4. Atrofi vagina (vagina gatal)
Atrofi vagina dapat disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen. Kondisi ini terjadi ketika dinding vagina mengalami penipisan dan peradangan sehingga terasa kering dan gatal.
Umumnya, kondisi ini bisa dipicu oleh penurunan hormon estrogen secara permanen menjelang menopause.
5. Vulvodinia
Vulvodinia merupakan nyeri pada vulva yang terjadi terus-menerus selama tiga bulan atau bahkan lebih. Nyeri tersebt biasanya berupa sensasi terbakar, menusuk, atau menyengat.
Belum diketahui secara pasti penyebab dari kondisi ini.
6. Dermatitis kontak
Selanjutnya, vulvovaginitis bisa juga disebabkan oleh dermatitis kontak.
Dermatitis kontak merupakan salah satu jenis eksim yang dipicu oleh paparan terhadap zat kimia atau bahan lainnya.
Kulit di sekitar vulva sangat sensitif. Oleh karena itu, saat mengganti sabun, detergen, atau pembalut, iritasi dapat terjadi akibat paparan terhadap zat kimia atau bahan tertentu.
Apa saja gejala vulvovaginitis?

Tergantung dari jenis yang dialami, gejala vulvovaginitis bia berbeda-beda.
Namun, melansir dari Mayo Clinic, kondisi ini umumnya ditandai dengan gejala pada vagina berikut ini.
- Perubahan warna, bau, dan jumlah cairan keputihan yang keluar dari vagina.
- Vagina terasa gatal atau iritasi.
- Nyeri saat berhubungan seksual.
- Nyeri saat buang air kecil (BAK).
- Perdarahan ringan atau bercak dari vagina.
Bagaimana cara mendiagnosis vulvovaginitis?
Vulvovaginitis tidak selalu membutuhkan pemeriksaan ke dokter, terutama pada kondisi berikut ini.
- Anda sebelumnya pernah mengalami infeksi jamur pada vagina dan gejala yang timbul masih sama atau tidak ada gejala baru yang dialami.
- Anda hafal ata mengenali gejala infeksi jamur yang biasa Anda alami sehingga bisa memastikan sendiri apa yang sedang Anda alami.
Pemeriksaan perlu dilakukan bila Anda belum pernah mengalami gangguan pada vagina sebelumnya, atau ada gejala baru yang timbul.
Untuk memastikan jenis vaginitis yang dialami dan mengetahui penyebabnya, dokter akan melakukan pemeriksaan sebagai berikut.
- Tanya jawab riwayat kesehatan, termasuk terkait riwayat infeksi vagina maupun penyakit menular seksual.
- Pemeriksaan panggul, misalnya dengan menggunakan spekulum atau alat pembuka untuk melihat secara langsung ke dalam vagina dan mendeteksi penyebab peradangan atau keputihan.
- Mengambil sampel untuk di tes dilaboratorium, seperti cairan leher rahim (serviks) atau cairan vagina untuk memastikan jenis vaginitis yang dialami.
- Memeriksa pH vagina, dengan mengusapkan stik atau kertas pH ke dinding vagina. Kadar pH yang meningkat bisa menandakan adanya bakteri atau parasit yang menyebabkan infeksi. Namun, hasil pemeriksaan pH terkadang sulit dipastikan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar