Bukan hanya pada orang dewasa, vulvovaginitis juga bisa dialami oleh anak-anak. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, gejala yang timbul bisa menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas anak.
Apa itu vulvovaginitis pada anak?
Vulvovaginitis adalah kondisi peradangan atau iritasi pada vagina dan bagian luar vagina (vulva).
Kondisi ini cukup umum dialami, bahkan bisa terjadi secara berulang pada beberapa anak. Saat memasuki masa pubertas, kekambuhan vulvovaginitis biasanya baru mulai berkurang.
Pada anak-anak, vulvovaginitis umumnya terjadi secara ringan dan bukan merupakan kondisi yang serius.
Peradangan cukup diredakan dengan pengobatan rumahan sehingga tidak memerlukan penanganan medis atau pemeriksaan khusus.
Tanda dan gejala vulvovaginitis pada anak
Gejala vulvovaginitis pada anak dapat meliputi berikut ini.
- Gatal di bagian vagina.
- Kulit kemerahan di kulit antara labia mayora (bibir luar vagina).
- Keluar cairan keputihan dari vagina.
- Rasa terbakar atau menyengat saat buang air kecil.
- Perdarahan vagina.
Penyebab vulvovaginitis pada anak
Sebelum memasuki masa pubertas, tubuh anak belum menghasilkan hormon estrogen secara alami.
Maka dari itu, lapisan vagina dan vulva pada anak-anak lebih tipis dibandingkan pada orang dewasa. Anak juga belum memiliki rambut kemaluan dan lemak pada labia.
Tanpa hormon estrogen, vagina juga belum memiliki lapisan lendir yang berfungsi mencegah penyakit infeksi.
Hal inilah yang bisa menyebabkan anak rentan mengalami iritasi pada vagina dan vulva.
Berdasarkan Cleveland Clinic, iritasi dapat menyebabkan sekitar 75% kasus vulvovaginitis pada anak.
Iritasi bisa dipicu oleh beberapa hal berikut ini.
- Bagian di sekitar vulva sering lembap.
- Berat badan berlebih pada anak.
- Pakaian yang ketat.
- Kandungan sabun yang terlalu keras atau tidak cocok dengan kulit.
- Losion atau pelembap yang mengandung parfum.
- Detergen dan pelembut pakaian.
Selain itu, jarak antara vagina dan anus pada anak lebih dekat dibandingkan pada orang dewasa.
Ini bisa menyebabkan vagina lebih rentan terpapar bakteri penyebab infeksi, terutama jika anak kurang bisa menjaga kebersihan diri.
Cacing di sekitar anus juga bisa menyebabkan vulvovaginitis atau membuat kondisi tersebut bertambah parah.
Ada juga beberapa kondisi lain pada vagina dan anus yang bisa menyebabkan vulvovaginitis, yaitu adhesi labial, lichen sclerosus, dan candidiasis.
Pengobatan vulvovaginitis pada anak
Pada umumnya, vulvovaginitis pada anak bisa diatasi dengan pengobatan rumahan.
Salah satu cara yang paling mudah untuk membantu mengobati gejala vulvovaginitis yaitu dengan berendam air hangat tanpa sabun.
Berikut langkah-langkahnya.
- Rendam tubuh anak dalam air hangat yang tidak mengandung sabun.
- Buka kaki anak cukup lebar, sehingga air bisa membersihkan bagian vagina.
- Diamkan selama 10—15 menit.
- Keringkan vagina dengan handuk bersih. Pastikan vagina sudah benar-benar kering.
Selain itu, ada beberapa pengobatan mandiri lainnya yang bisa dilakukan di rumah, seperti berikut ini.
- Menghindari penyebab iritasi, seperti sabun yang terlalu keras atau mengandung pewangi.
- Membersihkan alat kelamin dan bagian di sekitarnya dengan baik setelah buang air kecil atau buang air besar.
- Mengenakan pakaian yang longgar.
- Tidur tanpa mengenakan pakaian dalam.
- Menggunakan pelembap yang mengandung petroleum jeli, zat seng oksida atau krim steroid.
Namun, sebelum menggunakan krim steroid pada anak, konsultasi ke dokter perlu dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya.
Jika vulvovaginitis disebabkan oleh kondisi lain, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan sesuai dengan masing-masing kondisinya. Berikut di antaranya.
- Infeksi bakteri, diatasi dengan obat antibiotik, seperti penisilin.
- Cacingan pada anak diatasi dengan obat cacing, seperti mebendazole.
- Adhesi labial, diatasi dengan krim estrogen.
- Lichen sclerosus, diatasi dengan obat steroid oles.
- Candidiasis, diatasi dengan obat anti jamur oles.
Pencegahan vulvovaginitis pada anak
Meski cukup umum terjadi, vulvovaginitis yang mungkin dialami si Kecil sebenarnya bisa dicegah dengan menghindari faktor-faktor pemicunya.
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari pemicu vulvovaginitis.
- Pilih pakaian dalam anak yang terbuat dari katun dan tidak terlalu ketat.
- Mandikan anak secara teratur.
- Gunakan sabun yang lembut dan tanpa pewangi, atau cukup gunakan air untuk membersihkan vulva anak.
- Keringkan bagian vagina anak dengan baik.
- Hindari menggunakan produk yang bisa menimbulkan iritasi pada vagina anak, seperti sabun, sampo, serta detergen dan pelembut pakaian yang terlalu keras.
- Cuci tangan dengan air dan sabun setelah menggunakan toilet.
- Jangan biarkan anak duduk terlalu lama saat mengenakan baju renang yang ketat dan basah.
- Biasakan anak tidur menggunakan baju tidur tanpa popok atau celana dalam.
Selain itu, mengajarkan anak cara menjaga kebersihan yang baik juga bisa mencegah terjadinya vulvovaginitis pada anak.
Kesimpulan
- Vulvovaginitis pada anak adalah peradangan pada area vulva dan vagina yang umum terjadi pada anak perempuan prapubertas, terutama karena anatomi dan faktor pertahanan tubuh yang belum matang.
- Penyebabnya beragam, termasuk infeksi bakteri, iritasi dari produk pembersih, kebiasaan kebersihan yang kurang baik, atau alergi.
- Gejala umumnya berupa gatal, kemerahan, bengkak, dan kadang-kadang keluar cairan.
- Penanganan meliputi perbaikan kebiasaan kebersihan, penggunaan pakaian yang longgar dan menyerap keringat, serta menghindari iritasi. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengatasi infeksi atau gejala.
[embed-health-tool-vaccination-tool]