Menghadapi suami yang tidak mau bekerja
Sejak setahun sebelum pandemi suami saya di keluarkan dari perusahaan karena dianggap kinerjanya kurang bagus, hingga saat ini dia enggan mencari pekerjaan lagi, sudah saya motivasi dan bantu mencari lowongan namun seolah dia menolak dengan alasan "aku ga bisa/aku ga mampu/ nanti kalau aku kerja anak anak yang jemput siapa/ aku capek" . Untuk menutup kebutuhan akhirnya saya harus double job, bagaimana saya harus menyikapi hal ini? Sedangkan dia seolah tidak ada niat mencari nafkah untuk kami.
Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.
Saya dapat memahami kondisi yang anda alami, serta salut dengan upaya dan kesabaran anda dalam menghadapi pasangan. Tentunya setiap pasangan mengharapkan hubungan yang sehat, harmonis dan bahagia. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam sebuah hubungan tidak terlepas dari adanya konflik. Terjadinya konflik adalah hal yang wajar terjadi, tetapi apabila konflik tersebut terjadi berkepanjangan, maka anda dan pasangan perlu mengambil jarak sejenak terhadap masalah dan emosi yang dirasakan masing-masing sehingga dapat melihat permasalahan tersebut secara objektif.
Untuk membina hubungan sehat dan membangun cinta diperlukan pula membangun pola komunikasi yang sehat dan terbuka. Anda dan pasangan perlu saling mengkomunikasikan kondisi yang anda alami, sehingga dapat saling memahami pula. Selain itu, upayakan untuk dapat saling mendengarkan tanpa menghakimi. Anda dan pasangan juga dapat saling menghargai, serta saling mendukung menjadi versi terbaik diri masing-masing. Hal tersebut penting untuk diperhatikan karena membina hubungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya di salah satu pihak saja. Ketika membahas mengenai kebutuhan finansial kepada suami ada baiknya anda merincikan secara detail kebutuhan tersebut agar suami memiliki gambaran terkait pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jika diperlukan anda dan pasangan dapat bersama-sama membuat kesepakatan tertulis (perjanjian pernikahan) dalam menjalani hubungan.
Menghadapi pasangan seperti yang anda ceritakan memiliki tantangan tersendiri. Sebaiknya anda tetap tenang dan tidak mudah terpancing karena hanya akan semakin memperburuk keadaan. Anda dapat menggunakan energi yang anda miliki untuk mengontrol hal yang dapat anda kendalikan (misalnya respon anda terhadap pasangan), daripada fokus pada hal yang tidak dapat anda kendalikan (misalnya perilaku pasangan). Anda juga memiliki hak untuk menetapkan batasan toleransi atas sikap pasangan anda, serta berhak mengambil keputusan untuk kehidupan dan kebahagiaan anda sendiri. Setiap keputusan yang anda ambil, sebaiknya diputuskan dalam kondisi yang tenang dan pikiran yang jernih. Jika memang diperlukan untuk mengambil jarak sejenak, maka hal tersebut boleh untuk dilakukan tetapi dikomunikasi juga dengan pasangan. Selain itu, anda juga dapat mencari waktu yang tepat untuk membicarakan permasalahan dalam hubungan anda dengan pasangan, kemudian bersama-sama mencari solusi yang terbaik.
Jangan ragu untuk mengajak pasangan anda berkonsultasi atau melakukan konseling bersama pasangan ke psikolog jika keluhan berlanjut atau bertambah parah, agar segera tertangani dengan tepat.