Pernahkah Anda mendengar tentang klamidia? Klamidia adalah salah satu penyakit menular seksual yang dapat menyerang perempuan dan laki-laki. Gejala klamidia sebaiknya tidak disepelekan karena dapat menyebabkan masalah kesehatan, bahkan berisiko menimbulkan ketidaksuburan. Lantas, apa saja ciri-ciri penyakit klamidia? Simak pemaparan lengkapnya di bawah ini, ya!
Apa saja tanda dan gejala klamidia?
Klamidia atau chlamydia adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Melakukan seks tanpa pengaman, seperti tanpa menggunakan kondom, adalah salah satu cara seseorang tertular penyakit klamidia.
Penyakit ini tidak bisa diremehkan karena berisiko menyebabkan masalah kesehatan lain yang jauh lebih serius.
Pada wanita, klamidia berpotensi mengakibatkan peradangan serviks, kehamilan ektopik, serta penyakit radang panggul.
Sementara itu, pria yang terkena klamidia juga berisiko mengalami infeksi kelenjar prostat dan testis.
Sayangnya, kebanyakan pasien klamidia tidak menyadari bahwa ia mengidap penyakit ini karena gejalanya tidak selalu tampak.
Menurut situs CDC, diperkirakan hanya sekitar 10% pria dan 5-30% wanita dengan klamidia yang mengalami gejala.
Hal ini kemungkinan dikarenakan siklus perkembangan bakteri yang sulit ditebak.
Jadi, bakteri C. trachomatis bisa saja menyerang tubuh seseorang, tetapi gejala atau ciri-ciri klamidia baru muncul beberapa minggu kemudian.
Jika ada beberapa gejala yang muncul, biasanya Anda baru akan mengetahuinya setelah 1-3 minggu sejak awal penularan.
Berikut gejala klamidia yang perlu diperhatikan:
Gejala klamidia pada wanita
Mengenali gejala klamidia pada wanita mungkin akan cukup sulit. Ini karena hampir 95% pasien wanita tidak mengalami gejala apa pun.
Namun, terkadang gejala hadir beberapa minggu sejak pasien pertama kali terpapar.
Berikut adalah gejala atau tanda klamidia pada wanita yang mungkin muncul:
- Keluarnya cairan tidak normal yang berbau dari vagina.
- Perdarahan di luar masa menstruasi.
- Adanya rasa sakit ketika menstruasi.
- Nyeri di bagian lambung bawah disertai demam.
- Adanya rasa sakit ketika berhubungan seksual.
- Rasa panas dan gatal di sekitar vagina.
- Sakit ketika buang air kecil.
Gejala klamidia pada pria
Sama halnya dengan wanita, pasien klamidia pria juga bisa mengalami kesulitan dalam mengenali keberadaan penyakit ini.
Jika muncul, gejala klamidia pada pria biasanya meliputi:
- Adanya sedikit cairan bening atau keruh yang muncul di ujung penis.
- Rasa sakit ketika buang air kecil.
- Rasa panas dan gatal di lubang penis.
- Munculnya rasa sakit dan bengkak di area sekitar testis.
Apa saja faktor risiko seseorang mengalami klamidia?
Klamidia disebabkan oleh bakteri yang menyebar melalui hubungan seks yang tidak aman. Namun, penyakit ini hanya dapat ditularkan melalui cairan kelamin.
Ini artinya, klamidia tidak bisa ditularkan melalui kontak ciuman, berpelukan, atau mandi bersama.
Klamidia juga tidak menular lewat air di kolam renang, toilet, tempat duduk, alat makan, maupun pakaian.
Anda berisiko tinggi terkena klamidia jika melakukan atau mengalami hal sebagai berikut:
- Melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan, baik secara vaginal, anal, atau oral.
- Bergonta-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom.
- Melakukan seks dengan menggunakan sex toys tanpa mencucinya setelah dipakai sebelumnya atau tidak dilapisi kondom selama pemakaian.
- Alat kelamin Anda dan pasangan saling bersentuhan, meski tidak ada penetrasi, orgasme, maupun ejakulasi.
- Cairan vagina atau air mani yang terinfeksi masuk melalui mata.
- Jika Anda sedang hamil dan terinfeksi klamidia, bayi juga bisa tertular.
Selain itu, klamidia juga dapat menular melalui rektum (anus) perempuan dan laki-laki karena melakukan seks anal.
Biasanya, tidak ada gejala yang ditunjukkan bila bila bakteri klamidia menyerang anal.
Akan tetapi, infeksi ini dapat menyebabkan nyeri, keluar cairan, dan perdarahan dari anus.
Bagaimana cara mengobati gejala klamidia?
Sebelum melakukan pengobatan, pastikan Anda memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter.
Biasanya, klamidia terdiagnosis saat Anda sudah mengalami gejala atau ketika sedang menjalani tes skrining penyakit menular seksual.
Pengobatan klamidia, baik yang disertai gejala maupun tidak, harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah munculnya komplikasi di kemudian hari.
Jika infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya, pengobatan yang Anda jalani akan jauh lebih rumit dan berat.
Berikut pilihan pengobatan untuk klamidia:
Antibiotik
Klamidia biasanya diobati dengan obat-obatan antibiotik, seperti azithromycin atau doxycycline.
Antibiotik ini harus diminum sampai habis meski kondisi tubuh Anda sudah membaik.
Setelah pengobatan dengan antibiotik, Anda harus melakukan tes kembali untuk memastikan bahwa infeksi telah benar-benar diobati.
Hindari dulu berhubungan seks
Sebelum Anda atau pasangan dinyatakan sembuh dari klamidia, Anda dan pasangan tidak boleh berhubungan seks dan melakukan kontak seks dengan siapa pun.
Jika Anda berhubungan seks lebih dari satu pasangan, sebaiknya Anda juga menyarankan pasangan yang melakukan kontak dengan Anda untuk ikut diobati.
Apakah gejala klamidia bisa dicegah?
Tentu saja selalu ada cara untuk mencegah terkena klamidia.
Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah klamidia:
- Gunakan selalu kondom ketika Anda berhubungan seks, baik itu secara vaginal atau anal.
- Jaga kebersihan sex toys dan hindari berbagi sex toys dengan banyak pasangan.
- Setia pada pasangan dengan tidak melakukan seks dengan berganti-ganti pasangan.
- Untuk wanita, hindari metode douching saat membersihkan vagina.
- Lakukan tes skrining penyakit menular seksual secara berkala, terutama jika Anda menjalani kehidupan seks yang aktif.
Kapan saya harus periksa ke dokter?
Penyakit klamidia memang sulit untuk dideteksi sendiri karena tanda yang tidak pasti, terlebih jika Anda termasuk orang yang tidak mengalami gejala awal.
Oleh karena itu, sebaiknya lakukan tes skrining penyakit menular seksual atau pemeriksaan infeksi menular seksual.
Apalagi jika Anda tergolong aktif melakukan hubungan seks yang tidak aman dan sering bergonta-ganti pasangan, tes skrining tentu sangat diperlukan.
Selain itu, Anda juga harus segera memeriksakan diri ke dokter jika pasangan Anda ternyata memiliki klamidia, meski belum ada gejala-gejala yang muncul.
Hal ini penting untuk memastikan apakah Anda juga tertular penyakit klamidia atau tidak sehingga dokter bisa segera memberikan pengobatan.
[embed-health-tool-ovulation]