backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Berbeda dengan Autisme, Kenali Sindrom Asperger Beserta Gejalanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 29/09/2023

Berbeda dengan Autisme, Kenali Sindrom Asperger Beserta Gejalanya

Jika Anda pernah menemui seseorang yang sangat cerdas dan berbakat tetapi pemalu dan sangat sulit berinteraksi dengan orang lain, bisa jadi ia mengidap sindrom Asperger. Sudahkah Anda tahu apa itu sindrom Asperger? Berikut ulasannya.

Apa itu sindrom Asperger?

Sindrom Asperger atau Asperger syndrome adalah gangguan perkembangan yang membuat pengidapnya kesulitan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Asperger syndrome merupakan salah satu jenis gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD). 

Kebanyakan pengidap sindrom Asperger atau Asperger syndrome adalah anak laki-laki.

Melansir dari Nationwide Children’s, hal tersebut dikarenakan anak laki-laki memiliki risiko empat kali lebih besar untuk mengalami sindrom ini ketimbang anak perempuan.

Umumnya, penyakit Asperger mulai didiagnosis sejak usia 5—9 tahun. Namun, ada juga anak yang dinyatakan mengalami gangguan ini saat usianya 3 tahun.

Tahukah Anda?

Sindrom Asperger pertama kali ditemukan oleh Hans Asperger pada 1941. Setelah itu, pada tahun 1981, sindrom tersebut resmi menjadi diagnosis medis yang berada dalam golongan gangguan spektrum autisme.

Apa bedanya sindrom Asperger dan autisme?

cara mengatasi menangani anak autis

Asperger syndrome memang termasuk salah satu spektrum autisme. Akan tetapi, Asperger syndrome berbeda dengan autisme (autis)

Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh pengidap Asperger dan autisme sangat mirip, tetapi Asperger dianggap sebagai bentuk autisme ringan.

Berbeda dengan autisme, anak dengan sindrom Asperger tidak memiliki kesulitan dalam belajar, berbahasa, maupun memproses informasi.

Sebaliknya, anak yang mengalami Asperger syndrome biasanya justru menunjukkan kecerdasan di atas rata-rata.

Selain itu, ia juga cepat menguasai bahasa dan kosakata baru serta mampu menghafal berbagai hal dengan detail.

Tak seperti kebanyakan anak dengan autisme, anak yang mengidap Asperger syndrome umumnya bisa menjalani fungsi dan aktivitas sehari-hari dengan baik, meskipun membutuhkan penyesuaian tertentu.

Meski ciri-ciri penderita sindrom Asperger sudah bisa dideteksi sejak usia 3 tahun, beberapa anak juga bisa menunjukkan gejala saat memasuki usia sekolah, remaja, bahkan dewasa.

Anak yang mengidap sindrom Asperger biasanya mengalami gangguan perkembangan mental. Hal ini mengakibatkan persepsi dan pola pikir yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya.

Apa saja gejala sindrom Asperger?

Dokter dapat menyatakan seorang anak mengalami sindrom Asperger atau tidak setelah melakukan serangkaian tes tertentu.

Namun, anak yang mengidap penyakit atau sindrom Asperger menunjukkan ciri-ciri berikut ini.

1. Kesulitan berkomunikasi walaupun kemampuan bahasa baik

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak dengan Asperger syndrome biasanya terlihat mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

Meskipun kemampuan berbahasa anak pengidap penyakit Asperger sangat baik, ia biasanya mengartikan segala hal secara harfiah atau makna sesungguhnya.

Hal yang menjadi masalah adalah saat berkomunikasi. Ini karena anak dengan sindrom ini kesulitan dalam mengartikan serta mengekspresikan hal-hal yang sifatnya abstrak atau bermakna ganda.

Bahkan, anak yang mengidap Asperger syndrome juga cenderung memotong pembicaraan orang lain yang ia anggap berputar-putar atau bertele-tele.

Ia sendiri biasanya akan berbicara secara lugas dan jujur, bahkan kadang terlalu jujur bagi orang-orang yang tidak memahami kondisinya.

Oleh karena itu, sering kali mereka dicap sebagai orang yang tidak peka.

Ekspresi wajah anak dengan Asperger syndrome pun tetap datar meskipun mereka sebenarnya ingin mengungkapkan emosi seperti kesedihan, kegembiraan, atau rasa marah.

Jadi, cukup sulit untuk mengerti perasaan atau memahami maksud pembicaraan anak dengan sindrom Asperger.

2. Gangguan interaksi sosial

Selain masalah dalam berkomunikasi, ciri-ciri anak penderita Asperger syndrome lainnya adalah bermasalah dalam interaksi sosial.

Ini karena anak kerap merasa berbeda dari orang lain dan kesulitan memahami atau dipahami oleh lawan bicaranya.

Hal ini tak jarang membuat anak cenderung menarik diri dari pergaulan.

Jika anak masih berusia sangat kecil, ia mungkin kerap mendapat teguran karena berlaku tidak sopan. Padahal, ia sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung orang lain.

Anak yang mengalami Asperger syndrome hanya kesulitan untuk memahami norma sosial yang biasanya tidak bisa dijelaskan dengan nalar.

Akibatnya, anak yang mengidap sindrom ini susah membangun hubungan yang dekat dengan teman-teman sebayanya, meskipun bukan berarti mustahil.

Kadang orang lain merasa tidak sabar atau tersinggung dengan kejujuran dan cara pikir anak dengan penyakit Asperger yang terlalu ilmiah atau logis.

3. Rutinitas yang berulang

Layaknya orang-orang dalam spektrum autisme, pengidap Asperger juga tidak menyukai kejutan atau hal-hal yang tak bisa diprediksi.

Itu sebabnya, biasanya anak dengan sindrom Asperger memiliki rutinitas yang sudah pasti dan tidak bisa diubah-ubah.

Mudahnya, anak yang punya sindrom ini cenderung tidak suka melakukan banyak kegiatan. Ambil contohnya, setiap hari mereka akan sarapan dengan menu dan takaran yang persis sama.

Untuk urusan berpakaian, mereka juga memiliki jadwal kapan harus memakai baju tertentu. Berangkat ke sekolah pun harus melewati rute yang sama setiap hari.

Jika ada perubahan tak terduga dalam jadwal harian seorang pengidap Asperger, anak bisa cemas, gelisah, dan panik.

4. Fokus tertarik pada hal-hal tertentu

Ciri-ciri anak dengan penyakit sindrom Asperger juga biasanya memiliki ketertarikan dan hobi yang begitu digelutinya. 

Ambil contohnya, hobi mengoleksi mainan, mobil-mobilan, boneka, dan lainnya. Bagi anak dengan Asperger syndrome, melakukan hobi adalah hal penting untuk kebahagiaan dirinya. 

5. Indra yang sangat peka

Mirip dengan autisme, anak dengan penyakit Asperger memiliki indra yang sangat peka.

Anak biasanya mudah merasa terganggu ketika melihat warna tertentu, mendengar suara bising, mengonsumsi makanan atau minuman yang rasanya kuat, maupun menyentuh tekstur benda yang asing.

Apa penyebab sindrom Asperger?

mengatasi stres Anak sindrom asperger

Penyebab pasti dari sindrom Asperger syndrome belum ditemukan hingga saat ini. Namun, para ahli percaya bahwa pemicunya antara lain faktor genetik dan lingkungan.

Artinya, di beberapa keluarga mungkin saja terdapat lebih dari satu anak yang menderita sindrom ini.

Sementara pola asuh yang buruk terhadap anak diketahui tidak menyebabkan Asperger syndrome. Vaksin juga tidak menjadi penyebab dari gangguan spektrum autisme ini.

Bagaimana pengobatan untuk sindrom Asperger?

Asperger syndrome bukanlah penyakit atau disabilitas yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak dengan kondisi ini.

Jika anak didiagnosis dengan sindrom Asperger, bukan berarti dirinya tak akan bisa berkembang dan hidup mandiri layaknya teman-teman sebayanya.

Banyak anak dengan Asperger syndrome yang tumbuh dewasa, membangun karier, serta hidup berkeluarga seperti orang pada umumnya.

Namun, sindrom ini memang akan terus melekat seumur hidupnya. Tak ada obat khusus yang bisa menyembuhkan gangguan ini.

Biasanya, anak dengan sindrom Asperger dianjurkan untuk menjalani terapi guna melatih kepekaan sosial serta pengelolaan emosi.

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, perawatan untuk anak dengan Asperger syndrome biasanya berupa terapi untuk membantu mengelola tiga gangguan.

Ketiga gangguan tersebut mencakup kemampuan berkomunikasi, gangguan fisik, serta rutinitas berulang.

Terapi bisa dilakukan dengan melatih keterampilan sosial, perilaku kognitif, maupun pengobatan lainnya sesuai dengan kondisi yang juga dialami anak.

Jika pengidapnya mengalami gangguan kecemasan, stres, maupun depresi, dokter mungkin akan meresepkan obat penenang atau antidepresan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 29/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan