Mendampingi Bipolar Disorder
Suami saya didiagnosa psikiaternya f31.2 awal bulan lalu. Setelah sebelumnya, ia menderita anxiety disorder. Setelah enam tahun lalu berhenti mengkonsumsi narkoba. Kecemasannya mulai muncul saat menghadapi beberapa momen pahit dalam hidupnya.
Ia berinisiatif untuk mengatasi kecemasannya empat tahun lalu. Dan mulai mengkonsumsi obat dari psikiater secara rutin selama empat tahun ini.
Namun keadaannya bukan semakin membaik, justru diagnosanya semakin naik menjadi bipolar. Puncaknya dua minggu lalu, ia rawat inap di rumah sakit jiwa, karena sudah mengalami gejala psikosomatik, seperti delusi dan memiliki keinginan untuk menyakiti dirinya sendiri.
Selama dirawat di sana, memang delusi/halusinasinya sudah menghilang, namun depresinya masih terus saja membayang di sepanjang harinya.
Saya sebagai pasangan turut membantu pemulihannya dengan meminimalkan stressor yang bisa mengganggu suami saya.
Saat ini ia sudah keluar dari rumah sakit. Namun fase depresinya belum berlalu, sayangnya stressor itu muncul dari orang terdekatnya.
Kebiasaannya di malam hari yang sulit tidur, dan terkadang juga melakukan tindakan implusif yang mengganggu orang lain, kembali terulang.
Saya sebagai pasangannya merasa kasihan, juga kelelahan menghadapi ketidak stabilannya saat ini.
Apa yang harus saya lakukan sekarang? Tindakan apa yang paling tepat menghadapi fase depresinya saat ini? Dan bagaimana cara membantunya untuk menstabilkan mentalnya. Terima kasih.
























Pertama, pastikan suami tetap patuh pada pengobatan yang diresepkan psikiaternya. Kepatuhan terhadap obat-obatan seperti penstabil mood, antidepresan, atau antipsikotik sangat penting untuk menstabilkan suasana hati dan mencegah episode depresi atau mania berulang. Mengingat riwayatnya, konsultasi rutin dengan psikiater adalah kunci. Laporkan setiap efek samping atau perubahan perilaku yang Anda amati kepada psikiater. Kedua, dukung suami dalam menjalani terapi psikologis. Psychoeducation akan membantu Anda berdua memahami lebih dalam tentang bipolar, gejalanya, dan cara pencegahannya. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu suami mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang muncul saat depresi. Terapi keluarga juga bisa sangat bermanfaat untuk memperkuat hubungan dan menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan. Ketiga, ciptakan lingkungan yang minim stres dan mendukung gaya hidup sehat. Anda sudah berupaya meminimalkan stressor, dan ini sangat baik. Terkait stressor dari orang terdekat, penting untuk mencari cara mengelola interaksi tersebut atau bahkan membatasi paparan jika memungkinkan, demi kesehatan mental suami. Bantu suami untuk menjaga pola tidur yang cukup dan teratur, makan sehat, serta berolahraga ringan. Hindari pemicu seperti alkohol atau obat-obatan terlarang yang dapat memperburuk kondisinya. Keempat, jadilah pendengar yang baik dan komunikasikan perasaan Anda. Berikan ruang bagi suami untuk mengekspresikan perasaannya tanpa dihakimi. Namun, penting juga bagi Anda untuk menyampaikan perasaan Anda secara jujur dan tenang, agar suami memahami dampak perilakunya dan Anda tidak memendam beban sendirian. Kelima, lakukan perawatan diri untuk Anda sendiri. Merawat pasangan dengan bipolar membutuhkan energi besar. Jangan ragu mencari dukungan dari orang lain, baik itu keluarga, teman, atau bahkan psikolog/konselor untuk Anda sendiri. Ini akan membantu Anda mengelola kelelahan dan stres, sehingga Anda bisa terus memberikan dukungan yang efektif. Terkait kesulitan tidur dan tindakan impulsif yang kembali muncul, segera diskusikan hal ini dengan psikiater suami. Mungkin diperlukan penyesuaian dosis obat atau strategi penanganan tambahan. Ingat, tujuan pengobatan adalah mengembalikan kondisi pasien mendekati keadaan sebelum sakit, dan ini membutuhkan proses serta dukungan berkelanjutan.
Related content