Kenali Vulvovaginitis, dari Penyebab hingga Pengobatannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 31/10/2022

Kenali Vulvovaginitis, dari Penyebab hingga Pengobatannya

Paparan terhadap mikroba, seperti bakteri dan jamur, serta bahan dan zat kimia tertentu bisa menyebabkan peradangan dan iritasi pada vagina. Kondisi ini disebut juga dengan vulvovaginitis. Pada kondisi ini, beberapa gejala bisa timbul dan menyebabkan rasa tidak nyaman di vagina. Oleh karena itu, pemeriksaan dan pengobatan ke dokter mungkin perlu dilakukan untuk memastikan penyebabnya.

Apa itu vulvovaginitis?

sariawan vagina

Vulvovaginitis adalah peradangan atau iritasi pada vagina atau alat kelamin perempuan.

Kondisi ini juga bisa terjadi pada bibir vagina atau vulva, yaitu bagian luar alat kelamin wanita.

Vulvovaginitis sendiri bukan merupakan suatu penyakit, melainkan kelompok penyakit yang terdiri dari beberapa jenis kondisi pada vagina.

Vulvovaginitis adalah kondisi yang cukup umum dialami oleh perempuan dalam segala kelompok usia, dari anak perempuan hingga wanita lanjut usia (lansia).

Namun, kondisi ini sering kali terjadi pada wanita dalam usia reproduksi atau yang masih subur.

Bahkan, vulvovaginitis merupakan yang paling sering menyebabkan gangguan ketidaknyamanan pada vagina, hingga membuat banyak wanita memutuskan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter.

Peradangan pada vagina ini biasanya terjadi ketika ada perubahan pada keseimbangan kadar jamur atau bakteri yang secara normal terdapat pada vagina.

Vaginitis dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, tergantung masing-masing penyebab dan gejala yang dialami. Setiap jenis juga mungkin memerlukan pengobatan yang berbeda-beda.

Apa penyebab vulvovaginitis?

Berdasarkan penyebabnya, vulvovaginitis bisa terbagi menjadi beberapa jenis. Berikut penjelasan masing-masing jenisnya.

1. Infeksi jamur

Infeksi jamur vagina bisa disebut juga dengan sariawan vagina.

Kondisi ini terjadi ketika jumlah jamur yang hidup secara normal di dalam tubuh (terkadang disebut juga dengan candida) terus bertambah banyak.

2. Infeksi bakteri

Selain jamur, vagina juga mengandung bakteri secara normal. Bakteri ini berfungsi melindungi vagina dari infeksi.

Namun, sama seperti bakteri pada usus, bakteri pada vagina bisa terbagi menjadi bakteri “baik” dan bakteri “jahat”.

Jika bakteri jahat lebih banyak dari bakteri baik, maka pH di dalam vagina menjadi tidak seimbang. Akibatnya, vaginosis bakterial dapat terjadi.

Selain itu, bakteri juga bisa berasal dari tinja yang masuk ke dalam uretra, atau saluran kemih. Pada kondisi tersebut, infeksi saluran kemih bisa terjadi.

3. Penyakit menular seksual

Vulvovaginitis juga bisa disebabkan oleh penyakit menular seksual, seperti chlamydia, gonore (ghonorrea), herpes, dan trikomoniasis.

Infeksi pada kelamin ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, seperti berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom, dan berbagi mainan seks (sex toy).

4. Atrofi vagina (vagina gatal)

Atrofi vagina dapat disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen. Kondisi ini terjadi ketika dinding vagina mengalami penipisan dan peradangan sehingga terasa kering dan gatal.

Umumnya, kondisi ini bisa dipicu oleh penurunan hormon estrogen secara permanen menjelang menopause.

5. Vulvodinia

Vulvodinia merupakan nyeri pada vulva yang terjadi terus-menerus selama tiga bulan atau bahkan lebih. Nyeri tersebt biasanya berupa sensasi terbakar, menusuk, atau menyengat.

Belum diketahui secara pasti penyebab dari kondisi ini.

6. Dermatitis kontak

Selanjutnya, vulvovaginitis bisa juga disebabkan oleh dermatitis kontak.

Dermatitis kontak merupakan salah satu jenis eksim yang dipicu oleh paparan terhadap zat kimia atau bahan lainnya.

Kulit di sekitar vulva sangat sensitif. Oleh karena itu, saat mengganti sabun, detergen, atau pembalut, iritasi dapat terjadi akibat paparan terhadap zat kimia atau bahan tertentu.

Apa saja gejala vulvovaginitis?

infeksi vagina saat menstruasi

Tergantung dari jenis yang dialami, gejala vulvovaginitis bia berbeda-beda.

Namun, melansir dari Mayo Clinic, kondisi ini umumnya ditandai dengan gejala pada vagina berikut ini.

  • Perubahan warna, bau, dan jumlah cairan keputihan yang keluar dari vagina.
  • Vagina terasa gatal atau iritasi.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.
  • Nyeri saat buang air kecil (BAK).
  • Perdarahan ringan atau bercak dari vagina.

Bagaimana cara mendiagnosis vulvovaginitis?

Vulvovaginitis tidak selalu membutuhkan pemeriksaan ke dokter, terutama pada kondisi berikut ini.

  • Anda sebelumnya pernah mengalami infeksi jamur pada vagina dan gejala yang timbul masih sama atau tidak ada gejala baru yang dialami.
  • Anda hafal ata mengenali gejala infeksi jamur yang biasa Anda alami sehingga bisa memastikan sendiri apa yang sedang Anda alami.

Pemeriksaan perlu dilakukan bila Anda belum pernah mengalami gangguan pada vagina sebelumnya, atau ada gejala baru yang timbul.

Untuk memastikan jenis vaginitis yang dialami dan mengetahui penyebabnya, dokter akan melakukan pemeriksaan sebagai berikut.

  • Tanya jawab riwayat kesehatan, termasuk terkait riwayat infeksi vagina maupun penyakit menular seksual.
  • Pemeriksaan panggul, misalnya dengan menggunakan spekulum atau alat pembuka untuk melihat secara langsung ke dalam vagina dan mendeteksi penyebab peradangan atau keputihan.
  • Mengambil sampel untuk di tes dilaboratorium, seperti cairan leher rahim (serviks) atau cairan vagina untuk memastikan jenis vaginitis yang dialami.
  • Memeriksa pH vagina, dengan mengusapkan stik atau kertas pH ke dinding vagina. Kadar pH yang meningkat bisa menandakan adanya bakteri atau parasit yang menyebabkan infeksi. Namun, hasil pemeriksaan pH terkadang sulit dipastikan.

Apa pengobatan untuk vulvovaginitis?

Pengobatan vulvovaginitis perlu dilakukan sesuai dengan masing-masing jenisnya. Ini karena setiap jenis memiliki penyebab yang berbeda-beda.

Namun, berikut pengobatan yang umumnya digunakan untuk mengatasi vaginitis.

1. Obat antibiotik

Antibiotik berguna untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik dapat berbentuk oral yang diminum atau krim yang dioleskan pada vagina.

2. Obat antijamur

Sesuai namanya, obat antijamur bertujuan untuk meredakan infeksi jamur.

Obat ini dapat berbentuk krim yang dioleskan pada vagina, atau obat suppositoria yang dimasukan ke dalam vagina.

3. Terapi hormon

Terapi hormon mungkin diperlukan guna mengatasi perubahan kadar hormon estrogen di dalam tubuh. Obat yang digunakan dapat berupa krim estrogen.

Kapan Anda harus ke dokter?

Pemeriksaan ke dokter perlu dilakukan jika timbul gejala-gejala berikut ini.

  • Timbul bau tidak sedap, cairan keputihan, atau rasa gatal pada vagina.
  • Memiliki banyak pasangan seksual atau pasangan seksual yang baru.
  • Telah melakukan pengobatan dan menggunakan seluruh obat tetapi infeksi tidak kunjung reda.
  • Mengalami demam, menggigil, atau nyeri panggul.

Pada kondisi di atas, pemeriksaan ke dokter bisa membantu memastikan penyebab masing-masing kondisi sehingga penanganan yang tepat dapat dilakukan.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 31/10/2022

Iklan

Apakah artikel ini membantu?

Iklan
Iklan