Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi bakteri penyebab tuberkulosis. Setiap detiknya, ada satu orang yang terinfeksi TBC. Bahkan, data terkini pada tahun 2023 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara dengan kasus tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia, setelah India. TBC di Indonesia memang masih menjadi momok yang menakutkan dan terus digalakkan pengendaliannya.
Berbagai informasi penting seputar TBC di Indonesia
Mengetahui data dan informasi seputar TBC di Indonesia bisa membantu Anda menjadi lebih waspada terhadap penyakit yang satu ini.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari TBC Indonesia tahun 2024 oleh Kementerian Kesehatan, berikut berbagai informasi seputar penyakit TBC di Indonesia yang menarik dan penting untuk Anda ketahui.
1. TBC adalah penyakit menular pembunuh nomor satu di Indonesia
Di Indonesia sendiri, TBC masih menjadi salah satu dari sepuluh infeksi penyebab kematian nomor satu dalam kategori penyakit menular.
Namun, jika dilihat dari penyebab kematian umum, TBC menempati posisi ke-3 setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut di semua kalangan usia.
Jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2023 kembali meningkat hingga mencapai sekitar 1.060.000 kasus.
Sementara itu, jumlah kematian yang tercatat akibat penyakit TBC berdasarkan data yang sama, yaitu mencapai 134.000 jiwa.
Diperkirakan terdapat 17 orang per jam yang meninggal akibat TBC.
2. TBC paling banyak menyerang laki-laki usia produktif
Kasus tuberkulosis pada laki-laki diketahui lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Begitu pun pada data penyakit tuberkulosis pada masing-masing provinsi di seluruh Indonesia.
Dari data tahun 2021, setidaknya terdapat sekitar 6.000.000 kasus TBC pada pria dewasa, sedangkan pada wanita dewasa berjumlah sekitar 3.400.000 kasus.
Sementara untuk kasus pada anak-anak, data menunjukan di angka sekitar 1.200.000 kasus.
Dari data tersebut dapat diartikan bahwa semua orang pada dasarnya bisa terjangkit tuberkulosis.
Ini terutama untuk mereka yang memiliki faktor risiko penyebab TBC, seperti sistem imun lemah atau sering kontak dengan pasien.
3. Angka kejadian TBC di rutan dan lapas cukup tinggi
Kejadian penyakit TBC di Indonesia sangat tinggi terutama di perkotaan, tempat padat dan kumuh, serta lingkungan tempat kerja.
Namun, data pada tahun 2022 menyebutkan bahwa tahanan di rutan, lapas, dan lembaga pemasyarakatan di Indonesia termasuk yang rentan mengalami TBC.
Dalam data tersebut yang diambil dari 47.185 tahanan, didapatkan jumlah terduga TBC sebanyak 10.220 orang atau sebesar 22% dari jumlah total.
Para tahanan yang terduga TBC tidak dikarantina dalam ruangan khusus. Oleh karena itu, angka penularan TBC di lapas terus mengalami peningkatan.
4. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus TBC yang tinggi
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, jumlah TBC di provinsi mencapai hingga 20.583 kasus.
Kasus terbanyak berada di Jakarta Selatan dengan jumlah 8.691 kasus.
Sementara itu, kasus TBC paling rendah dimiliki oleh Kepulauan Seribu dengan jumlah hanya 2 kasus.
5. Tingkat keberhasilan kesembuhan TBC di Indonesia berubah-ubah
Angka keberhasilan pengobatan adalah indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pengendalian TBC di suatu negara.
Angka tersebut didapatkan dari jumlah semua kasus TBC yang sembuh dari pengobatan lengkap di antara semua kasus TBC yang mengikuti pengobatan.
Kemenkes menetapkan standar minimal persentase keberhasilan pengobatan TBC secara nasional sebesar 90%, tidak berbeda jauh dari WHO yang mematok angka di 85% untuk setiap negara dengan kasus TBC terbanyak.
Pada tahun 2023, angka keberhasilan pengobatan TBC Indonesia telah mencapai hasil yang diharapkan.
Akan tetapi, tingkat keberhasilan pengobatan TBC sepanjang tahun 2008—2009 pernah mencapai 90%, dan terus turun serta berubah-ubah.
Data terakhir, pengobatan TBC di Indonesia yang telah dilakukan hingga tuntas tercatat di angka 90% dari total kasus.
Pencapaian lainnya, 58% orang yang diketahui kontak erat dengan penderita TBC telah mendapatkan terapi pencegahan TB (TPT).
Penyebab tingginya kasus TBC di Indonesia
Dilansir dari halaman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TBC di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1. Waktu pengobatan yang relatif lama
Membutuhkan waktu sekitar 6—8 bulan menjadi penyebab orang dengan TBC menghentikan pengobatan di tengah jalan setelah merasa sehat padahal masa pengobatan belum selesai.
Hal ini akan membuat bakteri tetap hidup dan terus menginfeksi tubuh serta orang terdekatnya.
2. Adanya peningkatan orang yang terinfeksi HIV/AIDS
3. Munculnya permasalahan resistansi/kebal obat antituberkulosis
Kesimpulan
- Kasus tuberkulosis di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Indonesia adalah salah satu dari lima negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia, bersama dengan India.
- Menurut data WHO, Indonesia memiliki ratusan ribu kasus TBC baru setiap tahunnya. Angka insidensi TBC di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan banyak negara lain.