backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenal Vulvovaginitis, dari Ciri, Penyebab, hingga Pengobatan

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 15/12/2023

Mengenal Vulvovaginitis, dari Ciri, Penyebab, hingga Pengobatan

Paparan terhadap mikroba, seperti bakteri dan jamur, serta bahan dan zat kimia tertentu bisa menyebabkan peradangan dan iritasi pada vagina. Kondisi ini disebut juga dengan vulvovaginitis.

Gangguan kesehatan ini dapat menimbulkan beberapa gejala dan menyebabkan rasa tidak nyaman pada vagina. Oleh karena itu, pemeriksaan dan pengobatan ke dokter mungkin perlu dilakukan untuk memastikan penyebabnya.

Apa itu vulvovaginitis?

Vulvovaginitis adalah peradangan atau iritasi pada vagina atau alat kelamin wanita. Kondisi ini juga bisa terjadi pada bibir vagina atau vulva, yaitu bagian luar alat kelamin wanita.

Vulvovaginitis sendiri bukan merupakan suatu penyakit, melainkan kelompok penyakit yang terdiri dari beberapa jenis kondisi pada vagina.

Vulvovaginitis adalah kondisi yang cukup umum dialami oleh wanita dalam segala kelompok usia, dari anak perempuan hingga lanjut usia (lansia).

Namun, kondisi ini sering kali terjadi pada wanita dalam usia reproduktif atau yang masih subur.

Bahkan, vulvovaginitis merupakan masalah kesehatan yang paling sering menyebabkan ketidaknyamanan pada vagina hingga membuat banyak wanita memutuskan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter.

Peradangan pada vagina ini biasanya terjadi ketika ada perubahan pada keseimbangan kadar jamur atau bakteri yang secara normal terdapat pada vagina.

Vaginitis dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, tergantung masing-masing penyebab dan gejala yang dialami. Setiap jenis juga mungkin memerlukan pengobatan yang berbeda-beda.

Apa saja gejala vulvovaginitis?

infeksi vagina saat menstruasi

Tergantung dari jenis yang dialami, gejala vulvovaginitis bia berbeda-beda. Namun, melansir dari Mayo Clinic, kondisi ini umumnya ditandai dengan gejala pada vagina berikut ini.

  • Perubahan warna, bau, dan jumlah cairan keputihan yang keluar dari vagina.
  • Vagina terasa gatal atau iritasi.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.
  • Nyeri saat buang air kecil (BAK).
  • Perdarahan ringan atau bercak dari vagina.

Kapan Anda harus ke dokter?

Pemeriksaan ke dokter perlu dilakukan jika timbul gejala-gejala berikut ini.

  • Timbul bau tidak sedap, cairan keputihan, atau rasa gatal pada vagina.
  • Memiliki banyak pasangan seksual atau pasangan seksual yang baru.
  • Telah melakukan pengobatan dan menggunakan seluruh obat tetapi infeksi tidak kunjung reda.
  • Mengalami demam, menggigil, atau nyeri panggul.

Pada kondisi di atas, pemeriksaan ke dokter bisa membantu memastikan penyebab masing-masing kondisi sehingga penanganan yang tepat dapat dilakukan.

Apa penyebab vulvovaginitis?

Berdasarkan penyebabnya, vulvovaginitis bisa terbagi menjadi beberapa jenis. Berikut penjelasan masing-masing jenisnya.

1. Infeksi jamur

Infeksi jamur vagina bisa disebut juga dengan sariawan vagina.

Kondisi ini terjadi ketika jumlah jamur yang hidup secara normal di dalam tubuh (terkadang disebut juga dengan Candida) terus bertambah banyak.

2. Infeksi bakteri

Selain jamur, vagina juga mengandung bakteri secara normal. Bakteri ini berfungsi melindungi vagina dari infeksi.

Namun, sama seperti bakteri pada usus, bakteri vagina bisa terbagi menjadi bakteri “baik” dan bakteri “jahat”.

Jika bakteri jahat lebih banyak dari bakteri baik, maka pH di dalam vagina menjadi tidak seimbang. Akibatnya, vaginosis bakterialis dapat terjadi.

Selain itu, bakteri juga bisa berasal dari tinja yang masuk ke dalam uretra atau saluran kemih. Pada kondisi tersebut, infeksi saluran kemih bisa terjadi.

3. Penyakit menular seksual

Vulvovaginitis juga bisa disebabkan oleh penyakit menular seksual, seperti klamidia, gonore, herpes, dan trikomoniasis.

Infeksi pada kelamin ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, seperti berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom dan berbagi mainan seks (sex toy).

4. Atrofi vagina (vagina gatal)

Atrofi vagina dapat disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen. Kondisi ini terjadi ketika dinding vagina mengalami penipisan dan peradangan sehingga terasa kering dan gatal.

Umumnya, kondisi ini bisa dipicu oleh penurunan hormon estrogen secara permanen menjelang menopause.

5. Vulvodinia

Vulvodinia merupakan nyeri pada vulva yang terjadi terus-menerus selama 3 bulan atau bahkan lebih. Nyeri tersebut biasanya berupa sensasi terbakar, menusuk, atau menyengat.

Belum diketahui secara pasti penyebab dari kondisi ini.

6. Dermatitis kontak

Selanjutnya, vulvovaginitis bisa juga disebabkan oleh dermatitis kontak.

Dermatitis kontak merupakan salah satu jenis eksim yang dipicu oleh paparan terhadap zat kimia atau bahan lainnya.

Kulit di sekitar vulva sangat sensitif. Oleh karena itu, saat mengganti sabun, detergen, atau pembalut, iritasi dapat terjadi akibat paparan terhadap zat kimia atau bahan tertentu.

Bagaimana cara mendiagnosis vulvovaginitis?

sariawan vagina

Vulvovaginitis tidak selalu membutuhkan pemeriksaan ke dokter, terutama pada kondisi berikut ini.

  • Anda sebelumnya pernah mengalami infeksi jamur pada vagina dan gejala yang timbul masih sama atau tidak ada gejala baru yang dialami.
  • Anda hafal atau mengenali gejala infeksi jamur yang biasa Anda alami sehingga bisa memastikan sendiri apa yang sedang Anda alami.

Pemeriksaan perlu dilakukan bila Anda belum pernah mengalami gangguan pada vagina sebelumnya atau ada gejala baru yang timbul.

Untuk memastikan jenis vaginitis yang dialami dan mengetahui penyebabnya, dokter akan melakukan pemeriksaan sebagai berikut.

  • Tanya jawab riwayat kesehatan, termasuk terkait riwayat infeksi vagina maupun penyakit menular seksual.
  • Pemeriksaan panggul, misalnya dengan menggunakan spekulum atau alat pembuka untuk melihat secara langsung ke dalam vagina dan mendeteksi penyebab peradangan atau keputihan.
  • Mengambil sampel untuk di tes dilaboratorium, seperti cairan leher rahim (serviks) atau cairan vagina untuk memastikan jenis vaginitis yang dialami.
  • Memeriksa pH vagina, dengan mengusapkan stik atau kertas pH ke dinding vagina. Kadar pH yang meningkat bisa menandakan adanya bakteri atau parasit yang menyebabkan infeksi. Namun, hasil pemeriksaan pH terkadang sulit dipastikan.

Apa pengobatan untuk vulvovaginitis?

Pengobatan vulvovaginitis perlu dilakukan sesuai dengan masing-masing jenisnya. Ini karena setiap jenis memiliki penyebab yang berbeda-beda.

Namun, berikut pengobatan yang umumnya digunakan untuk mengatasi vaginitis.

1. Obat antibiotik

Antibiotik berguna untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik dapat berbentuk oral yang diminum atau krim yang dioleskan pada vagina.

2. Obat antijamur

Sesuai namanya, obat antijamur bertujuan untuk meredakan infeksi jamur. Obat ini dapat berbentuk krim yang dioleskan pada vagina atau suppositoria yang dimasukkan ke dalam vagina.

3. Terapi hormon

Terapi hormon mungkin diperlukan guna mengatasi perubahan kadar hormon estrogen di dalam tubuh. Obat yang digunakan dapat berupa krim estrogen.

Untuk mendapat obat yang tepat, sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter saat gejala tak biasa terjadi pada vagina Anda.

Bagaimana cara mencegah vulvovaginitis?

Untuk mencegah kondisi ini terjadi, Anda dapat melakukan beberapa cara berikut.
  • Hindari menggunakan sabun di daerah vulva. Anda cukup membersihkannya dengan air hangat.
  • Hindari menggunakan celana yang ketat.
  • Segera ganti pakaian saat basah.
  • Gunakan pembalut yang tidak memiliki wangi.
  • Hindari melakukan douching.
  • Gunakan pakaian dalam berbahan katun.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 15/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan