🔥 Diskusi Menarik

istri mengalami trauma masa kecil

saya pria berumur 38 tahun baru menikah sekitar 2 bulan yang lalu

istri saya berumur 20 tahun,

saya kenal istri saya di rumah tantenya

tante dia adalah teman saya


saya dengan istri saya tidak direstuiin oleh keluarga neneknya ( keluarga dari almarhum ibunya) dengan alasan saya bukan islam ( saya muallaf di tahun 2015), saya pemakai narkoba ( untuk narkoba saya berani menjamin kalau tidak menggunakannya, saya perokok berat tetapi sudah jauh mengurangi karena istri sya selalu ngomel)

saya bertato ( tato saya sudah saya hapus walau masih ada sisa sedikit dan masih proses untuk menghilangkannya, bertato sewaktu lulus sekolah di tahun 2000 )


kronologinya :

semasa kecil istri saya tidak kenal orang tua, diasuh oleh neneknya dan keluarga ibunya



ayahnya sudah meninggal

dan ibunya hanya dia ketahui beberapa hari sebelum ibu kandungnya meninggal disaat istri saya berumur 13 tahun


istri saya di angkat sebagai anak oleh adik ibunya dan di sana mengalami trauma karena ibu angkatnya bertengkar di jalanan dengan suaminya dan mengalami kecelakaan dimana kepala istri saya terhantam trotoar


setelah berumur 15 tahun istri putus sekolah karena tidak ada biaya

istri saya kembali ditarik ke rumah tantenya dimana di rumah tersebut tinggal 3 orang paman dan 4 orang tantenya termasuk neneknya


selama di rumah tantenya, istri saya kerja untuk biaya hidup di rumah tersebut

di saat dia berumur 17 dia berpacaran dan ditegor, tidak lama setelsah itu dia persantren


sepulang dari pesantren selama 1 tahun dia kembali ke rumah neneknya dan lanjut kerja untuk biaya hidup


tidak lama dia bekerja, istri saya dituduh kalau hamil diluar nikah dan istri saya mengalami kekerasan fisik dimana dia dipukul di dekat leher kiri, punggung, dan tangan serta di tampar berulang kali oleh pamannya serta mengalami kekerasan verbal dimana di caci maki dan bahasa2 tidak pantas lainnya


istri saya mencoba melaporkan ke pihak kepolisian dan diterima oleh petugas PPA ( perlindungan perempuan dan anak )

oleh pihak PPA dilakukan mediasi


setelah kejadian tersebut istri saya jarang tinggal di rumah neneknya, tetapi menginap di rumah ayah tirinya ( almarhum ibunya menikah lagi dengan pria lain dan melahirkan anak lelaki yang berbeda umur 9 tahun dengan istri saya )


di keluarga ayah tirinya dia lebih tenang dan betah karena tidak mengalami kekerasan baik fisik maupun verbal, dan selalu di arahkan ke hal positif seperti pengajian dan relaksasi


paman istri saya yang paling muda mencoba mencari istri saya dengan alasan istri saya selalu kabur dari rumah keluarganya, menunggu istri saya di depan gang rumah tantenya lalu melakukan kekerasan di muka umum, dengan cara menarik paksa istri saya hingga dia terseret dan gamis hampir terbuka ( posisi hijab sudah terlepas )


di saat itu istri saya ditolong oleh tetangga didekat sana


setelah itu istri saya melaporkan kejadian ini ke ayah tirinya

sejak saat itu istri saya sering mengalami ledakan emosi dan jika dia sedih atau termenung dia menjadi pribadi beda:

  1. nekat ( pergi jalan kaki malam hari jam 11 malam dari rumah saudaranya ke rumah ayah tirinya yang berjarak 21 km, kabur dari rumah saudaranya dan tidur di masjid )
  2. teriak2 sambil nangis dan selalu mengungkit masalah almarhum orang tuanya, contoh : ada kaga yang kayak gua, kaga kenal bapak, ibu aja kenal cuma 3 hari langsung mati, gua ngiri ama orang lain yang bisa punya orang tua, punya keluarga, gua ngiri sama orang2 bisa sekolah ampe kuliah, bisa makan enak, sedangkan gua mau makan aja susah
  3. menyakiti diri sendiri ( memukul tembok hingga tangan biru lebam, menusuk2 tangan menggunakan peniti, pisau atau benda besi lainnya hingga baret )
  4. berbohong ( saat istri saya posisi kambuh, dia tidak pernah jujur, selalu berbohong agar tidak di salahkan )
  5. menghindari orang lain saat ada masalah dengan orang tersebut ( di saat dia melakukan kebohongan dan ketahuan, dia akan mengurung dirinya di kamar atau masuk ke rumah orang lain lalu mengunci dirinya di wc rumah orang lain, jika di paksa keluar dari rumah orang lain dia akan teriak2, membanting dirinya, mencoba lari, jika di halangi dia akan membenturkan kepalanya ke tembok atau tidur berguling di jalanan )


untuk saat ini dia sudah sedikit tenang setelah menikah dengan saya dan saya bawa tinggal jauh keluar kota, saya berikan kesibukan pekerjaan dan setiap saya pulang kerja saya ajak jalan2 keliling2


yang saya tanyakan apa yang harus saya lakukan agar istri saya bisa lepas dari trauma ini dikarenakan jika suatu saat nanti saya harus pergi kerja keluar kota dan harus meninggalkan dia sementara waktu ?

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
29
1

1 komentar

Halo Berusaha Menjadi Imam Yang Baik, terima kasih untuk pertanyaan anda


Mendampingi pasangan dengan gangguan jiwa (sebagai caregiver) tentunya membutuhkan usaha dan kesabaran yang ekstra karena melakukan 2 hal sekaligus, yaitu merawat pasangan dan tetap merawat kebutuhan diri sendiri agar dapat mengelola stres dengan baik. Dengan demikian, keduanya bisa tetap berfungsi optimal dalam menjalani keseharian.


Ketika berbicara mengenai kesehatan mental, maka tidak terlepas dari kondisi lingkungan di mana seseorang berada. Diri pribadi seseorang dan lingkungan akan saling terikat dan saling mempengaruhi. Perlu disadari bahwa bagaimana pun kondisi lingkungan, maka akan mempengaruhi kondisi mental kita. Apabila seseorang berada pada lingkungan yang mendukung, maka orang tersebut relatif lebih nyaman dalam menjalani keseharian. Sebaliknya, apabila seseorang berada pada lingkungan yang kurang sehat, maka orang tersebut cenderung merasa tidak nyaman, mudah frustasi, bahkan stres, dan menimbulkan dampak buruk lainnya. Dengan demikian, dukungan yang anda berikan sebagai pasangan dapat membantunya untuk lebih adaptif menjalani peran sebagai istri.


Anda dapat memulai dengan mengajak istri anda konsultasi langsung ke psikolog agar memperoleh pendampingan secara professional serta memperoleh gambaran kondisinya saat ini. Jika diperlukan, psikolog nantinya akan memberikan rujukan ke Psikiater agar mendapatkan penanganan dengan obat-obatan. Selanjutnya, anda juga perlu memperluas pencarian informasi dan mengedukasi diri terkait gangguan kejiwaan yang dialami oleh pasangan anda kepada psikolog/ psikiater yang menanganinya. Dengan demikian, anda jadi mengetahui kondisi istri yang sebenarnya, faktor pemicu kekambuhan, serta gejala-gejala yang dialami termasuk gejala awal ketika akan kambuh, dan sebagainya.

Anda juga dapat mengajak pasangan untuk beraktivitas secara rutin, dan sebaiknya tetap aktif mengikuti aktivitas sosial di lingkungan sehingga ia tetap merasa berharga dan berdaya. Selain itu, anda juga dapat menanyakan kekhawatiran dan kegelisahan pasangan, dengarkan semua yang disampaikan tanpa menghakimi. Kemudia anda dapat menunjukkan dukungan seperti “bagaimana pun kondisimu, saya tetap ada disampingmu. Kamu tidak sendirian” atau bisa mananyakan “apa yang kamu harapkan dari saya sebagai pasangan? Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kamu?” (sebaiknya diberikan pelukan hangat agar merasa lebih tenang). Dengan kata lain, kembangkan komunikasi terbuka dan hangat agar saling mengetahui dan memahami kondisi masing-masing, serta meminimalisir kesalahpahaman. Apabila istri menunjukkan gejala menyakiti diri sendiri atau orang lain, maka sebaiknya jauhkan benda-benda tajam atau berbahaya.

Semoga membantu ya


2 tahun yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan