Masalah Rumah Tangga
Saya IRT 29 tahun, sudah menikah hampir 6 tahun dan memiliki anak perempuan berusia 5 tahun. Selama pernikahan saya dan suami sering bertengkar bahkan untuk hal2 kecil. Suami saya mudah marah dan mengeluarkan kata2 kasar, dan kalau dia marah selalu mengungkit2 hal lain. Sepanjang pernikahan, saya kerap diliputi rasa takut jika berbuat salah, karena itulah saya menjadi lebih sering berbohong agar suami saya tidak tahu apa yang terjadi dan marah. Tapi semua kebohongan saya akhirnya terungkap dan membuat suami saya menjadi semakin marah dan mengumpat saya. Bahkan sering menyuruh saya untuk pergi. Saya sadar jika semua yang terjadi adalah karena kesalahan saya, dan sikap saya yang buruk. Tapi seperti sebuah lingkaran, saya tidak bisa berubah untuk lebih terbuka terhadap suami saya karena takut jika dia tidak akan memahami saya dan hanya akan menghakimi apa yang saya rasakan. Saya terus berbohong dan berbohong. Rasanya muak dan tertekan untuk bertahan, tapi saya juga tidak bisa melepaskan. Posisi saya hanya memiliki ibu krn ayah saya sudah lama meninggal, dan kakak perempuan saya sudah bercerai. saya tidak ingin hal sama terjadi pada saya.
apa yang harus saya lakukan?
























Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.
Saya turut prihatin atas pengalaman yang anda alami, dan juga mengapresiasi upaya anda dalam mempertahankan hubungan.
Untuk membina hubungan sehat dan membangun cinta diperlukan pula membangun pola komunikasi yang sehat dan terbuka. Anda dan pasangan perlu saling mengkomunikasikan kondisi yang anda alami, sehingga dapat saling memahami pula. Selain itu, upayakan untuk dapat saling mendengarkan tanpa menghakimi. Anda dan pasangan juga dapat saling menghargai, serta saling mendukung menjadi versi terbaik diri masing-masing. Hal tersebut penting untuk diperhatikan karena membina hubungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya di salah satu pihak saja. Dengan pola komunikasi tersebut, maka dapat meminimalisir kesalahpahaman yang berlarut-larut.
Menghadapi pasangan yang sulit diajak berkomunikasi dan kurang mampu mengelola emosi memiliki tantangan tersendiri. Sebaiknya anda tetap tenang dan tidak mudah terpancing karena hanya akan semakin memperburuk keadaan. Anda dapat menggunakan energi yang anda miliki untuk mengontrol hal yang dapat anda kendalikan (misalnya respon anda terhadap pasangan), daripada fokus pada hal yang tidak dapat anda kendalikan (misalnya perilaku pasangan). Anda juga memiliki hak untuk menetapkan batasan toleransi atas sikap pasangan anda dan berhak mengambil keputusan demi kebaikan diri anda sendiri. Jika memang diperlukan untuk mengambil jarak sejenak, maka hal tersebut boleh untuk dilakukan tetapi tetap dikomunikasikan dengan pasangan. Anda juga dapat menuliskan pikiran dan perasaan anda pada jurnal harian secara berkala sebagai bentuk katarsis atau peluapan emosi. Selain itu, anda juga dapat mencari waktu yang tepat untuk membicarakan permasalahan anda dengan pasangan, kemudian bersama-sama mencari solusi yang terbaik.
Jangan ragu untuk memeriksakan diri/ pasangan anda atau melakukan konseling bersama pasangan ke psikolog jika keluhan berlanjut atau bertambah parah agar segera tertangani.
Semoga lekas diberikan kemudahan ibu. Saya cuman punya satu hal bu, mohon maaf ya bu, saya sendiri juga masih belajar terkait hal ini, hal itu : "Mencoba jujur pada diri sendiri..., Hidup memang penuh konsekuensi, maka dari itu kita harus siap untuk segala konsekuensi yang akan kita terima, yang penting kita sadar diri bahwa kita cuman manusia biasa dan masih berusaha memperhitungkan langkah-langkah yang terbaik".