Menanggapi Teman yang Curhat
Saya ingin bertanya pada psikolog di sini. Sahabat saya sering bercerita dan menumpahkan keluh kesah masalah rumah tangganya ke saya.
Karena kami teman dekat, saya sedikit banyak paham bagaimana pusing dengan perubahan role dia menjadi ibu, istri, menantu, status orang berkeluarga.
Tapi saya sebagai yang masih single bingung bagaimana cara menanggapinya. Semakin lama semakin sering dia berkeluh kesah, bahkan hal yang menurut saya bisa dia jalani saja, saya sudah sulit sekali menahan diri untuk tidak mengkritik dia saat dia cerita.
Takut kalau ini terus-terusan terjadi malah merusak hubungan kami, saya dan dia sudah berteman lebih dari 10 tahun.
Halo, terima kasih atas pertanyaan anda.
Saya dapat memahami kebingungan dan kekhawatiran anda dalam merespon hal tersebut. Saya juga menyampaikan apresiasi kepada anda telah mengupayakan yang terbaik untuk teman dan hubungan pertemanan itu sendiri, tentunya ini membutuhkan energi dan kesabaran dalam menghadapinya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa mendengarkan curhatan teman dengan keluhan yang berulang bahkan untuk hal yang sepele terkadang membuat kita merasa lelah sehingga dibutuhkan kesiapan. Hal tersebut terjadi karena diwaktu yang bersamaan, anda berusaha semaksimal mungkin hadir untuknya tetapi di sisi lain anda tetap menjaga agar anda tidak ikut larut dengan kondisinya (karena akan mempengaruhi respon dan kondisi anda selanjutnya).
Anda sudah mengusahakan untuk menjadi pendengar aktif terhadap ceritanya, hal tersebut perlu dipertahankan dalam merespon. Kemudian, validasi setiap perasaannya bahwa yang ia rasakan tersebut benar adanya sehingga dapat membantu dia lebih mudah untuk menerima kondisinya. Setelah ia bercerita, anda dapat menanyakan “Apakah saya boleh berpendapat? Apakah saya boleh memberikan saran? Kira-kira apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kamu menghadapi situasi ini?, dsb”. Dengan demikian, energi yang anda berikan juga dapat digunakan secara efektif.
Pada saat seseorang beradaptasi dengan berbagai perubahan peran, maka bisa saja ia mengalami banyak kekhawatiran dan kebingungan sehingga ia tidak mampu berpikir jernih. Jika memungkinkan, bantu ia untuk mengenali dan menemukan potensi dirinya, sehingga ia lebih yakin untuk menghadapi kondisi tersebut. Anda juga dapat sering mengajaknya untuk mengikuti seminar/webinar terkait kesehatan mental, khususnya terkait peran yang sedang ia jalani. Apabila dirasa belum maksimal, tawarkan ia bantuan untuk bertemu psikolog agar mendapat penanganan secara professional dan tidak berlarut-larut pada kondisinya saat ini.
Semoga membantu ya, salam sehat