi jumlah AGEs dalam tubuh sehingga menurunkan risiko komplikasi.
1. Batasi asupan makanan tinggi AGEs
AGEs banyak terkandung dalam makanan olahan dan gorengan. Untuk mengurangi kadar AGEs dalam tubuh, batasi makanan tersebut.
Pilihlah makanan untuk diabetes yang berasal dari bahan pangan alami yang utuh, seperti buah, sayuran, dan biji-bijian.
2. Pilih cara memasak yang lebih sehat
Alih-alih menggoreng dengan suhu tinggi, cobalah merebus dan mengukus makanan Anda.
Selain itu, penggunaan alat masak dari keramik serta penambahan bahan asam seperti cuka atau sari lemon bisa mengurangi jumlah AGEs dalam makanan.
3. Makan makanan tinggi antioksidan
Studi dalam jurnal BMC Complementary and Alternative Medicine menemukan bahwa makanan tinggi antioksidan bisa menghambat pembentukan AGEs akibat glikasi.
Jadi, jangan lupa tambahkan buah, sayuran, dan rempah-rempah ke dalam menu Anda.
4. Aktif bergerak
Olahraga rutin tidak hanya mengurangi AGEs, tapi juga menyehatkan tubuh secara menyeluruh.
Untuk olahraga diabetes, cukup lakukan aktivitas fisik ringan seperti jogging, berjalan kaki, dan beres-beres rumah setidaknya 30 menit per hari.
Glikasi merupakan ikatan antara gula dalam darah dengan protein atau lemak. Ikatan ini dapat menghasilkan senyawa AGEs yang merugikan dalam jumlah besar.
Langkah terbaik untuk menghindari dampak senyawa ini ialah dengan mengontrol gula darah Anda.
[embed-health-tool-bmi]