backup og meta

9 Penyebab Sakit di Belakang Telinga serta Penanganannya

PenyebabCara mengatasi

Area di belakang telinga memiliki banyak struktur penting seperti tulang, otot, saraf, dan jaringan telinga itu sendiri. Artinya, nyeri di bagian ini bisa menandakan berbagai kondisi medis, dari yang ringan hingga serius. Oleh karena itu, mengetahui penyebab sakit di belakang telinga sangat penting agar penanganan dapat dilakukan dengan tepat. Lantas, apa penyebab sakit di belakang telinga? Ketahui di bawah ini.

9 Penyebab Sakit di Belakang Telinga serta Penanganannya

Penyebab sakit di belakang telinga

Nyeri di belakang telinga bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, baik dari telinga itu sendiri maupun dari bagian tubuh lain yang terkait. Berikut beberapa penyebab yang diketahui.

1. Suara keras

Paparan suara keras, terutama dalam durasi yang lama atau secara mendadak (seperti suara ledakan atau musik bervolume tinggi pada sound horeg), dapat menyebabkan tekanan berlebih pada struktur telinga bagian dalam dan tengah.

Dalam beberapa kasus, kondisi tersebut bisa menimbulkan nyeri yang menjalar ke belakang telinga.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), suara keras bisa menyebabkan trauma akustik yang memicu peradangan pada saraf pendengaran atau jaringan di sekitar telinga, termasuk saraf yang juga terhubung ke area kepala dan leher.

Efek ini tidak hanya menimbulkan gangguan pendengaran sementara atau permanen, tetapi juga rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di sekitar dan belakang telinga, terutama jika terdapat sensitivitas saraf atau riwayat migrain.

2. Infeksi telinga (otitis media dan otitis eksterna)

Infeksi telinga merupakan salah satu penyebab umum nyeri di belakang telinga.

Dua jenis infeksi telinga yang paling sering terjadi adalah infeksi telinga bagian tengah (otitis media) atau luar (otitis eksterna) yang bisa menyebabkan nyeri yang menjalar ke belakang telinga.

Kondisi ini sering disertai gejala lain seperti demam, keluar cairan dari telinga, dan gangguan pendengaran.

Infeksi ini umumnya disebabkan oleh bakteri atau virus, dan lebih sering terjadi setelah pilek atau infeksi saluran pernapasan atas.

3. Mastoiditis

Mastoiditis adalah infeksi serius pada tulang mastoid, yaitu tulang berongga yang terletak tepat di belakang telinga.

Kondisi ini biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi telinga tengah (otitis media) yang tidak diobati atau tidak membaik dengan pengobatan.

Infeksi menyebabkan peradangan dan penumpukan nanah di rongga mastoid, sehingga menimbulkan nyeri hebat di belakang telinga, bengkak, kemerahan, demam tinggi, dan kadang keluarnya cairan dari telinga.

Dalam kasus berat, mastoiditis dapat menyebabkan gangguan pendengaran, pembentukan abses, bahkan menyebar ke otak dan menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.

4. Masalah sendi rahang

Temporomandibular joint disorder (TMJ) atau gangguan sendi temporomandibular merupakan salah satu penyebab umum nyeri yang menjalar ke belakang telinga.

Menurut Cleveland Clinic, nyeri dari TMJ sering disalahartikan sebagai masalah telinga karena letaknya yang berdekatan.

Kondisi ini terjadi ketika sendi atau otot yang menghubungkan rahang bawah dengan tulang tengkorak mengalami ketegangan, peradangan, atau gangguan fungsi.

Hal tersebut biasanya terjadi jika seseorang sering mengatupkan gigi, menggertakkan gigi, atau mengalami stres. Sakitnya bisa terasa saat membuka mulut atau mengunyah.

Gejalanya bisa berupa nyeri di rahang, kesulitan membuka mulut, suara klik atau berderak saat mengunyah, serta nyeri yang terasa menjalar ke area telinga dan belakangnya.

5. Masalah gigi dan gusi

Infeksi gigi, gusi bengkak, impaksi gigi bungsu, atau gigi berlubang bisa menimbulkan nyeri yang terasa sampai ke belakang telinga.

Hal ini terjadi karena saraf-saraf di daerah wajah, rahang, dan telinga saling terhubung, terutama melalui saraf trigeminal, sehingga nyeri dari mulut dapat dirasakan di telinga atau area sekitarnya.

Menurut American Family Physician, lebih dari 60% kasus otalgia (nyeri telinga) yang tidak disebabkan langsung oleh telinga berasal dari struktur lain di kepala dan leher, dengan gigi sebagai salah satu sumber tersering.

Gejala yang menyertai dapat berupa nyeri berdenyut di rahang atau gusi, pembengkakan wajah, demam ringan, dan nyeri saat mengunyah atau menggigit.

6. Neuralgia

Neuralgia adalah nyeri saraf yang muncul akibat iritasi atau kerusakan pada saraf tertentu, dan dapat menjadi penyebab rasa sakit yang tajam di belakang telinga.

Beberapa jenis neuralgia, seperti neuralgia oksipital (saraf di belakang kepala) atau neuralgia genikulatum (saraf di dalam telinga), bisa menyebabkan nyeri tajam atau seperti tersengat listrik di belakang telinga.

Kondisi ini menyebabkan nyeri menusuk seperti tersengat listrik di bagian belakang kepala dan telinga, sering kali di satu sisi.

Rasa sakit ini dapat dipicu oleh gerakan leher, menyisir rambut, atau bahkan sentuhan ringan di kulit kepala.

7. Otot leher tegang (sternocleidomastoid muscle pain)

Otot leher yang kaku atau tegang, terutama otot sternokleidomastoid (SCM), bisa menyebabkan rasa sakit yang menjalar ke belakang telinga.

Di dalam tubuh, otot SCM membentang dari bagian belakang telinga hingga ke tulang dada dan tulang selangka, dan berfungsi membantu memutar serta menekuk leher.

Ketika otot ini mengalami ketegangan akibat postur tubuh yang buruk, stres, atau gerakan leher yang berulang, rasa nyeri bisa menjalar ke berbagai area, termasuk bagian belakang telinga.

Ini bisa terjadi karena posisi duduk yang buruk, terlalu lama menunduk, atau stres. Gejalanya bisa termasuk rasa tegang di leher dan nyeri kepala di belakang telinga.

8. Kolesteatoma

Kolesteatoma adalah pertumbuhan jaringan abnormal berupa kantong kulit di dalam telinga tengah yang dapat merusak struktur di sekitarnya, termasuk tulang-tulang kecil pendengaran dan tulang mastoid di belakang telinga.

Meskipun bukan tumor ganas, kondisi ini bisa merusak struktur tulang di sekitar telinga dan menyebabkan sakit hingga ke belakang telinga, gangguan pendengaran, dan infeksi berulang.

Kolesteatoma sering berkembang akibat infeksi telinga tengah kronis atau fungsi tuba eustachius yang buruk, yang menyebabkan tekanan negatif dan menarik lapisan kulit ke dalam telinga tengah.

Jika tidak ditangani, jaringan ini bisa tumbuh dan menghancurkan tulang mastoid di belakang telinga, yang menimbulkan nyeri dan risiko komplikasi serius seperti meningitis atau abses otak.

9. Eagle syndrome

Eagle syndrome adalah kondisi langka yang terjadi akibat tulang styloid yang memanjang atau adanya kalsifikasi pada ligamen stylohyoid, yang terletak di dasar tengkorak dan dekat dengan telinga serta leher.

Kondisi ini disebabkan oleh tulang kecil di tenggorokan (styloid process) yang terlalu panjang atau menekan saraf.

Perubahan struktur ini dapat menekan saraf dan pembuluh darah di sekitarnya, sehingga menimbulkan berbagai gejala, termasuk rasa sakit tajam yang menjalar ke belakang telinga, wajah, rahang, dan tenggorokan.

Nyeri sering dipicu saat menelan, mengunyah, memutar kepala, atau bahkan saat berbicara.

Cara mengatasi sakit di belakang telinga

telinga bindeng

Cara mengatasi nyeri di bagian belakang telinga harus disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut penanganan umumnya.

1. Gunakan kompres hangat atau dingin

Jika nyeri di belakang telinga berasal dari ketegangan otot atau peradangan ringan, kompres hangat atau dingin bisa membantu meredakan rasa sakit.

Tempelkan handuk hangat atau es batu yang dibungkus kain di area yang sakit selama 10–15 menit. Ini dapat membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan aliran darah ke area tersebut.

2. Minum obat pereda nyeri

Obat pereda nyeri yang dijual bebas , seperti ibuprofen atau paracetamol, bisa membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan.

Ini sering digunakan untuk nyeri ringan hingga sedang, terutama yang disebabkan oleh infeksi ringan atau otot yang tegang.

3. Istirahatkan otot dan perbaiki postur tubuh

Otot leher yang kaku atau tegang, seperti otot sternokleidomastoid, bisa menyebabkan nyeri menjalar ke belakang telinga.

Untuk mengatasinya, penting untuk istirahat yang cukup, memperbaiki postur tubuh saat duduk atau bekerja, serta melakukan peregangan otot leher secara perlahan.

4. Istirahatkan rahang 

Jika nyeri dicurigai akibat gangguan sendi rahang (TMJ), penting untuk membatasi penggunaan rahang dalam aktivitas sehari-hari.

Penanganannya meliputi kompres hangat, menghindari makanan keras, dan terkadang alat penyangga rahang (splint) yang direkomendasikan oleh dokter gigi.

5. Gunakan obat-obatan lainnya

Jika sakit di belakang telinga terjadi akibat infeksi, seperti otitis media atau mastoiditis, obat-obatan lain mungkin diperlukan untuk mengatasi penyebabnya.

Dalam kasus ini, Anda perlu mengunjungi dokter. Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik oral atau obat tetes telinga sesuai jenis infeksinya.

6. Konsultasikan ke dokter bila nyeri tidak membaik

Jika sakit di belakang telinga tidak kunjung hilang dalam beberapa hari, memburuk, atau disertai gejala lain seperti pusing, muntah, atau gangguan pendengaran, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.

Dokter dapat memberikan diagnosis yang tepat serta membantu menentukan cara menghilangkan sakit di belakang telinga yang sesuai.

Kesimpulan

  • Sakit di belakang telinga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari suara keras, infeksi telinga, gangguan sendi rahang (TMJ), masalah gigi dan gusi, ketegangan otot leher, iritasi saraf (neuralgia), hingga kondisi langka seperti kolesteatoma dan Eagle syndrome.
  • Dari banyaknya kemungkinan penyebab dan lokasi saraf yang saling terhubung, penting untuk memerhatikan gejala yang menyertai.
  • Cara mengatasi sakit di belakang telinga bergantung pada penyebabnya. Umumnya, nyeri ringan dapat diredakan dengan kompres hangat atau dingin, penggunaan obat-obatan, serta istirahat rahang dan peregangan otot leher.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

How To Treat TMJ Pain. (2025). Retrieved 25 July 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15066-temporomandibular-disorders-tmd-overview

Earwood, J. S., Rogers, T. S., & Rathjen, N. A. (2018). Ear Pain: Diagnosing Common and Uncommon Causes. Retrieved 25 July 2025, from https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2018/0101/p20.html

What Causes Noise-Induced Hearing Loss. (n.d.). Retrieved 25 July 2025, from https://www.cdc.gov/hearing-loss/causes/?CDC_AAref_Val=https%3A%2F%2Fwww.cdc.gov%2Fnceh%2Fhearing_loss%2Fwhat_noises_cause_hearing_loss.html

Norris, C. D., & Koontz, N. A. (2020). Secondary Otalgia: Referred Pain Pathways and Pathologies. AJNR. American journal of neuroradiology41(12), 2188–2198. https://doi.org/10.3174/ajnr.A6808

Mastoiditis. (n.d.). Retrieved 25 July 2025, from https://www.mountsinai.org/health-library/diseases-conditions/mastoiditis

Coulter, J. (2024). Otalgia. Retrieved 25 July 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549830/

Taziki, M. H., & Behnampour, N. (2012). A study of the etiology of referred otalgia. Iranian journal of otorhinolaryngology24(69), 171–176. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3846197/

Singh, P. M., Kaur, M., & Trikha, A. (2013). An uncommonly common: Glossopharyngeal neuralgia. Annals of Indian Academy of Neurology16(1), 1–8. https://doi.org/10.4103/0972-2327.107662

Coulter, J. (2024). Otalgia. Retrieved 25 July 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549830/

Roser, F., Nakamura, M., Bellinzona, M., Ritz, R., Ostertag, H., & Tatagiba, M. S. (2006). Proliferation potential of spinal meningiomas. European spine journal : official publication of the European Spine Society, the European Spinal Deformity Society, and the European Section of the Cervical Spine Research Society15(2), 211–215. https://doi.org/10.1007/s00586-005-0937-z

Cholesteatoma. (n.d.). Retrieved 25 July 2025, from https://www.mountsinai.org/health-library/diseases-conditions/cholesteatoma

Campbell, M. (2022). Physiology, Endocrine Hormones. Retrieved 25 July 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538498/

Colleen Doherty, M. (2025). What Is Causing Pain Behind the Ear? Retrieved 25 July 2025, from https://www.verywellhealth.com/pain-behind-ear-5184302

Earwood, J. S., Rogers, T. S., & Rathjen, N. A. (2018). Ear Pain: Diagnosing Common and Uncommon Causes. Retrieved 25 July 2025, from https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2018/0101/p20.html

Ely, J. W., Hansen, M. R., & Clark, E. C. (2008). Diagnosis of Ear Pain. Retrieved 25 July 2025, from https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2008/0301/p621.html

Norris, C. D., & Koontz, N. A. (2020). Secondary Otalgia: Referred Pain Pathways and Pathologies. AJNR. American journal of neuroradiology41(12), 2188–2198. https://doi.org/10.3174/ajnr.A6808

Versi Terbaru

08/08/2025

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Tak Boleh Sering, Berapa Kali Membersihkan Telinga yang Tepat?

Apakah Gendang Telinga Pecah Bisa Sembuh Sendiri Tanpa Obat?


Ditinjau oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita · Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Diperbarui 08/08/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?