backup og meta

Selera Musik Tiap Orang Berbeda, Mengapa Demikian?

Selera Musik Tiap Orang Berbeda, Mengapa Demikian?

Setiap orang punya selera musik yang berbeda-beda. Anda mungkin lebih suka lagu jazz, sedangkan teman Anda penggemar genre rock. Jangankan dalam lingkup pertemanan, selera musik Anda dengan saudara kandung bisa jadi berbeda. 

Mengapa selera musik orang bisa berbeda?

Selera musik berbeda-beda karena setiap orang memiliki preferensi alias kesukaan yang berbeda. Pada dasarnya, karakter setiap orang itu unik terhadap satu sama lain. Keunikan inilah yang membentuk preferensi masing-masing. 

Secara lebih jelas, berikut beberapa faktor yang memengaruhi selera musik seseorang. 

1. Kepribadian seseorang

Kepribadian adalah pola unik yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.

Studi terbitan Association for Psychological Science (2018) menemukan bahwa kesukaan musik bisa menggambarkan kepribadian seseorang.

Penelitian ini dilakukan dengan melihat hal yang disukai aktivitas mendengar musik di Facebook. 

Di dalam studi ini, peneliti memaparkan bahwa orang-orang yang lebih terbuka terhadap hal-hal baru cenderung menikmati musik yang terdengar rumit, seperti musik klasik, opera, dan jazz

Orang-orang yang ekstrover atau suka bergaul lebih suka musik yang terdengar “bersahaja”, seperti musik akustik menenangkan ber-genre country atau folk.

Orang yang mudah setuju dengan orang lain cenderung menyukai musik biasa tanpa condong ke satu genre musik tertentu.

2. Suasana hati

selera musik berbeda

Kondisi suasana hati (mood) menentukan apakah Anda menyukai suatu lagu atau tidak. Mood juga menentukan respons terhadap musik yang didengarkan.

Jika sedang senang dan kebetulan mendengarkan lagu yang sesuai dengan suasana hati, kemungkinan besar Anda menyukai lagu tersebut di kemudian hari.

Beberapa orang juga menyukai lagu tertentu karena menimbulkan perasaan nostalgia, yaitu suasana hati positif yang muncul ketika mengingat masa lalu.

Namun, depresi atau rasa sedih berkepanjangan bisa membuat seseorang sulit menikmati musik. 

Sebuah studi terbitan Psychology of Music (2018) menjelaskan bahwa depresi bisa mengaburkan ingatan. Akibatnya, orang yang depresi sulit mengingat hal yang membuatnya menyukai suatu lagu.

3. Lingkungan sekitar

Lingkungan juga menentukan selera musik seseorang. Orang-orang lebih cenderung menyukai musik yang sering diputar di lingkungan pertemanan atau tempat tinggalnya. 

Seseorang bahkan lebih merasa terkoneksi dengan lingkungan sekitarnya saat mendengarkan musik yang sering didengarkan oleh teman, keluarga, atau kelompok budaya dan etnisnya. 

Untuk menguji faktor pembeda selera musik, sebuah studi terbitan Nature (2016) mengamati menguji suku di Amazon yang terisolasi dan cenderung tidak mendapatkan pengaruh musik pop internasional.

Peneliti awalnya menduga bahwa otak manusia cenderung menyukai lagu dengan kunci C dan G yang sering digunakan pada lagu pop. 

Ternyata, orang di suku Amazon ini selain menyukai musik pop juga menyukai musik tradisional mereka yang menggunakan kunci C dan F#.

4. Produktivitas

Ada beberapa orang yang menyukai mendengarkan lagu untuk belajar dan menemani menyelesaikan pekerjaannya. 

Ternyata, bila lagu itu membantu merampungkan tugas-tugas, ada kecenderungan Anda semakin menyukai lagu tersebut.

Jika genre musik yang Anda pilih bisa meningkatkan produktivitas, Anda akan semakin tertarik dengan genre tersebut.

Jadi, Anda akan memutarnya kembali saat ingin menyelesaikan pekerjaan lainnya di kemudian hari.

Tahukah Anda?

Menyetel musik saat bekerja atau melakukan tugas harian pun bisa meningkatkan fokus Anda.
Efek musik pada otak membuat Anda lebih mudah mengerti suatu hal yang baru dipelajari. Selain itu, musik mengaktifkan saraf yang berkaitan dengan konsentrasi.

5. Selera musik orang tua

Selera musik biasanya terbentuk saat remaja yang merupakan masa pencarian mencari jati diri dan pembentukan kepribadian. Sebenarnya, kesukaan musik Anda bisa berubah seiring berubahnya kepribadian. 

Namun, selera musik Anda saat ini nyatanya tidak murni berasal dari preferensi pribadi. 

Studi terbitan Music & Science (2020) menunjukkan bahwa seseorang cenderung menyukai musik yang didengar pada usia 10 – 30 tahun, dan seleranya terbentuk pada usia 14 tahun. 

Pada masa itu, orang sering mendengar musik kesukaan orang tuanya, sehingga selera musik orang tua seperti “diwariskan” pada anaknya. Lagu tersebut bisa terngiang-ngiang terus di kepala.

Itulah mengapa, Anda cenderung memiliki selera musik yang cukup mirip dengan orang tua. 

6. Citra diri

Selera musik juga dipengaruhi oleh citra diri atau bagaimana seseorang ingin dikenal oleh orang lain. 

Pemilihan musik kesukaan bisa digunakan untuk mencerminkan dan memperkuat karakter yang ingin ditonjolkan.

Sebagai contoh, orang yang menganggap dirinya menyukai olahraga cenderung menyukai musik yang bersemangat. 

Jadi, musik merupakan salah satu sarana untuk mengekspresikan atau menunjukkan karakter diri Anda yang lebih dalam.

Selera musik tinggi vs rendah, apa artinya?

Banyak orang bilang kalau Anda suka musik jazz atau klasik, itu artinya selera musik Anda tinggi. 

Sebaliknya, kalau Anda suka lagu dangdut berarti selera Anda rendah. Benarkah demikian?

Riset terbitan Social Psychological and Personality Science (2016) menggambarkan musik jazz dan klasik sebagai musik dengan kedalaman yang tinggi. 

Artinya, musik jazz dan klasik memiliki komposisi yang lebih rumit sehingga lebih merangsang proses berpikir otak. Karena itulah musik jazz dan klasik dianggap lebih berkelas. 

Sementara itu, musik dangdut sering diremehkan karena nadanya lebih sederhana dan mudah didengarkan oleh semua kalangan.

Selera musik bisa berbeda-beda karena setiap orang memiliki karakter dan pengalaman yang beragam. 

Ada banyak faktor yang bisa membuat Anda menyukai suatu lagu, seperti lingkungan sekitar, suasana hati, hingga kepribadian.

Apa pun jenis musik yang Anda suka, nikmatilah alunan nadanya dan buat suasana hati Anda menjadi lebih baik.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Nave, G., Minxha, J., Greenberg, D. M., Kosinski, M., Stillwell, D., & Rentfrow, J. (2018). Musical Preferences Predict Personality: Evidence From Active Listening and Facebook Likes. Psychological Science, 29(7), 1145–1158. https://doi.org/10.1177/0956797618761659

Sakka, L.S., & Juslin, P.N. (2018). Emotional reactions to music in depressed individuals. Psychology of Music, 46, 862 – 880. https://doi.org/10.1177/0305735617730425

Nusbaum, E. C., & Silvia, P. J. (2011). Shivers and Timbres: Personality and the Experience of Chills From Music. Social Psychological and Personality Science, 2(2), 199–204. https://doi.org/10.1177/1948550610386810

McDermott, J., Schultz, A., Undurraga, E. et al. Indifference to dissonance in native Amazonians reveals cultural variation in music perception. Nature 535, 547–550 (2016). https://doi.org/10.1038/nature18635

Schäfer, T. (2016). The Goals and Effects of Music Listening and Their Relationship to the Strength of Music Preference. PLoS ONE, 11(3). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0151634

Sridharan, D., Levitin, D. J., Chafe, C. H., Berger, J., & Menon, V. (2007). Neural Dynamics of Event Segmentation in Music: Converging Evidence for Dissociable Ventral and Dorsal Networks. Neuron, 55(3), 521-532. https://doi.org/10.1016/j.neuron.2007.07.003

Jakubowski, K., Eerola, T., Tillmann, B., Perrin, F., & Heine, L. (2020). A Cross-Sectional Study of Reminiscence Bumps for Music-Related Memories in Adulthood. Music & Science, 3. https://doi.org/10.1177/2059204320965058

Rentfrow PJ, Gosling SD. The do re mi’s of everyday life: the structure and personality correlates of music preferences. J Pers Soc Psychol. 2003 Jun;84(6):1236-56. https://doi.org/10.1037/0022-3514.84.6.1236. PMID: 12793587.

Chamorro-Premuzic, T., Fagan, P., & Furnham, A. (2010). Personality and uses of music as predictors of preferences for music consensually classified as happy, sad, complex, and social. Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts, 4(4), 205–213. https://doi.org/10.1037/a0019210

Greenberg, D. M., Kosinski, M., Stillwell, D. J., Monteiro, B. L., Levitin, D. J., & Rentfrow, P. J. (2016). The song is you: Preferences for musical attribute dimensions reflect personality. Social Psychological and Personality Science, 7(6), 597-605. https://doi.org/10.1177/1948550616641473

Versi Terbaru

30/01/2023

Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Mengenal Terapi Musik dan Manfaatnya bagi Kesehatan

Benarkah Mendengarkan Musik Saat Tidur Bisa Bantu Atasi Insomnia?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 30/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan