🔥 Diskusi Menarik

Inner child dan depresi

Aku menyadari bahwa inner childku terluka..

Kenangan buruk masa kecil tak pernah hilang dari pikiranku, aku tak ingat apakah ibuku pernah memelukku, memujiku, atau tersenyum hangat kepadaku..

Yg aku ingat adalah pukulan, tendangan, bentakan, cemoohan, tuntutan, kemarahannya..

Aku anak broken home, kedua orgtuaku bercerai saat ibu hamil aku, lalu di usiaku 1 tahun, ibuku menikah lg..

Aku kemudian tinggal bersama kakek nenek, tapi masih sering bertemu ibuku dan keluarga barunya.. disana aku seperti anak tiri.. bahkan smpai dewasa aku tetap harus mengalah dgn ketiga adikku.. aku anak yg berprestasi sjak SD smpai kuliah, tp mereka tak pernah mendukungku, aku punya ambisi yg besar, impian yg besar dgn cita2ku, tapi mrka semua mematikannya, krna aku harus mengalah, krn aku berbeda. Skrg, aku sudah menikah, sudah punya anak, ku pikir setelah menikah, suami adalah tempat satu2nya aku bersandar, aku akan dicintai, dihargai..

Tp datang k rumah suami, perlakuan mertua dan ipar sama kejamnya, fitnah sana sini, kata kasar, sikap buruk..

Belum lagi kondisi kehamilan jarak dekat 2x berturut2, dgn kondisi punya bayi, lalu hamil. Aku kena postpartum depression, blm pulih sudah hamil lg, suami yg tdk support, menganggap aku tidak waras, orgtua, teman, mertua, ipar, tetangga.. semua cuek, bahkan nyinyir.. aku hampir gila, belum pula anak2 yg berumur 3 tahun dan 2 tahun yg lagi aktif2nya, lg tantrum2nya,.. mereka sering kena imbas kemarahanku, sering aku berteriak, menangis, stress.. aku juga jadi sering sakit2an, maag, migrain, krn sering telat makan, kurang istirahat..masih harus momong anak.. harus sabar pula.. aku depressi, tp suami tetap menyepelehkan, ibuku tetap menyalahkan aku, apapun masalah yg ku hadapi.. aku tidak punya tempat bercerita, tempat mengadu..aku sendirian..

Aku bahkan bbrp kali mencoba bunuh diri, namun gagal.. krn lagi2 trauma masa kecil itu mengingatkanku, bahwa anak2ku akan bernasib sama jika kehilangan aku.. yg ku ingat, adanya aku justru menyakiti mrka, tp tidak ada seorang ibu, siapa yg akan menerima mereka.. aku butuh bantuan..

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
30
3
1

1 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.


Saya bisa mengerti kondisi anda, tentunya berat melewati proses tersebut sendirian. Saya juga mengapresiasi upaya anda dalam mempertahankan hubungan dan berusaha hadir sebagai ibu yang baik bagi buah hati anda.


Untuk membina hubungan sehat dan membangun cinta diperlukan pula membangun pola komunikasi yang sehat dan terbuka. Anda dan pasangan perlu saling mengkomunikasikan kondisi yang anda alami, sehingga dapat saling memahami pula. Selain itu, upayakan untuk dapat saling mendengarkan tanpa menghakimi. Anda dan pasangan juga dapat saling menghargai, serta saling mendukung menjadi versi terbaik diri masing-masing. Hal tersebut penting untuk diperhatikan karena membina hubungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya di salah satu pihak saja. Dengan pola komunikasi tersebut, maka dapat meminimalisir kesalahpahaman yang berlarut-larut.

Menghadapi hubungan seperti yang anda ceritakan tentu memiliki tantangan tersendiri. Sebaiknya anda tetap tenang dan tidak mudah terpancing karena hanya akan semakin memperburuk keadaan. Anda dapat menggunakan energi yang anda miliki untuk mengontrol hal yang dapat anda kendalikan (misalnya respon anda terhadap pasangan), daripada fokus pada hal yang tidak dapat anda kendalikan (misalnya perilaku pasangan). Anda juga memiliki hak untuk menetapkan batasan toleransi atas sikap pasangan anda dan berhak mengambil keputusan demi kebaikan diri anda sendiri. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya dilakukan dalam kondisi pikiran yang tenang. Jika memang diperlukan untuk mengambil jarak sejenak, maka hal tersebut boleh untuk dilakukan tetapi tetap dikomunikasikan dengan pasangan. Selain itu, anda juga dapat mencari waktu yang tepat untuk membicarakan permasalahan anda dengan pasangan, kemudian bersama sama mencari solusi yang terbaik.


Terkait emosi dan pikiran yang terus menerus dipendam, anda dapat menuliskan seluruhnya pada kertas secara berkala tanpa terkecuali. Kegiatan ini dikenal dengan istilah jurnaling, di mana dapat dilakukan setiap hari sehingga tidak hanya menumpuk dalam diri anda yang sewaktu-waktu dapat meledak seperti bom waktu. Jangan lupa untuk melatih diri berpikir positif dan lebih rasional. Luangkan waktu berdialog dengan diri sendiri untuk mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada diri. Anda juga dapat mencoba untuk memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti anda.


Bagaimana pun kondisi anda, anda tetap berharga dengan segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki.

Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda atau melakukan konseling bersama pasangan ke psikolog jika keluhan berlanjut atau bertambah parah agar segera tertangani.

1 tahun yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan