backup og meta

Intoleransi Laktosa

Intoleransi Laktosa

Salah satu jenis intoleransi makanan yang paling umum yaitu intoleransi laktosa. Biasanya kondisi ini disebabkan karena faktor genetik atau bertambahnya usia yang membuat tubuh lebih sulit mencerna makanan yang mengandung laktosa.

Apa itu intoleransi laktosa?

Intoleransi laktosa (lactose intolerance) adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika usus tidak mampu mencerna laktosa.

Laktosa adalah jenis gula yang banyak terdapat dalam susu hewani dan produk olahannya, seperti keju, es krim, yoghurt, dan mentega.

Normalnya, usus kecil butuh enzim yang disebut laktase untuk memecah laktosa menjadi gula dalam bentuk lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa.

Tubuh kemudian menyerap gula sederhana ini ke dalam aliran darah untuk dijadikan energi.

Ketika tidak bisa dicerna dan diserap tubuh, laktosa akhirnya berubah menjadi gas yang menyebabkan munculnya berbagai gejala masalah pencernaan.

Seberapa umum intoleransi laktosa?

Menurut Cleveland Clinic, diperkirakan 68% jumlah populasi di dunia mengalami intoleransi laktosa.

Kebanyakan orang dengan gangguan sistem pencernaan ini berasal dari Amerika Latin, Afrika-Amerika, Asia, dan Eropa Timur.

Satu kondisi yang mirip dengan intoleransi laktosa adalah alergi susu (cow milk allergy). Alergi susu adalah kondisi terkait sistem imun.

Seseorang dapat mengalami reaksi alergi bila sistem imunnya sensitif terhadap protein susu.

Intoleransi laktosa apa bisa sembuh sendiri?

Intoleransi laktosa umumnya tidak bisa sembuh sendiri karena disebabkan kurangnya enzim laktase di usus kecil. Namun, intoleransi laktosa sekunder, yakni kondisi intoleransi yang terjadi karena suatu penyakit, bisa sembuh jika penyakit yang mendasarinya telah sembuh.

Tanda dan gejala intoleransi laktosa

Gejala intoleransi laktosa biasanya mulai muncul dalam waktu 30 menit – 2 jam setelah makan hidangan mengandung susu.

Ada beberapa orang yang sangat sensitif terhadap laktosa sehingga gejalanya bisa muncul dengan cepat dan parah.

Gejala yang umumnya muncul adalah sebagai berikut.

1. Perut sakit, kembung, dan/atau kram

Laktosa yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna dan mengalami proses fermentasi.

Selama proses fermentasi ini, laktosa akan melepaskan asam lemak dan sekumpulan gas berupa hidrogen, metana, dan karbon dioksida.

Kandungan asam dan gas yang berlebihan bisa menyebabkan perut terasa kembung, sakit, dan bahkan kram.

2. Diare

Orang yang tidak bisa mencerna laktosa rentan mengalami gejala diare. Diare terjadi sebagai reaksi tubuh ketika volume air dalam usus besar bertambah.

Semakin banyak cairan yang dialirkan ke usus, semakin banyak pula air yang ikut terbawa bersama feses.

3. Gejala lainnya

Selain tiga gejala di atas, ada beberapa gejala lainnya yang lebih jarang terjadi, seperti:

  • sakit kepala,
  • kelelahan,
  • kehilangan konsentrasi, dan
  • terdengar suara gemuruh dari perut.

Namun, gejala-gejala ini belum ditetapkan sebagai gejala sebenarnya dan mungkin memiliki penyebab lain.

Sementara itu, gejala intoleransi laktosa pada anak mungkin akan sedikit berbeda, yaitu:

  • diare berbuih,
  • pertumbuhan dan perkembangan yang melambat, serta
  • terkadang muntah.

Kapan harus periksa ke dokter?

Jika Anda mengalami gejala di atas setelah mengonsumsi makanan mengandung laktosa, segera konsultasikan kepada dokter.

Begitu juga jika Anda mengalami gejala yang tidak disebutkan, mengingat setiap orang bisa memberikan reaksi yang berbeda.

Penyebab intoleransi laktosa

alergi susu sapi

Penyebab intoleransi laktosa yaitu tubuh yang tidak memiliki cukup enzim laktase untuk mencerna gula dalam susu. Akan tetapi, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut.

1. Intoleransi laktosa primer

Jenis intoleransi ini umumnya dimiliki oleh orang-orang yang sebelumnya bisa mengonsumsi produk susu tanpa masalah apa pun.

Hampir setiap tubuh orang yang lahir ke dunia akan menghasilkan cukup laktase untuk mencerna laktosa dalam ASI dan susu formula untuk bayi.

Namun bagi beberapa orang, kondisi ini dapat berkembang seiring pertambahan usia.

Setelah konsumsi susu sempat lama dihentikan, usus akan memproduksi lebih sedikit enzim laktase. Perubahan ini membuat beberapa orang lebih rentan mengalami intoleransi seiring waktu.

2. Intoleransi laktosa sekunder

Jenis intoleransi yang satu ini terjadi sementara, akibat pengaruh penyakit pada sistem pencernaan, efek samping operasi, atau selama mengonsumsi obat tertentu.

Salah satu penyakit yang sering menyebabkan orang menjadi intoleran terhadap susu adalah muntaber (gastroenteritis) akut.

Infeksi menyebabkan kerusakan sementara pada lapisan usus. Muntaber bisa menimbulkan mual, muntah, dan diare saat mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa.

3. Intoleransi laktosa bawaan

Kondisi ini disebabkan karena seseorang tidak menghasilkan enzim laktase sejak lahir akibat kelainan genetik yang diturunkan.

Kedua sisi orangtua harus sama-sama memiliki gen mutasi untuk dapat menurunkan kondisi ini kepada sang bayi.

Faktor risiko

Berikut berbagai faktor yang meningkatkan risiko Anda mengalami intoleransi laktosa.

  • Usia. Intoleransi laktosa bisa dialami siapa saja, tapi gejalanya cenderung tampak jelas seiring bertambahnya usia.
  • Lahir prematur. Bayi yang lahir prematur dapat mengalami kekurangan enzim laktase karena usus kecilnya belum terbentuk sempurna. Usus bayi belum membentuk sel-sel yang menghasilkan laktase sampai akhir trimester ketiga.
  • Penyakit tertentu. Penyakit yang menyerang usus halus seperti penyakit celiac atau penyakit Crohn bisa mengganggu jumlah enzim usus, termasuk laktase.
  • Pengobatan. Orang yang menjalani perawatan kanker seperti terapi radiasi atau kemoterapi yang terfokus pada bagian perut berisiko lebih tinggi.

Komplikasi intoleransi laktosa

Jika tubuh tidak dapat menyerap laktosa, Anda akan berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan akibat kekurangan zat gizi tertentu.

Misalnya, Anda mungkin jadi lebih berisiko terkena osteopenia (kepadatan tulang yang rendah) atau osteoporosis (pengeroposan tulang).

Diagnosis intoleransi laktosa

Ada tiga tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis intoleransi laktosa.

  • Tes intoleransi laktosa: beberapa tes darah untuk memeriksa kadar gula darah, termasuk perubahannya setelah meminum cairan laktosa. Jika tubuh tidak mampu mencerna laktosa, kadar glukosa darah tidak akan naik.
  • Tes napas hidrogen: memeriksa kandungan hidrogen setelah menghembuskan napas ke sebuah alat mirip corong. Adanya hidrogen bisa menandakan usus tidak bisa mengolah laktosa menjadi energi.
  • Tes keasaman feses: biasanya dilakukan pada bayi dan anak kecil. Sampel feses akan dikumpulkan dan diuji dengan asam laktat, glukosa, dan asam lemak rantai pendek lainnya.

Pengobatan intoleransi laktosa

makanan yang tidak boleh dimakan setelah olahraga

Kondisi ini tidak bisa disembuhkan, Anda hanya bisa mengendalikan gejala dan faktor pemicunya.

Kebanyakan orang dapat meredakan gejalanya dengan cara mengubah pola makan dan membatasi asupan laktosa. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.

1. Pilih sumber kalsium selain susu

Ada beragam makanan bebas laktosa yang mengandung kalsium, seperti:

  • brokoli,
  • produk yang diperkaya kalsium seperti roti dan jus,
  • ikan salmon,
  • alternatif susu lain seperti susu kedelai dan susu beras,
  • jeruk, serta
  • bayam.

Jika Anda intoleran terhadap laktosa dan khawatir tentang komplikasi karena kekurangan zat gizi tertentu, berkonsultasilah dengan ahli gizi.

Ahli gizi dapat menyesuaikan pola makan Anda atau menyarankan konsumsi suplemen guna memenuhi kebutuhan gizi.

2. Membatasi produk susu

Anda bisa membatasi mengonsumsi produk susu dengan langkah berikut ini.

  • Batasi minum susu, maksimum 118 ml atau setara dengan satu cangkir kecil. Semakin sedikit susu yang dikonsumsi, semakin kecil risiko timbulnya gejala.
  • Cobalah minum susu dengan makanan lain. Ini dapat memperlambat proses pencernaan dan mengurangi gejala intoleransi laktosa.
  • Pilihlah produk susu bebas laktosa atau rendah laktosa, misalnya keju cheddar dan yoghurt.
  • Belilah produk atau bahan makanan yang kandungan laktosanya sedikit atau bahkan bebas laktosa.
  • Mengonsumsi tablet dengan kandungan enzim laktase untuk membantu proses pencernaan susu. Namun, pastikan Anda sudah berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu.

3. Mengonsumsi probiotik

Probiotik adalah bakteri baik yang membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan dan membantu meredakan gejala intoleransi.

Hindari makan yoghurt, orang dengan intoleransi laktosa bisa mengonsumsi sumber probiotik yang lebih aman seperti tempe atau suplemen probiotik.

Pengobatan di rumah

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang bisa mencegah gejala bertambah parah.

  • Konsumsi cukup kalsium dan vitamin D dari makanan atau suplemen.
  • Beri tahu dokter tentang semua obat-obatan yang Anda konsumsi.
  • Pertimbangkan lagi apabila ingin menyusui bayi dengan susu formula, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga yang mengalami intoleransi makanan.
  • Konsumsi susu formula berbahan dasar kedelai atau susu bebas laktosa.

Konsultasikan segera dengan dokter jika diet bebas susu tidak membantu menghilangkan gejala intoleransi.

Ringkasan

  • Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika usus tidak mampu mencerna laktosa, gula yang terdapat dalam susu hewani dan produk olahannya.
  • Gejala intoleransi laktosa muncul dalam waktu 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi produk susu. Gejalanya meliputi perut kembung, kram, diare, sakit kepala, dan kelelahan.
  • Penyebab utama intoleransi adalah kekurangan enzim laktase, yang bisa terjadi secara primer, sekunder, atau bawaan.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Lactose intolerance. (2023). Retrieved 2 August 2024, from https://www.nhs.uk/conditions/lactose-intolerance/causes/

Lactose intolerance. (2023). Retrieved 2 August 2024, from https://medlineplus.gov/genetics/condition/lactose-intolerance/

Lactose intolerance – Symptoms & causes. (2024). Retrieved 2 August 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/symptoms-causes/syc-20374232

Lactose intolerance. (2020). Retrieved 2 August 2024, from https://www.nhs.uk/conditions/lactose-intolerance/

Lactose intolerance – Diagnosis & treatment. (2020). Retrieved 2 August 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/diagnosis-treatment/drc-20374238

Versi Terbaru

08/08/2024

Ditulis oleh Novita Joseph

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Alergi Air: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Fakta Alergi Gandum, Bukan Cuma Sensitif pada Gluten


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 08/08/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan