Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Neurogenic bladder atau kandung kemih neurogenik adalah kondisi hilangnya kontrol kandung kemih akibat gangguan pada otak, tulang belakang, atau saraf. Kerusakan pada saraf dapat membuat kandung kemih menjadi terlalu aktif atau justru kurang aktif.
Proses keluarnya urine dikendalikan oleh otak. Ketika kandung kemih mulai penuh, otak akan menghantarkan sinyal menuju saraf kandung kemih agar otot-otot di sekelilingnya berkontraksi. Kontraksi otot kandung kemih menyebabkan keluarnya urine.
Pada penderita salah satu penyakit kandung kemih ini, ada masalah penghantaran sinyal sehingga proses keluarnya urine juga terganggu. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memicu masalah lain seperti penyakit kandung kemih, infeksi saluran kemih, hingga kerusakan ginjal.
Ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi kandung kemih neurogenik. Beberapa metode ditujukan untuk melatih fungsi kandung kemih. Apabila tidak berhasil, dokter dapat menyarankan operasi kandung kemih guna memperbaiki fungsinya.
Gejala utama neurogenic bladder adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil. Setiap orang mungkin mengalami gejala yang berbeda-beda, tergantung jenis kerusakan saraf dan seberapa parah kerusakan yang terjadi.
Secara umum, berikut gejala yang kerap muncul.
Gangguan saraf pada sistem perkemihan bisa menyebabkan kandung kemih overaktif (overactive bladder). Kondisi ini membuat otot-otot kandung kemih lebih sering berkontraksi sehingga Anda terus-menerus ingin buang air kecil (biasanya lebih dari 10 kali sehari).
Kandung kemih overaktif biasanya disertai dengan inkontinensia urine, alias keluarnya air kencing tanpa diinginkan. Selain membuat Anda bolak-balik ke kamar mandi, kedua kondisi ini membuat Anda mengeluarkan beberapa tetes urine tanpa menyadarinya.
Selain membuat Anda lebih sering kencing, neurogenic bladder juga bisa menimbulkan dampak sebaliknya. Gangguan saraf dapat membuat kandung kemih sulit berkontraksi sehingga Anda jarang merasa ingin kencing atau tidak bisa kencing hingga tuntas.
Ini adalah gejala awal neurogenic bladder yang jarang disadari. Urine yang tersisa pada kandung kemih dapat memicu pertumbuhan bakteri, virus, atau jamur. Pertumbuhan yang tidak terkendali akhirnya menyebabkan infeksi saluran kemih yang berulang.
Selain berbagai tanda yang telah disebutkan, kandung kemih neurogenik juga dapat menyebabkan gejala lain seperti:
Anda sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter begitu mengalami gejala kandung kemih neurogenik. Gejala kondisi ini terkadang menyerupai penyakit lain pada sistem perkemihan, padahal dampak jangka panjangnya mungkin lebih parah.
Kandung kemih neurogenik yang tidak ditangani dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih berulang kali dan pembentukan batu kandung kemih. Urine yang menumpuk juga bisa menekan kandung kemih dan menyebabkan pembengkakan ginjal.
Pada kasus yang parah, tekanan berlebih pada ginjal dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah kecil pada organ vital ini. Akibatnya, terjadi penurunan fungsi ginjal dan gangguan lainnya pada sistem perkemihan.
Neurogenic bladder adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh masalah sistem saraf. Pada kondisi normal, sinyal saraf harus bergerak bolak-balik membawa perintah dari otak untuk mengendalikan kontraksi dan relaksasi otot kandung kemih.
Saat jumlah urine dalam kandung kemih masih sedikit, otak akan memerintahkan otot kandung kemih untuk menampung urine. Begitu kandung kemih terisi penuh, barulah otak mengirimkan sinyal untuk mengosongkan kandung kemih. Sinyal inilah yang membuat Anda merasa ingin buang air kecil.
Jika fungsi saraf terganggu, otot kandung kemih tidak dapat mengencang (berkontraksi) dan mengendur (berelaksasi) pada saat yang tepat. Dampaknya, kandung kemih tidak akan terisi ataupun kosong seutuhnya.
Kandung kemih mungkin menjadi sangat aktif dan lebih sering berkontraksi walaupun belum penuh dengan urine. Atau sebaliknya, kandung kemih justru tidak berkontraksi sehingga Anda tidak merasa ingin kencing ketika urine sudah penuh.
Ada beragam gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan neurogenic bladder, yaitu sebagai berikut.
Kandung kemih neurogenik bisa jadi merupakan bawaan cacat lahir. Kecacatan yang menjadi penyebabnya antara lain:
Umumnya, penyebab utama neurogenic bladder adalah penyakit yang berdampak pada saraf seperti:
Gangguan saraf pada sistem perkemihan juga dapat disebabkan oleh beragam kondisi berikut:
Neurogenic bladder adalah kondisi yang melibatkan sistem saraf dan perkemihan. Penanganannya pun harus sesuai dengan penyebabnya agar lebih optimal. Oleh sebab itu, dokter perlu melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mendiagnosis kondisi ini.
Berikut sejumlah pemeriksaan yang kerap dilakukan.
Pertama-tama, dokter perlu mengetahui gejala yang Anda alami, seberapa sering Anda mengalaminya, dan dampaknya terhadap kegiatan sehari-hari. Dokter biasanya juga menanyakan riwayat penyakit, pola makan, serta minuman yang biasa Anda konsumsi.
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mendeteksi apa pun pada tubuh Anda yang mungkin menyebabkan kandung kemih neurogenik. Tahap ini meliputi pemeriksaan perut, organ di sekitar panggul, rektum, serta tes untuk mendeteksi pembesaran prostat jinak (penyakit BPH).
Anda mungkin akan diminta membuat jurnal buang air kecil. Fungsinya untuk mencatat seberapa sering Anda buang air kecil, banyaknya urine yang keluar, dan kapan Anda mengalami kebocoran urine tanpa disadari.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi inkontinensia urine, Anda akan diminta menggunakan pad atau popok khusus yang memiliki pewarna di dalamnya. Popok tersebut akan berubah warna bila ada urine yang keluar.
Selain melihat riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik, dokter terkadang perlu mengajukan pemeriksaan lain untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan lain untuk mendiagnosis neurogenic bladder adalah sebagai berikut.
Neurogenic bladder adalah kondisi serius dengan penyebab yang sangat beragam. Metode penanganan akan ditentukan oleh dokter dengan mempertimbangkan:
Mengacu pada Urology Care Foundation, di bawah ini adalah metode yang dapat dilakukan.
Apabila kerusakan saraf masih tergolong ringan, penanganan pertama biasanya melalui perbaikan gaya hidup. Selama jangka waktu tertentu, Anda perlu melakukan perubahan gaya hidup yang terdiri dari:
Obat tidak bisa menyembuhkan kandung kemih neurogenik ataupun mengontrol buang air kecil. Namun, ada obat-obatan yang membantu mencegah kontraksi kandung kemih sehingga mengurangi rasa ingin buang air kecil.
Pemakaian kateter bertujuan agar Anda dapat mengosongkan kandung kemih. Caranya dengan memasukkan tabung kecil ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. Akan tetapi, Anda mungkin perlu meminum antibiotik selama memakai kateter karena prosedur ini berisiko menyebabkan infeksi saluran kencing.
Ini adalah salah satu penanganan neurogenic bladder yang cukup umum. Ada dua jenis terapi rangsangan listrik, yakni:
Terapi rangsangan listrik menggunakan aliran listrik bertegangan rendah yang aman bagi tubuh. Prinsip kedua terapi pada dasarnya mirip, yakni memperbaiki sinyal antara otak dan kandung kemih agar Anda dapat buang air kecil dengan normal kembali.
Suntik botox menggunakan racun dari bakteri C. botulinum. Jika digunakan dalam dosis kecil, racun botox dapat mencegah kontraksi otot kandung kemih sehingga mengurangi rasa ingin buang air kecil. Kendati efektif, metode ini perlu diulang setiap enam bulan.
Operasi dipilih bila metode lainnya tidak membuahkan hasil. Ada operasi pemasangan cincin pada uretra yang bisa dilepas-pasang untuk mencegah kebocoran air kencing. Ada pula operasi pembentukan ulang kandung kemih untuk memulihkan fungsinya.
Anda tetap bisa menjalani kehidupan dengan normal walaupun memiliki kandung kemih neurogenik. Langkah-langkah yang dapat Anda lakukan di antaranya:
Neurogenic bladder adalah gangguan kesehatan yang berdampak besar. Meski begitu, Anda dapat mengelolanya dengan rutin menjalani pengobatan, menjaga kesehatan kandung kemih, dan menerapkan perbaikan gaya hidup sesuai anjuran dokter.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar