backup og meta

TBC (Tuberkulosis)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 25/06/2024

TBC (Tuberkulosis)

Batuk terus bertahan selama lebih dari tiga minggu? Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter karena ini mungkin menandakan tuberkulosis (TBC).

Dengan perawatan yang tepat dan tidak ditunda, pasien TBC bisa sembuh sepenuhnya. Untuk mencegah perburukan gejala dan penularan lebih lanjut, simak informasi seputar TBC berikut.

Apa itu tuberkulosis (TBC)?

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru. Kondisi ini juga disebut TB paru.

Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru-paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas. Pasien biasanya juga mengalami gejala lain, seperti berkeringat pada malam hari dan demam.

Pengobatan tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan minum obat yang ketat untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik.

Jika tidak segera ditangani, TBC dapat berakibat fatal. Pasalnya, bakteri M. tuberculosis bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak. Kondisi ini disebut TB ekstra paru.

Tuberkulosis di Indonesia

Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2022 lalu, terdapat sekitar 1.060.000 pasien TBC di Indonesia dengan korban jiwa sebanyak 134.000 orang.

Tanda-tanda dan gejala TBC

Gejala utama dari TBC adalah batuk yang bertahan selama lebih dari tiga minggu. Ini merupakan salah satu perbedaan batuk TBC dan batuk biasa.

Batuk TBC bisa disertai dahak atau darah. Selain itu, pasien biasanya juga mengalami gejala berupa:

  • sesak napas,
  • nyeri dada,
  • kelelahan,
  • penurunan berat badan,
  • kehilangan nafsu makan,
  • menggigil,
  • demam, serta
  • berkeringat pada malam hari.

Sementara pada TB ekstra paru, gejala yang muncul bisa beragam, tergantung organ tubuh yang mengalami infeksi.

Anda perlu segera ke dokter jika mengalami gejala tuberkulosis. Selain mencegah perkembangan infeksi menjadi TB ekstra paru, langkah ini juga baik untuk mencegah penularan.

Penyebab tuberkulosis

Situasi dan data tuberkulosis di Indonesia

TBC disebabkan oleh infeksi bakteri M. tuberculosis pada paru-paru. Sementara itu, penularan tuberkulosis terjadi ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri TB.

Bakteri akan terbawa droplet atau percikan lendir saat pasien tuberkulosis batuk atau bersin.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua orang yang terinfeksi M. tuberculosis bisa menularkannya pada orang lain. Penularan hanya bisa terjadi dari seseorang dengan penyakit TB paru aktif.

Untuk memahami bagaimana bakteri penyebab tuberkulosis menginfeksi tubuh dan menimbulkan sejumlah gejala, Anda perlu memahami tahapan infeksinya.

Dilansir dari buku Tuberculosis, bakteri M. tuberculosis akan melalui tiga tahapan infeksi seperti berikut.

1. Infeksi primer

Tahapan ketika bakteri yang mengandung bakteri penyebab tuberkulosis masuk melalui mulut dan hidung disebut dengan infeksi primer.

Bakteri ini kemudian akan masuk ke paru-paru dan mulai memperbanyak diri.

2. Infeksi laten

Saat bakteri mulai berkembang, sistem imun akan melawannya. Jika sistem imun kuat, bakteri akan masuk ke dalam status dorman, yakni kondisi ketika bakteri tidur atau tidak aktif menginfeksi.

Pada tahap yang disebut TB laten ini, orang yang terinfeksi tidak akan menunjukkan gejala. Pasien TB laten juga tidak bisa menularkan penyakit.

3. Infeksi aktif

Sebaliknya, jika respons sistem imun lemah terhadap infeksi, bakteri akan terus berkembang dan menyerang sel sehat di dalam paru-paru.

Apabila bakteri sebelumnya dalam status dorman, respons imun yang lemah bisa menyebabkan bakteri terbangun dan kembali aktif menginfeksi.

Kondisi tersebut dikenal dengan onset dari penyakit TB paru aktif, yaitu kondisi ketika gejala TBC mulai muncul.

Faktor-faktor risiko tuberkulosis

TBC bisa menginfeksi orang tanpa memandang usia maupun jenis kelamin. Namun, beberapa kondisi berikut bisa membuat seseorang lebih mudah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

  • Sistem imun lemah, seperti seseorang dengan HIV, diabetes melitus, dan malnutrisi.
  • Kontak dengan pasien tuberkulosis, misalnya tenaga medis atau keluarga pasien.
  • Tinggal di lingkungan dengan kebersihan dan sistem ventilasi yang buruk.
  • Mengonsumsi alkohol berlebihan.
  • Menggunakan obat terlarang.
  • Merokok.
  • Riwayat perjalanan ke lokasi dengan kasus TB tinggi.
  • Menjalani pengobatan kanker, seperti kemoterapi.
  • Mengonsumsi obat-obatan untuk autoimun, seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis.

Komplikasi tuberkulosis

Tanpa penanganan yang tepat, TBC bisa berakibat fatal. Bakteri ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh darah dan saluran limfatik (getah bening).

Berikut ini adalah berbagai komplikasi yang mungkin timbul akibat tuberkulosis yang tidak segera diatasi.

  • Sakit punggung.
  • Kerusakan sendi.
  • Peradangan selaput otak (meningitis).
  • Masalah pada hati dan ginjal.
  • Kelainan jantung (tamponade jantung).

Diagnosis tuberkulosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bertanya seputar riwayat kesehatan, kondisi tempat tinggal dan bekerja, serta dengan siapa saja Anda melakukan kontak.

Dari informasi tersebut, dokter akan mengetahui apakah Anda memiliki faktor risiko TBC atau tidak.

Selanjutnya, dokter akan meminta Anda menjalani sejumlah pemeriksaan TBC, salah satunya adalah tes kulit tuberkulin (mantoux test).

Dalam uji tuberkulin, sejumlah kecil protein yang mengandung bakteri tuberkulosis akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan. Kulit tersebut akan diperiksa setelah 48–72 jam.

Apabila hasilnya positif, orang tersebut berarti telah terinfeksi TBC. Namun, pengujian ini tidak bisa menentukan apakah bakteri berada dalam kondisi TB laten atau aktif.

Oleh karena itu, hasil diagnosis akan diperkuat dengan pemeriksaan dahak dan tes darah untuk memeriksa keberadaan bakteri M. tuberculosis.

Rontgen dada mungkin juga dibutuhkan untuk melihat tanda-tanda infeksi di dalam paru-paru.

Pengobatan tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis

TBC bisa disembuhkan dengan pengobatan yang ketat. Anda harus mengikuti cara minum obat TBC yang diinstruksikan oleh dokter selama 6–12 bulan.

Pengobatan melibatkan pemberian beberapa jenis obat antituberkulosis atau antibiotik khusus untuk menghentikan infeksi bakteri TBC.

Pengobatan terdiri atas dua tahap, yaitu tahap intensif pada dua bulan pertama dan lanjutan selama bulan ke 4–7. Dokter mungkin mengurangi dosis pada tahap lanjutan.

Berikut adalah obat-obatan yang digunakan sebagai lini pertama pengobatan TBC.

  • Isoniazid.
  • Rifampin (Rifadin, Rimactane).
  • Ethambutol (Myambutol).
  • Pyrazinamide.
  • Streptomisin.

Pastikan untuk tetap minum obat TBC meski gejala sudah membaik. Berhenti minum obat sebelum waktunya bisa membuat Anda mengalami resistensi obat (TB RO).

TB RO adalah kondisi ketika bakteri TB kebal terhadap pengobatan lini pertama. Ini bisa terjadi karena pasien yang tidak teratur minum obat, berhenti sebelum waktunya, atau terdapat kondisi tertentu.

Dalam kondisi tersebut, pasien bisa menerima obat-obatan lini kedua, seperti Sikloserin, Amikasin/Kanamisin, Ethionamide, dan Levofloxacin.

Meski ada opsi pengobatan lini kedua, TB RO cenderung lebih sulit dikendalikan. Jika bakteri TB sudah kebal terhadap lebih dari satu jenis antibiotik, ini disebut TB MDR (multiple drug resistant).

Pencegahan TBC

Salah satu langkah efektif dalam mencegah TBC adalah mengikuti vaksinasi Bacille Calmette-Guerin (BCG). Vaksin biasanya diberikan pada bayi dan anak-anak dalam rangkaian imunisasi.

Selain bayi dan anak-anak, vaksinasi BCG perlu diberikan pada orang-orang yang memiliki risiko tinggi tertular tuberkulosis.

Namun, vaksin ini tidak disarankan untuk seseorang dengan sistem imun yang lemah. Pasalnya, sistem imun pasien mungkin tidak bisa melawan bakteri yang ada di dalam vaksin BCG.

Selain itu, vaksin ini juga tidak bisa diberikan pada pasien TB laten. Untuk mencegah bakteri aktif kembali, seseorang dengan TB laten bisa menerima pengobatan khusus dari dokter.

Di samping vaksinasi, TBC juga bisa dicegah dengan pola hidup bersih dan sehat, termasuk memakai masker saat bepergian.

Kesimpulan

  • Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru.
  • Gejalanya yakni batuk lebih dari tiga minggu, sesak napas, demam, dan berkeringat pada malam hari.
  • Tahapan infeksi terdiri dari infeksi primer, infeksi laten saat pasien tidak bergejala, dan infeksi aktif saat pasien bergejala.
  • Penyakit ini dapat ditangani dengan pengobatan yang terdiri dari dua tahap. Pengobatan dapat memakan waktu selama 6 sampai 12 bulan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Tuberculosis. (2023, March 22). Mayo Clinic. Retrieved 14 March 2024 from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tuberculosis/symptoms-causes/syc-20351250.

American Lung Association. (2022, November 17). Learn about tuberculosis. Retrieved 14 March 2024 from https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-disease-lookup/tuberculosis/learn-about-tuberculosis.

Tuberculosis (TB). (2023, April 21). World Health Organization (WHO). Retrieved 14 March 2024 from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis.

Indonesia Raih Rekor Capaian Deteksi TBC Tertinggi Di Tahun 2022. (n.d.). Retrieved 14 March 2024 from https://ayosehat.kemkes.go.id/indonesia-raih-rekor-capaian-deteksi-tbc-tertinggi-di-tahun-2022.

TBC Indonesia. (2023, June 12). TBC Indonesia. Retrieved 14 March 2024 from https://tbindonesia.or.id/.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (n.d.). Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Retrieved 14 March 2024 from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2794/fase-pengobatan-tuberkulosis.

Versi Terbaru

25/06/2024

Ditulis oleh Shylma Na'imah

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Abduraafi Andrian

Apakah artikel ini membantu?


Artikel Terkait

TBC pada Anak

Apakah TBC Bisa Sembuh Total? Ini Faktanya