Ini karena depresi punya banyak “wajah”. Perwujudan gejala depresi bisa sangat bervariasi dari satu orang ke yang lainnya.
3. Fakta: Kesehatan Anda dipengaruhi emosi dan suasana hati

Bukan cuma pola makan dan rutinitas olahraga saja yang bisa menjamin kesehatan tubuh Anda. Emosi Anda juga, lho! Baik itu emosi positif maupun negatif, keduanya sangat berperan pada kualitas hidup seseorang.
Contohnya, terus-menerus merasa sedih, gelisah, dan cemas pasti membuat Anda tidak akan bisa hidup tenang. Anda jadi sulit tidur dan berpikir jernih karena selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk. Sering berpikiran negatif tidak hanya membuat Anda lebih gampang stres, tapi risiko berbagai penyakit fisik pun ikut meningkat.
Sebaliknya, jika Anda lebih sering bersyukur dan bahagia, hidup Anda tentu jadi lebih menyenangkan. Emosi positif ini menjauhkan Anda dari stres dan menurunkan risiko berbagai penyakit. Supaya hidup lebih berkualitas, Anda harus mampu mengendalikan emosi tetap positif.
4. Mitos: Depresi rentan menyerang lansia

Memiliki penyakit, ditinggal mati pasangan hidup, dan terisolasi untuk bergerak dan berkomunikasi memang bisa membuat lansia jadi depresi. Namun, bukan berarti hanya lansia yang rentan dengan kondisi ini. Perlu Anda ketahui bahwa kesepian salah satu penyebab depresi lebih tinggi terjadi pada orang usia 15 hingga 34 tahun.
Hal ini terjadi lantaran gaya hidup anak muda zaman sekarang yang serba individual dan sangat mudah terpengaruh pada hal yang tidak baik di sosial media.
5. Mitos: Mengobati bipolar disorder berarti menumpulkan kreativitas

Bipolar disorder atau gangguan bipolar adalah penyakit kejiwaan yang menyebabkan seseoarng merasakan perubahan suasan ekstrem yang sangat cepat. Orang dengan kondisi ini kadang merasa depresi. Namun, dapat tiba-tiba berubah menjadi seorang yang sangat aktif tanpa berpikir panjang.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang punya pemikiran kreatif rentan mengalami gangguan bipolar. Namun, jangan salah paham,.Mengobati bipolar bukan berarti menumpulkan kreativitas, melainkan melatih pasien untuk mengendalikan diri dari perubahan suasana hati yang ekstrem.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar