backup og meta

Sebelum Menjalani Operasi Ganti Kelamin, Kenali Prosedur dan Efek Sampingnya

Sebelum Menjalani Operasi Ganti Kelamin, Kenali Prosedur dan Efek Sampingnya

Bagi orang-orang dengan disforia atau gangguan identitas, operasi ganti kelamin (transgender) dianggap sebagai salah satu solusi terbaik. Namun, operasi ganti kemaluan ini adalah prosedur besar dengan berbagai efek samping. Itu sebabnya, setiap orang yang hendak menjalani operasi ganti kemaluan harus benar-benar siap dengan segala hasil maupun risikonya. 

Apa itu operasi ganti kelamin?

operasi ganti kelamin

Operasi ganti kelamin atau transgender biasanya dilakukan sebagai salah satu tindakan bagi orang dengan disforia gender

Disforia gender adalah (gangguan identitas gender) adalah kondisi ketika seseorang tidak merasa puas karena jenis kelamin yang diperoleh saat lahir berbeda dengan identitas gendernya.

Dengan kata lain, orang yang mengalami kondisi ini merasa bahwa jenis kelamin mereka saat lahir keliru dan mencoba mengadopsi peran lawan jenisnya. 

Orang yang mengidap disforia gender dapat memilih untuk melakukan operasi sehingga tubuh mereka menyerupai jenis kelamin ia inginkan.   

Dikutip dari jurnal Nature Reviews Urology, operasi penggantian kelamin atau kemaluan meliputi semua prosedur bedah untuk mengubah alat kelamin pasien saat ini agar menyerupai penampilan lawan jenisnya.

Bagaimana tahapan memulai operasi ganti kelamin?

operasi ganti kelamin

Sebelum melakukan operasi, pengidap disforia gender perlu melakukan tahapan di bawah ini agar benar-benar siap menjalani prosedurnya:

Perawatan atau terapi psikologi

Langkah paling pertama sebelum melaksanakan operasi ganti kelamin yakni menjalani sesi konsultasi dengan konselor kesehatan mental profesional. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan diagnosis dan psikoterapi.

Diagnosis dari gangguan identitas gender atau disforia gender dibutuhkan untuk memperoleh surat rekomendasi resmi dari terapis yang bersangkutan.

Surat tersebut berisiko izin dan kesediaan individu tersebut untuk memulai terapi hormon di bawah pengawasan dokter.

Terapi hormon estrogen dan anti-androgen

Hormon estrogen dan anti-androgen diberikan kepada wanita transgender (dari pria ke wanita) untuk membantu mereka mengubah:

  • suara,
  • massa otot,
  • kulit, dan
  • distribusi lemak tubuh, dan melebarkan pinggul.

Sejumlah hal ini akan membuat penampilan fisik mereka lebih feminin sekaligus menghilangkan rambut di tubuh pria.

Terapi hormon testosteron dan androgen

Terapi hormon testosteron dilakukan pada perempuan yang ingin berganti kelamin menjadi laki-laki.

Hormon androgen diberikan pada pria transgender (dari wanita ke pria) untuk membantu mereka mengembangkan karakteristik seks sekunder pria, seperti:

  • jenggot,
  • rambut tubuh, dan
  • suara yang lebih berat.

Terapi hormon kemudian akan diikuti oleh uji penyesuaian hidup pasien untuk beraktivitas seperti biasa di dunia nyata sebagai orang dengan gender yang baru.

Setelah itu, dokter akan melaksanakan sejumlah prosedur untuk mengubah genitalia dan bagian tubuh lainnya.

Bagaimana prosedur operasi ganti kelamin?

Berikut penjelasan dari masing-masing operasi ganti kelamin (transgender):

1. Operasi ganti kelamin dari pria menjadi wanita

benda asing di vagina

Operasi penggantian kelamin dari pria jadi wanita terdiri dari: 

Vaginoplasty

Vaginoplasty adalah proses pembentukan vagina buatan dengan menggunakan kulit penis yang dianggap cocok untuk prosedur ini. 

Kriteria kulit penis yang dinilai cocok harus halus, tidak berbulu, elastis, dan hanya memiliki jaringan ikat tipis. 

Orchidectomy atau penectomy

Prosedur ini bertujuan untuk melakukan amputasi pada penis setelah pengangkatan kulit dan jaringan.

Labioplasty

Labioplasty dalam proses operasi transgender yakni prosedur pembentukan labia buatan dengan jaringan yang tersisa dari prosedur vaginoplasty sebelumnya. 

Clitoroplasty

Prosedur clitoroplasty dilakukan untuk menambah sensasi sensitif tambahan dan kepuasan seksual bagi pasien.

Urethrostomy

Urethrostomy adalah prosedur yang dilakukan untuk memendekkan uretra pada pria yang ingin melakukan operasi pergantian kelamin jadi wanita.

Jika ingin proses operasi yang lebih sederhana, Anda dapat memilih salah satu dari prosedur di atas.

Namun, Anda bisa melakukan semua prosedur tersebut bila ingin hasil yang lebih maksimal.

Selain prosedur pergantian kelamin, Anda mungkin akan membutuhkan operasi lain agar semakin menyerupai lawan jenis, misalnya:

  • Pembentukan payudara 
  • Operasi pita suara dan tenggorokan
  • Prosedur yang membuat wajah menjadi feminin

2. Operasi ganti kelamin dari wanita jadi pria

ereksi tidak keras

Tujuan dari operasi ganti kelamin dari wanita jadi pria adalah untuk mengubah penampilan kosmetik dan mengaktifkan fungsi seksual.

Prosedur operasi yang biasanya dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut meliputi:

Metoidioplasty

Metoidioplasty adalah prosedur untuk membentuk penis buatan.

Prosedur ini mengubah klitoris agar bisa menyerupai penis dan dilakukan bantuan dari terapi hormon testosteron. 

Phalloplasty

Sedikit berbeda dengan metoidioplasty, phalloplasty adalah prosedur operasi transgender dengan beberapa tahap. 

Tahapan operasi ini meliputi untuk pembuatan penis, pemanjangan uretra, membuat ujung (kepala) penis, membuat skrotum, pengangkatan vagina, hingga pemasangan implan ereksi dan testis

Seseorang dengan disforia gender yang ingin mengubah jenis kelamin dari wanita jadi pria biasanya telah berhasil menyerupai pria dengan tambahan bantuan dari terapi hormon.

Pengobatan hormon tersebut berpengaruh pada:

  • Suara yang jadi lebih maskulin
  • Tumbuh rambut pada wajah dan tubuh
  • Pertumbuhan otot yang lebih besar dan lebih jelas dari sebelumnya

Selain itu, Anda yang ingin melakukan operasi ganti kelamin dari wanita jadi pria mungkin membutuhkan operasi payudara. 

Organ khas perempuan ini perlu dikurangi ukurannya di bagian puting atau bahkan diamputasi seluruhnya agar menjadi lebih mirip pria. 

Efek samping operasi ganti kelamin

infeksi luka operasi

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, seseoran yang ingin melakukan operasi ganti kelamin atau kemaluan perlu menjalani terapi hormon dulu.

Setelah itu, operasi ganti kelamin tidak hanya dilakukan sekali di awal. Agar hasilnya lebih optimal, biasanya dokter menyarankan Anda untuk menjalani beberapa kali operasi lagi.

Oleh karena itu, ada beberapa risiko dampak atau komplikasi yang bisa dialami pasien setelah prosedur ini dijalankan.

Berikut adalah sederet risiko efek samping menjalani operasi ganti kelamin:

1. Perdarahan dan infeksi

Munculnya perdarahan dan infeksi merupakan efek samping operasi ganti kelamin yang paling sering terjadi.

Saat operasi, dokter akan membuat banyak sayatan pada penis atau vagina.

Proses tersebut berisiko melukai pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan dalam jumlah banyak.

Luka operasi juga rentan terinfeksi oleh bakteri, terutama dari jenis staph. Pada kasus yang parah, infeksi dapat menyebar ke aliran darah, kemudian menyebabkan sepsis.

Sepsis yang tidak ditangani dengan tepat berisiko mengakibatkan kegagalan organ.

2. Infeksi saluran kemih (ISK)

Mengingat operasi dilakukan pada alat kelamin, ada kemungkinan bakteri dapat menyebar ke saluran kemih.

Hal ini sejalan dengan sebuah survei jangka panjang yang dimuat dalam kongres PRS Global Open tahun 2016.

Ada pasien yang menjalani operasi ganti kelamin ternyata mengalami efek samping menyerupai gejala ISK.

Gejala ISK tersebut meliputi:

3. Masalah kesehatan terkait perubahan hormon

Sekitar satu tahun sebelum operasi, pasien akan diminta untuk menjalani terapi hormon.

Pria yang ingin menjalani operasi transgender perlu menempuh terapi estrogen dulu guna memunculkan ciri reproduksi feminin.

Begitu pula dengan perempuan yang ingin menjalani prosedur kelamin ini, akan menjalani terapi testosteron guna mendapatkan efek sebagai pria.

Nah, kedua hormon ini tidak luput dari efek samping. Terapi estrogen bisa meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah pada paru-paru dan pembuluh darah di area kaki.

Kondisi ini tentu dapat memicu komplikasi saat operasi berlangsung.

Di sisi lain, terapi testosteron berisiko meningkatkan tekanan darah, penurunan respons tubuh terhadap insulin, dan perubahan abnormal pada jaringan lemak.

Perubahan ini berpeluang menimbulkan obesitas, hipertensi, serta diabetes di kemudian hari.

4. Masalah psikologis

Maprotiline

Terlepas dari hasilnya, penting untuk dipertimbangkan bahwa efek samping operasi ganti kelamin tidak hanya memengaruhi fisik, tetapi juga kondisi mental pasien.

Penyesalan biasanya muncul saat operasi yang dijalani ternyata tidak membuat pasien merasa berada dalam tubuh yang selama ini ia dambakan.

Stigma negatif, diskriminasi, dan prasangka dari orang lain juga turut memperburuk kondisi psikologis pasien.

Akibatnya, pasien menjadi rentan mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan trauma pasca-operasi.

Pada dasarnya, menjalani operasi ganti kelamin merupakan suatu langkah yang besar dalam hidup.

Pasien harus memiliki pemahaman menyeluruh terkait prosedur operasi mengubah kelamin, terapi hormon, risiko, serta berbagai komplikasi yang dapat terjadi.

Oleh sebab itu, tim medis biasanya mengharuskan pasien menjalani sejumlah tahapan pra-operasi guna menilai kesiapannya.

Tahapan tersebut terdiri atas penilaian kesehatan mental, pencatatan perilaku sehari-hari, serta ‘tes’ dalam kehidupan nyata.

Tes bertujuan untuk memastikan bahwa pasien memang berkehendak mengubah peran gendernya.

Setelah seluruh tahapan terlewati, barulah pasien bisa menghadapi operasi ganti kelamin dan dinilai siap menghadapi semua risiko efek samping yang mungkin terjadi.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Selvaggi, G., & Bellringer, J. (2011). Gender reassignment surgery: an overview. Nature Reviews Urology, 8(5), 274-282. doi: 10.1038/nrurol.2011.46

Ercolano, A. (2021). FAQ: Phalloplasty | The Johns Hopkins Center for Transgender Health. Retrieved 26 January 2021, from https://www.hopkinsmedicine.org/center-transgender-health/services-appointments/faq/phalloplasty#

Preparing for Gender Affirmation Surgery: Ask the Experts. (2021). Retrieved 6 April 2021, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/preparing-for-gender-affirmation-surgery-ask-the-experts

What Is Gender Dysphoria?. (2021). Retrieved 26 January 2021, from https://www.psychiatry.org/patients-families/gender-dysphoria/what-is-gender-dysphoria

Tomlins, L. (2019). Prescribing for transgender patients. Australian Prescriber, 42(1), 10. https://doi.org/10.18773/austprescr.2019.003

Melloni, C., Melloni, G., Rossi, M., Rolle, L., Carmisciano, M., & Timpano, M. et al. (2016). Lower Urinary Tract Symptoms in Male-to-Female Transsexuals. Plastic And Reconstructive Surgery – Global Open, 4(3), e655. doi: 10.1097/gox.0000000000000635

Jokić-Begić, N., Lauri Korajlija, A., & Jurin, T. (2014). Psychosocial Adjustment to Sex Reassignment Surgery: A Qualitative Examination and Personal Experiences of Six Transsexual Persons in Croatia. The Scientific World Journal, 2014, 1-12. doi: 10.1155/2014/960745

Versi Terbaru

04/03/2022

Ditulis oleh Fajarina Nurin

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Bukan Pria ataupun Wanita, Kenali Identitas Non Binary (Genderqueer)

Masalah Psikologis Transgender: Depresi hingga Penyalahgunaan Obat


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 04/03/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan