Meskipun alasan untuk berhubungan seks bisa sangat bervariasi dan kompleks, mencapai orgasme pada umumnya adalah tujuan utamanya. Satu hal yang dapat disetujui oleh banyak orang adalah orgasme merupakan pengalaman menyenangkan yang sangat intens.
Jadi, apa itu orgasme?
Jika ragu, bukalah kamus. The Oxford English Dictionary mendefinisikan orgasme sebagai “sebuah gerakan tubuh yang tiba-tiba; seperti kejang, kontraksi, atau getaran akibat lonjakan gairah seksual.”
Merriam-Webster menggambarkan pengalaman seksual ini dengan lebi rinci, menyatakan bahwa orgasme adalah serangkaian tanda dan gejala fisik yang terjadi pada puncak kenikmatan seksual yang biasanya ditandai dengan ejakulasi air mani pada pria dan kontraksi vagina pada wanita.
Peneliti seks terkemuka, Dr. Alfred Kinsley pernah mengatakan bahwa orgasme dapat disamakan dengan klimaks crescendo dalam sebuah gubahan musik. Menurutnya, orgasme adalah kenikmatan seksual yang terjadi bertahap, dari ketenangan yang menjadi semakin nyaring, dan diakhiri oleh keheningan.
Tiga tahapan reaksi tubuh menjelang orgasme
Dikutip dari WebMD, William Masters and Virginia Johnson (dua terapis seks terkemuka) menciptakan istilah “respon siklus seksual” untuk menggambarkan urutan kejadian yang dilalui tubuh saat pemiliknya terangsang secara seksual dan berpartisipasi dalam kegiatan yang merangsang secara seksual (seks penetratif, masturbasi, foreplay, dll).
Respon siklus seksual dibagi menjadi empat tahap: gairah seksual, masa stabil, orgasme, dan resolusi. Tidak ada batas jelas di mana suatu tahap dimulai dan berakhir — semua ini menjadi bagian dari proses yang berkelanjutan dari respon seksual. Perlu diingat bahwa siklus ini adalah garis besar yang sangat umum dari apa yang terjadi pada tubuh masing-masing saat kita menjadi terangsang secara seksual. Ada banyak variasi antara individu, serta di antara peristiwa seksual yang berbeda.
Baik pria maupun wanita melalui empat fase tersebut, yang membedakan hanyalah waktu. Pria biasanya mencapai orgasme lebih dulu saat berhubungan seksual, sementara wanita bisa memakan waktu hingga 15 menit untuk mencapai poin yang sama.
1. Yang terjadi pada tubuh saat mendapat gairah seksual
Fase ini biasanya dimulai dalam waktu 10 – 30 detik setelah stimulasi erotis, dan dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
Pria: Penis menjadi sedikit tegak. Testis membengkak, skrotum mengencang, dan penis mulai mengeluarkan cairan pra-ejakulasi. Puting seorang pria juga dapat mengeras dan menegak.
Wanita: Pelumasan vagina dimulai. Vagina membengkak dan memperpanjang. Bibir luar, bibir bagian dalam, klitoris, dan terkadang payudara mulai membengkak. Payudara menjadi lebih penuh.
Keduanya: Otot menegang, pupil mata membesar, dan ambang nyeri Anda naik. Denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan meningkat.
Ada peningkatan vasocongestion, atau pembengkakan jaringan yang disebabkan oleh tambahan aliran darah, yang menyebabkan tiga tanda umum dari gairah: puting menegang, kulit memerah, dan ereksi.
Di saat yang sama, otak Anda dibanjiri oleh hormon kuat: dopamin dan oksitosin, khususnya. Dopamin, yang dilepaskan pertama kali, memicu motivasi — dalam konteks ini, motivasi untuk mencapai orgasme. Oksitosin, yang datang kemudian, membuat Anda merasa terikat (yang mengapa itu disebut “hormon berpelukan’).
Sebagai pasangan hormon, dua neurotransmitter ini dapat menjelaskan mengapa kita merasa langsung — walau hanya sebentar — terikat dengan pasangan kita ketika kita mulai merasa bergairah. Dilansir dari Refinery 29, geografi otak menyala seperti kembang api selama gairah seksual: Setengah lusin bagian otak menjadi aktif, termasuk amigdala (yang terkait dengan emosi), hippocampus (yang terkait dengan manajemen memori), dan insula anterior (membantu memproses perasaan fisik).
Otak laki-laki dan perempuan tidak selalu merespon dengan cara yang sama terhadap rangsangan pembangkit gairah. Pria menunjukkan aktivitas otak yang lebih dalam amigdala sementara wanita hampir tidak ada.
2. Yang terjadi pada tubuh saat dalam masa stabil (plateau)
Jika rangsangan seksual terus terjadi, tahap berikutnya dalam siklus respon seksual akan terjadi. Fase ini, yang disebut tahap stabil (plateau), mungkin atau mungkin tidak diungkapkan, baik secara lisan atau melalui tindakan atau perilaku.
Pria: Testis tertarik ke dalam skrotum. Penis menjadi sepenuhnya tegak.
Wanita: Bibir vagina menjadi lebih menggembung. Jaringan-jaringan dinding vagina, sepertiga dari bagian luar, membengkak akibat dipenuhi darah, dan bukaan vagina menyempit. Klitoris wanita menjadi sangat sensitif (bahkan mungkin terasa sakit jika disentuh) dan ‘bersembunyi’ di bawah tutup klitoris untuk menghindari rangsangan langsung dari penis. Labia bagian dalam (bibir) berubah warna (meskipun agak sulit untuk dilihat). Bagi wanita yang belum pernah memiliki anak, bibir berubah dari merah muda menjadi merah cerah. Pada wanita yang pernah memiliki anak, warna berubah dari merah cerah ke ungu tua.
Kedua: Laju pernapasan dan denyut nadi semakin dipercepat. Sebuah “sex flush’ (bercak kemerahan) mungkin muncul di perut, dada, bahu, leher, atau wajah (seperti tersipu). Otot paha, pinggul, tangan dan pantat menegang, dan kejang mungkin dimulai.
Selama fase plateau, rangsangan gairah dapat mencapai tingkat paling tertingginya, dapat hilang, dan kemudian timbul kembali beberapa kali. Begitu Anda mencapai puncak tahapan plateau, orgasme akan mengikuti. Selama orgasme, segala ketegangan seksual dilepaskan. Hanya tepat sebelum orgasme, detak jantung, pernapasan, tekanan darah, dan ketegangan otot mencapai puncak tertinggi mereka.
Orgasme adalah tahapan klimaks dari keempat rangkaian respon siklus seksual. Tahapan ini juga merupakan tahapan respon seks tersingkat, biasanya hanya berlangsung selama beberapa detik.
3. Yang terjadi pada tubuh selama mengalami orgasme
Pada pria, perubahan fisiologis saat mencapai orgasme termasuk cairan air mani yang terkumpul di dalam bola uretra. Kondisi ini terjadi ketika seorang pria merasa yakin akan mengalami orgasme, atau yang disebut dengan “keniscayaan ejakulasi”. Selanjutnya, penis melepaskan ejakulasi. Kontraksi juga terjadi pada penis selama fase orgasmik.
Bagi wanita, fase orgasmik akan ditandai dengan kontraksi dari sepertiga dinding vagina terdepan dengan irama delapan ketukan persepuluh detik. (Jumlah dan intensitas kontraksi bervariasi tergantung pada orgasme yang dialami individu.) Otot-otot rahim juga berkontraksi, meski hampir tidak terasa.
Pada umumnya, fase orgasmik akan dapat dirasakan ketika laju pernapasan, denyut nadi, dan tekanan darah terus meningkat. Ketegangan otot dan pembengkakan pembuluh darah akan mencapai puncaknya. Kadang, orgasme datang dengan refleks “menggenggam” pada otot tangan dan kaki.
Untuk pria dan wanita, ada empat jenis saraf yang bertanggung jawab untuk mengirimkan informasi ke otak selama orgasme. Saraf hipogastrik mengirimkan sinyal dari rahim dan leher rahim pada wanita, dan dari prostat pada pria; saraf panggul mentransmisikan sinyal dari vagina dan leher rahim pada wanita, dan dari dubur pada kedua jenis kelamin; saraf pudenda mentransmisikan dari klitoris pada wanita, dan dari skrotum dan penis pada pria; dan saraf vagus mentransmisikan dari leher rahim, rahim, dan vagina pada wanita.
Perbedaan orgasme pria dan orgasme wanita
Meskipun kedua jenis kelamin ini cenderung terlibat dalam perilaku berbeda saat melakukan aktivitas seks, otak pria dan wanita tidak terlalu berbeda. Selama orgasme, lateral orbitofrontal cortex — daerah otak di belakang mata kiri — nonaktif selama orgasme. Wilayah ini dianggap memberikan alasan logis dan kontrol perilaku. Otak dari kedua pria dan wanita saat orgasme dikatakan terlihat seperti otak dari orang yang terpengaruh oleh heroin, dilansir dari Medical Daily, menurut sebuah studi dari Journal of Neuroscience.
Wanita lebih melibatkan emosi dan rasa keamanan, pria menganggap seks sebagai aktivitas santai
Perbedaan antara kedua jenis kelamin terletak pada periaqueductal gray (PAG) — bagian dari otak yang diaktifkan ketika seorang wanita terlibat dalam hubungan seksual. PAG adalah bagian dari otak yang mengontrol respon fight-or-flight, dan itu tidak diaktifkan pada pria ketika mereka mencapai orgasme. Studi juga menemukan bahwa perempuan mengalami penurunan aktivitas di amgydala dan hippocampus ketika mereka mencapai orgasme, yang membantu mengontrol ketakutan dan kecemasan.
Apa artinya perbedaan ini? Para peneliti berteori bahwa bagian-bagian otak yang aktif ini adalah karena wanita perlu merasa aman dan santai untuk mencapai orgasme, sesuatu yang mungkin tidak penting untuk orgasme pria. Para peneliti juga percaya bahwa laki-laki mungkin tidak terlalu dipengaruhi oleh oksitosin (ikatan kimia), yang dilepaskan selama orgasme.
Oksitosin dapat menginspirasi perasaan kedekatan, kasih sayang, dan keintiman, dan beberapa orang berteori bahwa ini adalah alasan mengapa wanita mungkin lebih rentan untuk terbawa perasaan setelah berhubungan seks. Para peneliti menunjukkan bahwa kadar testosteron dalam otak laki-laki mungkin memerangi oksitosin dan membuat kaum pria kurang terpengaruh oleh perasaan mesra, membuat kencan dan seks kasual memiliki makna yang dangkal bagi mereka.
Wanita bisa mencapai orgasme berkali-kali, pria membutuhkan waktu untuk pulih
Setelah fase orgasme turun, individu akan disambut oleh fase resolusi atau pemulihan, yang ditandai oleh kembalinya fungsi normal tubuh lambat laun. Bagian-bagian tubuh yang mengeras dan membengkak juga perlahan kembali ke ukuran dan warna normalnya. Fase ini ditandai dengan rasa kebahagiaan dan kenyamanan umum, peningkatan keintiman dan, seringnya, kelelahan.
Selain itu, perbedaan utama antara fase orgasmik perempuan dan laki-laki adalah bahwa jauh lebih banyak wanita daripada laki-laki yang memiliki kemampuan fisik untuk mencapai orgasme berkali-kali dalam waktu singkat tanpa harus “terjatuh” ke dalam fase plateau terlebih dahulu.
Namun demikian, fenomena multiorgasme akan bergantung pada stimulasi rangsangan yang terus berlanjut dan juga minat seksual dari masing-masing pihak. Seorang wanita bisa tidak selalu mengalami salah satu di antara faktor penentu ini, maka dari itu orgasme berulang tidak terjadi dalam setiap hubungan seksual.
Di sisi lain, setelah ejakulasi, pria akan memasuki tahap pemulihan yang disebut periode refraktori. Selama tahapan refraktori, orgasme lebih lanjut atau ejakulasi secara fisiologis tidak memungkinkan. Durasi dari periode refraktori bervariasi antara satu pria dengan yang lain, dan biasanya akan semakin panjang mengikuti bertambahnya usia. Namun, beberapa orang dapat belajar untuk mencapai orgasme tanpa ejakulasi, sehingga memungkinkan untuk mencapai orgasme berulang kali.
[embed-health-tool-ovulation]