Anestesi memang sangat membantu dokter dan pasien dalam prosedur operasi. Meski punya banyak manfaat, bukan berarti tindakan ini bebas efek samping. Dalam beberapa kasus, efek anestesi bahkan dapat mengakibatkan komplikasi.
Efek anestesi berdasarkan jenisnya
Efek samping dari penggunaan anestesi berbeda-beda, tergantung jenisnya. Selain itu, efek yang dirasakan setiap orang mungkin akan berbeda satu sama lain.
Berikut beberapa efek anestesi berdasarkan jenisnya.
1. Anestesi umum
Anestesi umum, atau dikenal dengan bius total, dilakukan untuk membuat pasien hilang kesadaran secara penuh. Tujuan bius ini agar Anda tidak merasakan sakit saat operasi besar.
Beberapa efek suntik anestesi umum, baik jangka pendek hingga panjang, meliputi:
- sakit kepala,
- reaksi alergi terhadap obat anestetik,
- munculnya rasa mual dan ingin muntah.
- kerusakan gigi,
- nyeri punggung,
- penurunan suhu tubuh hingga hipotermia,
- gangguan fungsi sistem pernapasan, dan
- tersadar di tengah proses operasi.
2. Anestesi regional
Anestesi regional merupakan jenis obat bius yang berfokus pada kerja saraf. Cara kerjanya yaitu memblokir kerja saraf motorik, sensorik, maupun otonom.
Sejumlah efek samping dari penggunaan anestesi jenis ini, di antaranya:
- nyeri dan sakit kepala,
- penurunan suhu tubuh hingga hipotermia,
- perdarahan,
- keracunan bahan anestetik,
- reaksi alergi,
- infeksi tulang belakang,
- infeksi selaput otak (meningitis), dan
- kegagalan fungsi sistem pernapasan.
3. Anestesi lokal
Anestesi lokal merupakan jenis obat bius yang biasa dipakai untuk operasi ringan. Fungsinya yaitu membuat bagian tubuh yang hendak menjalani perawatan menjadi mati rasa.
Bius lokal jarang memicu efek samping serius. Namun, Anda masih berpotensi mengalami efek ringan seperti:
- sakit pada bekas suntikan,
- perdarahan ringan,
- infeksi,
- kerusakan kecil saraf, dan
- kematian sel.
Komplikasi akibat anestesi
Komplikasi akibat anestesi sangatlah beragam. Risiko komplikasi biasanya lebih umum pada anestesi umum dan regional.
Anestesi lokal juga memiliki risiko komplikasi, tetapi kasusnya sangat jarang dibandingkan jenis anestesi lainnya.
Berikut sejumlah risiko komplikasi anestesi, baik yang ringan hingga berat.
1. Total spinal block
Ini merupakan kondisi terhambatnya penghantaran sinyal saraf tepi akibat kelebihan dosis obat bius pada tulang belakang. Hal tersebut menyebabkan efek paralisis (kelumpuhan) pada otot.
Kondisi ini juga bisa menyebabkan kegagalan sistem pernapasan saat pasien tak sadarkan diri. Untuk mengatasinya, diperlukan penggunaan alat bantu pernapasan dan ventilasi.
2. Hipotensi
Penurunan tekanan darah merupakan dampak dari menurunnya fungsi saraf simpatik. Dokter akan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah untuk meningkatkan darah yang rendah.
Biasanya, cara meningkatkan tekanan darah dilakukan dengan memberikan cairan tambahan. Namun, tindakan tersebut perlu memerhatikan riwayat kesehatan jantung pasien.
3. Penurunan fungsi saraf
Penurunan fungsi dari beberapa saraf tulang belakang akibat efek anestesi bisa bersifat sementara atau permanen. Penyebab utamanya yaitu kerusakan pada saraf tulang belakang.
Kerusakan tersebut mengakibatkan penurunan kerja saraf sensorik. Tak hanya itu, kemampuan motorik tubuh juga ikut mengalami penurunan.
4. Infeksi saluran pernapasan
Kondisi ini dapat berupa infeksi pada laring, sakit tenggorokan, hingga pneumonia. Hal ini terjadi karena penurunan kesadaran dapat menyebabkan saluran pernapasan tidak terlindungi.
Apalagi jika efek anestesi membuat pasien mual dan muntah. Cairan muntah dapat masuk ke dalam paru-paru sehingga menyebabkan peradangan dan infeksi pada saluran pernapasan.
Namun, hal ini dapat dicegah dengan berpuasa beberapa jam sebelum operasi. Dokter juga bisa memberi obat untuk membantu mengosongkan lambung dan meningkatkan pH lambung.
5. Emboli
Emboli merupakan hambatan aliran darah akibat adanya benda asing di dalam pembuluh darah. Hambatan ini juga bisa disebabkan oleh gumpalan darah dan udara.
Biasanya, emboli lebih sering terjadi pada tindakan operasi sistem saraf. Anda juga berpotensi mengalaminya saat menjalani operasi di sekitar tulang panggul.
Risikonya dapat dikurangi dengan pemberian obat profilaksis thromboembolic deterrents (TEDS) dan low molecular weight heparin (LMWH).
6. Kerusakan saraf tepi
Kondisi ini dapat muncul sebagai efek anestesi regional dan lokal. Kerusakan saraf tepi terjadi karena selama operasi, posisi tubuh menetap dan tidak bergerak dalam waktu yang lama.
Bagian tubuh yang paling sering terkena dampak ini ialah lengan bagian atas dan area sekitar lutut. Kondisi ini bisa dicegah dengan menghindari posisi tubuh yang menghambat aliran darah.
7. Kematian
Dalam beberapa kasus, anestesi dapat menyebabkan kematian. Namun, kemungkinan Anda meregang nyawa saat dibius sangatlah kecil.
Kematian akibat bius total dipengaruhi banyak faktor, mulai dari:
- jenis operasi,
- tingkat kesehatan pasien,
- adanya penyakit penyerta (komorbid), atau
- kondisi lain yang dapat membahayakan proses operasi.
Siapa saja yang berisiko mengalami komplikasi akibat anestesi?
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, beberapa kondisi medis dan gangguan kesehatan dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi anestesi.
Sampaikan kepada dokter sebelum menjalani operasi jika Anda memiliki kondisi berikut.
- Diabetes.
- Gangguan ginjal.
- Punya anggota keluarga dengan riwayat alergi anestesi.
- Sakit jantung.
- Hipertensi.
- Stroke.
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Untuk mengurangi risiko efek samping dan komplikasi, sebaiknya sampaikan kondisi Anda dengan jujur kepada dokter. Beri tahu juga riwayat obat yang Anda konsumsi dengan lengkap.
Seputar efek anestesi
- Efek anestesi umum atau bius total terbilang paling berat, bahkan dapat menyebabkan kematian meskipun jarang.
- Efek anestesi regional dapat memengaruhi kinerja otak dan fungsi tubuh, salah satunya pernapasan.
- Efek anestesi lokal paling ringan dan jarang mengakibatkan komplikasi serius.
- Risiko efek samping dan komplikasi bisa dikurangi dengan menyampaikan riwayat obat dan penyakit yang Anda miliki kepada dokter.
[embed-health-tool-bmi]