Rasa bersalah
Salam sehat dok, rumah tangga saya sedang dalam fase pemulihan pasca perselingkuhan yang saya lakukan. Saya sebenarnya masih menyayangi suami saya meskipun rasa cinta sudan tidak spt dulu. Saya sudah 8 tahun menikah, alasan saya tetap bertahan pada pernikahan adalah keluarga dan juga anak, dan saya merasa apabila saya memilih meninggalkan suami saya maka saya akan menyesal dan hati saya mengatakan bukan keputusan yg tepat. Namun mengapa sampai saat ini saya mencoba menumbuhkan rasa yg sama dengan suami sulit, saya selalu merasa harga diri saya yg rendah, apakah masih pantas bersama suami yang setia. Meskipun memang pemicu saya mendua hati salah satunya adalah komunikasi yg kurang, waktu bersama, dan perhatian suami yang sangat terbatas. Namun saya merasa itu tidak bisa menjadi pembenaran saya mengkhianatinya, sayapun sadar. Tapi saya juga dengan sadar melakukan perselingkuhan. Saya sendiri bingung dan tidak mengerti apa sebenarnya yg terjadi dalam diri saya. Saya selalu merasa kesepian dan sendiri. Mohon bantuannya dok, apakah ini termasuk kesehatan mental saya kurang baik?
terimakasih
























Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.
Setiap pasangan mengharapkan hubungan yang sehat, harmonis dan bahagia. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam sebuah hubungan tidak terlepas dari adanya konflik. Terjadinya konflik adalah hal yang wajar terjadi, tetapi apabila konflik tersebut terjadi berkepanjangan, maka perlu mengambil jarak sejenak terhadap masalah dan emosi yang dirasakan masing-masing sehingga dapat melihat permasalahan tersebut secara objektif.
Untuk membina hubungan sehat dan membangun cinta diperlukan pula membangun pola komunikasi yang sehat dan terbuka. Anda dan pasangan perlu saling mengkomunikasikan kondisi yang dialami, sehingga dapat saling memahami pula. Selain itu, upayakan untuk dapat saling mendengarkan tanpa menghakimi. Anda dan pasangan juga dapat saling menghargai, serta saling mendukung menjadi versi terbaik diri masing-masing. Hal tersebut penting untuk diperhatikan karena membina hubungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya di salah satu pihak saja. Dengan pola komunikasi tersebut dapat meminimalisir kesalahpahaman yang berlarut-larut.
Anda dapat menyampaikan permohonan maaf dan penyesalan anda kepada pasangan, serta berupaya untuk memperkuat komitmen. Permasalahan yang didiamkan dan dipendam oleh masing-masing, hanya akan menjadi pembahasan berulang di kemudian hari dan bisa saja meledak sewaktu-waktu bagaikan “bom waktu”. Ada baiknya anda dan pasangan meluangkan waktu untuk berbicara dari hati ke hati agar menemukan solusi terbaik bersama (misalnya liburan bersama ke tempat favorit, makan malam berdua, moment pillow talk, dsb). Ketika berkomunikasi menggunakan “I message”, artinya lebih fokus menyampaikan “saya merasa hubungan kita terasa hambar, boleh gak kita ngobrol sambil mengingat perjuangan yang udah kita lewati?” bukan “kamu itu selalu menyalahkan dan tidak mau mengalah…..”.
Kemudian anda dan pasangan dapat saling mengenali bahasa cinta masing-masing, serta melakukan ritual yang menjadi kesepakatan bersama misalnya memeluk dan mengucapkan kata cinta sebelum dan bangun tidur, sebelum dan berangkat kerja, dll. Selain itu, perlu dibahas juga terkait hubungan seksual dalam pernikahan anda. Perlu juga merencanakan mencoba hal-hal baru bersama agar semakin terasa keintimannya.
Jangan ragu untuk melakukan konseling bersama pasangan ke psikolog jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.