Setiap orang punya selera musik yang berbeda-beda. Anda mungkin lebih suka lagu jazz, sedangkan teman Anda penggemar genre rock. Jangankan dalam lingkup pertemanan, selera musik Anda dengan saudara kandung bisa jadi berbeda.
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Setiap orang punya selera musik yang berbeda-beda. Anda mungkin lebih suka lagu jazz, sedangkan teman Anda penggemar genre rock. Jangankan dalam lingkup pertemanan, selera musik Anda dengan saudara kandung bisa jadi berbeda.
Selera musik berbeda-beda karena setiap orang memiliki preferensi alias kesukaan yang berbeda. Pada dasarnya, karakter setiap orang itu unik terhadap satu sama lain. Keunikan inilah yang membentuk preferensi masing-masing.
Secara lebih jelas, berikut beberapa faktor yang memengaruhi selera musik seseorang.
Kepribadian adalah pola unik yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.
Studi terbitan Association for Psychological Science (2018) menemukan bahwa kesukaan musik bisa menggambarkan kepribadian seseorang.
Penelitian ini dilakukan dengan melihat hal yang disukai aktivitas mendengar musik di Facebook.
Di dalam studi ini, peneliti memaparkan bahwa orang-orang yang lebih terbuka terhadap hal-hal baru cenderung menikmati musik yang terdengar rumit, seperti musik klasik, opera, dan jazz.
Orang-orang yang ekstrover atau suka bergaul lebih suka musik yang terdengar “bersahaja”, seperti musik akustik menenangkan ber-genre country atau folk.
Orang yang mudah setuju dengan orang lain cenderung menyukai musik biasa tanpa condong ke satu genre musik tertentu.
Kondisi suasana hati (mood) menentukan apakah Anda menyukai suatu lagu atau tidak. Mood juga menentukan respons terhadap musik yang didengarkan.
Jika sedang senang dan kebetulan mendengarkan lagu yang sesuai dengan suasana hati, kemungkinan besar Anda menyukai lagu tersebut di kemudian hari.
Beberapa orang juga menyukai lagu tertentu karena menimbulkan perasaan nostalgia, yaitu suasana hati positif yang muncul ketika mengingat masa lalu.
Namun, depresi atau rasa sedih berkepanjangan bisa membuat seseorang sulit menikmati musik.
Sebuah studi terbitan Psychology of Music (2018) menjelaskan bahwa depresi bisa mengaburkan ingatan. Akibatnya, orang yang depresi sulit mengingat hal yang membuatnya menyukai suatu lagu.
Lingkungan juga menentukan selera musik seseorang. Orang-orang lebih cenderung menyukai musik yang sering diputar di lingkungan pertemanan atau tempat tinggalnya.
Seseorang bahkan lebih merasa terkoneksi dengan lingkungan sekitarnya saat mendengarkan musik yang sering didengarkan oleh teman, keluarga, atau kelompok budaya dan etnisnya.
Untuk menguji faktor pembeda selera musik, sebuah studi terbitan Nature (2016) mengamati menguji suku di Amazon yang terisolasi dan cenderung tidak mendapatkan pengaruh musik pop internasional.
Peneliti awalnya menduga bahwa otak manusia cenderung menyukai lagu dengan kunci C dan G yang sering digunakan pada lagu pop.
Ternyata, orang di suku Amazon ini selain menyukai musik pop juga menyukai musik tradisional mereka yang menggunakan kunci C dan F#.
Ada beberapa orang yang menyukai mendengarkan lagu untuk belajar dan menemani menyelesaikan pekerjaannya.
Ternyata, bila lagu itu membantu merampungkan tugas-tugas, ada kecenderungan Anda semakin menyukai lagu tersebut.
Jika genre musik yang Anda pilih bisa meningkatkan produktivitas, Anda akan semakin tertarik dengan genre tersebut.
Jadi, Anda akan memutarnya kembali saat ingin menyelesaikan pekerjaan lainnya di kemudian hari.
Selera musik biasanya terbentuk saat remaja yang merupakan masa pencarian mencari jati diri dan pembentukan kepribadian. Sebenarnya, kesukaan musik Anda bisa berubah seiring berubahnya kepribadian.
Namun, selera musik Anda saat ini nyatanya tidak murni berasal dari preferensi pribadi.
Studi terbitan Music & Science (2020) menunjukkan bahwa seseorang cenderung menyukai musik yang didengar pada usia 10 – 30 tahun, dan seleranya terbentuk pada usia 14 tahun.
Pada masa itu, orang sering mendengar musik kesukaan orang tuanya, sehingga selera musik orang tua seperti “diwariskan” pada anaknya. Lagu tersebut bisa terngiang-ngiang terus di kepala.
Itulah mengapa, Anda cenderung memiliki selera musik yang cukup mirip dengan orang tua.
Selera musik juga dipengaruhi oleh citra diri atau bagaimana seseorang ingin dikenal oleh orang lain.
Pemilihan musik kesukaan bisa digunakan untuk mencerminkan dan memperkuat karakter yang ingin ditonjolkan.
Sebagai contoh, orang yang menganggap dirinya menyukai olahraga cenderung menyukai musik yang bersemangat.
Jadi, musik merupakan salah satu sarana untuk mengekspresikan atau menunjukkan karakter diri Anda yang lebih dalam.
Banyak orang bilang kalau Anda suka musik jazz atau klasik, itu artinya selera musik Anda tinggi.
Sebaliknya, kalau Anda suka lagu dangdut berarti selera Anda rendah. Benarkah demikian?
Riset terbitan Social Psychological and Personality Science (2016) menggambarkan musik jazz dan klasik sebagai musik dengan kedalaman yang tinggi.
Artinya, musik jazz dan klasik memiliki komposisi yang lebih rumit sehingga lebih merangsang proses berpikir otak. Karena itulah musik jazz dan klasik dianggap lebih berkelas.
Sementara itu, musik dangdut sering diremehkan karena nadanya lebih sederhana dan mudah didengarkan oleh semua kalangan.
Selera musik bisa berbeda-beda karena setiap orang memiliki karakter dan pengalaman yang beragam.
Ada banyak faktor yang bisa membuat Anda menyukai suatu lagu, seperti lingkungan sekitar, suasana hati, hingga kepribadian.
Apa pun jenis musik yang Anda suka, nikmatilah alunan nadanya dan buat suasana hati Anda menjadi lebih baik.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar