backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

16

Tanya Dokter
Simpan
Konten

4 Penyebab Keputihan seperti Air, Apakah Normal?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 14/06/2024

4 Penyebab Keputihan seperti Air, Apakah Normal?

Pernahkah Anda mengalami keputihan encer seperti air? Kondisi ini memang membuat tidak nyaman karena vagina menjadi basah dan lebih lembap. Apakah keputihan encer merupakan kondisi yang normal dalam kesehatan reproduksi wanita? Apa penyebab keputihan seperti air ini? Berikut penjelasannya.

Normalkah keputihan encer seperti air?

Mengutip dari NHS, keputihan encer, bening seperti air, dan teksturnya licin adalah kondisi yang normal.

Biasanya, keputihan cair ini terjadi menjelang menstruasi dan bisa bertambah ketika Anda melakukan olahraga. 

Keputihan bening dan encer juga menjadi tanda Anda memiliki vagina yang sehat.

Berdasarkan data dari BMJ Best Practice, setidaknya keputihan wanita sekitar 1—2 ml per hari.

Cairan keputihan akan lebih banyak ketika kadar estrogen meningkat karena ovulasi, hamil, atau penggunaan pil KB.

Pada kondisi sehat, keputihan memiliki peran penting untuk melembapkan dan melindungi vagina dari infeksi dan iritasi. 

Namun, bila warna keputihan bening disertai gejala lain, seperti gatal, nyeri, dan berbau, itu bisa jadi tanda ada masalah dengan kesehatan kewanitaan. 

Apa penyebab keputihan encer seperti air?

keputihan setelah haid

Keputihan yang jernih dan cair seperti air kemungkinan besar adalah kondisi normal serta bukan tanda infeksi. Jumlah cairan keputihan yang bening bisa meningkat kapan saja.

Peningkatan hormon estrogen bisa merangsang produksi cairan keputihan menjadi lebih banyak.

Berikut penjelasan seputar penyebab keputihan encer seperti air yang perlu Anda ketahui.

1. Masa ovulasi

Salah satu penyebab Anda mengalami keputihan encer seperti air adalah masa ovulasi.

Ovulasi biasanya terjadi di tengah siklus menstruasi, yakni kira-kira 14 hari sebelum hari pertama menstruasi.

Menjelang masa subur atau ovulasi, Anda biasanya mengalami keputihan yang awalnya mirip putih telur. 

Seiring berjalannya waktu, tekstur dan warna keputihan berubah menjadi bening, encer, licin, dan elastis. 

Ini karena selama menjelang ovulasi, tubuh memproduksi lendir 30 kali lebih banyak setelah ovulasi.

2. Tanda hamil

Ketika wanita sedang hamil, serviks (leher rahim) dan dinding vagina menjadi lebih lembut.

Untuk melindungi janin dalam kandungan, tubuh memproduksi cairan keputihan agar terhindar dari infeksi.

Mengutip dari Pregnancy, Birth, & Baby, infeksi bisa terjadi karena bakteri berjalan dan berpindah dari dalam vagina ke dalam uterus (rahim).

Pada masa ini, Anda mengalami keputihan encer seperti air selama kehamilan agar bakteri tidak berpindah dan masuk ke dalam rahim.

Saat minggu terakhir kehamilan, cairan keputihan yang keluar bisa berubah menjadi lebih tebal, berlendir, dan mengandung darah.

Tidak perlu khawatir, ini adalah kondisi normal karena lendir yang ada di leher rahim keluar dan bersiap untuk melahirkan.

3. Peningkatan gairah seksual

Saat gairah seksual wanita meningkat, keputihan cenderung berwarna bening dan encer seperti air. 

Kelenjar di vagina menghasilkan cairan tersebut untuk melumasi vagina dan bersiap untuk hubungan seksual.

Keputihan sebagai tanda gairah seksual biasanya jernih, lembap, dan licin. Biasanya, kondisi ini hilang dalam hitungan jam. 

4. Menopause

Penyebab keputihan cair yang selanjutnya adalah menopause.

Selama periode ini, perubahan hormon dapat menyebabkan berbagai gejala. Salah satunya adalah keputihan yang lebih encer dan seperti air. 

Hal ini terjadi karena penurunan kadar estrogen yang mengakibatkan penipisan dinding vagina dan penurunan produksi lendir vagina.

Akibatnya, lendir vagina menjadi lebih encer dan keputihan cair pun bisa terjadi. 

Bagaimana cara mengatasi keputihan encer yang berlebihan?

pantyliner terbaik

Meski normal, keputihan encer seperti air membuat Anda tidak nyaman karena vagina terasa lembap dan basah.

Untuk mengatasinya, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan agar keputihan tidak semakin membuat risih. Berikut cara-caranya.

  • Memakai pantyliner untuk mencegah kebocoran pada celana dalam.
  • Membilas vagina dari depan ke belakang saat buang air kecil.
  • Hindari memakai celana ketat agar vagina bisa bernapas.
  • Memakai pakaian menyerap keringat saat siang hari.
  • Mengusap dan menepuk vagina sampai kering setiap selesai mandi.
  • Hindari memakai tisu toilet yang berwarna dan beraroma.
  • Tidak memakai sabun kewanitaan pembersih vagina.

Keputihan cair adalah tanda vagina Anda dalam keadaan normal dan tidak perlu khawatir selama tidak ada bau menyengat serta rasa gatal.

Itu sebabnya, penting untuk menjaga kesehatan organ kewanitaan Anda.

Kapan harus ke dokter?

cara menggunakan bpjs di kota lain

Cairan berwarna bening dan encer ini memang bukan masalah serius. Akan tetapi, Anda tetap perlu memperhatikan bila terjadi perubahan warna, tekstur, dan aroma.

Berikut kondisi yang membuat Anda perlu konsultasi ke dokter ketika mengalami keputihan encer seperti air.

  • Merasakan sensasi terbakar saat buang air kecil.
  • Keputihan bening tidak hilang setelah satu minggu.
  • Vagina terasa gatal dan kemerahan.
  • Terjadi pembengkakan pada area genital.
  • Lecet pada vagina atau vulva.
  • Perubahan mendadak pada warna keputihan.
  • Tercium aroma menyengat yang bau dari cairan keputihan.
  • Keputihan keluar dalam jumlah banyak secara tiba-tiba.

Bila mengalami kondisi tersebut, segera konsultasi kepada dokter karena bisa menjadi tanda infeksi pada vagina. 

Kesimpulan

  • Keputihan encer seperti air adalah kondisi yang sering dialami oleh wanita dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Ini umumnya merupakan tanda bahwa vagina dalam kondisi sehat dan berfungsi normal.
  • Keputihan cair ini memiliki beberapa penyebab yang berhubungan dengan siklus reproduksi wanita dan perubahan hormonal, termasuk masa ovulasi, kehamilan, peningkatan gairah seksual, dan menopause.
  • Meski umumnya normal, sebaiknya konsultasikan kepada dokter jika terjadi lebih dari satu minggu atau disertai dengan gejala lain, seperti gatal, nyeri, bau tidak sedap, atau perubahan warna, karena bisa jadi tanda adanya masalah pada kewanitaan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 14/06/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan