backup og meta

15 Jenis Kekerasan Seksual dan Dampaknya pada Kesehatan

15 Jenis Kekerasan Seksual dan Dampaknya pada Kesehatan

Kekerasan seksual sering diidentikkan dengan pemerkosaan. Namun, tahukah Anda bahwa ada setidaknya 15 jenis kekerasan seksual yang umum terjadi di sekitar kita? Ketahui apa saja jenis dan dampaknya bagi kesehatan korban.

Apa itu kekerasan seksual?

Kekerasan seksual adalah ucapan atau perilaku yang dilakukan seseorang untuk memanipulasi dan menguasai korban agar melakukan aktivitas seksual yang tidak diinginkan.

Menurut data dari Komnas Perempuan Indonesia, tercatat sebanyak 5629 kasus kekerasan seksual yang dilaporkan pada tahun 2013.

Korban dari tindakan ini didominasi oleh perempuan dan anak-anak berusia 13 – 18 tahun dan 25 – 40 tahun.

Sayangnya, jumlah ini belum termasuk kasus-kasus yang tidak terungkap karena korban enggan bicara maupun dipaksa bungkam.

Ada beberapa alasan yang bisa menyebabkan korban tidak bisa melaporkan tindakan pelaku, yaitu:

  • kurangnya support system
  • takut pelaku balas dendam, 
  • khawatir disalahkan, 
  • takut diasingkan, dan
  • khawatir dianggap aib.

Kasus kekerasan seksual yang tidak dilaporkan akan lebih berisiko membuat korban semakin tersakiti secara fisik dan mental.

Pasalnya, pelaku tidak merasa tindakannya merupakan kejahatan dan dampak kekerasan seksual pada korban bisa memburuk.

Jenis-jenis kekerasan seksual

kekerasan seksual

Anda mungkin sudah tidak asing dengan pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Kedua tindakan tersebut merupakan bentuk kekerasan seksual yang sering dilaporkan dan lebih mudah dideteksi.

Namun, Anda juga perlu tahu bahwa ada sekitar 15 jenis kekerasan seksual yang selama ini kerap terjadi di lingkungan masyarakat. 

1. Pemerkosaan

Pemerkosaan adalah tindakan pemaksaan hubungan seksual yang melibatkan alat kelamin, yaitu penis dan vagina.

Tindakan ini dilakukan dengan kekerasan, ancaman, dan tekanan psikologis terhadap korban.

Selain pemerkosaan, ada istilah pencabulan yang merupakan tindakan serupa tetapi dilakukan pada korban yang belum mampu membuat persetujuan, misalnya anak-anak.

2. Intimidasi seksual

Pelaku biasanya menyerang seksualitas korban agar takut dan mengalami tekanan psikis.

Ancaman dan percobaan pemerkosaan juga merupakan bagian dari intimidasi seksual.

Intimidasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, misalnya lewat surat, telepon, email, pesan online, dan media lainnya.

3. Pelecehan seksual

Pelecehan seksual adalah tindakan bejat yang melibatkan aktivitas fisik maupun non-fisik dengan target organ seksual dan seksualitas korban.

Tindakan ini bisa tecermin dari siulan, main mata, catcalling, mempertunjukkan konten pornografi, meraba, hingga memberikan isyarat yang bersifat seksual.

Hal ini dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, dan masalah kesehatan.

4. Eksploitasi seksual

Ini merupakan tindakan penyalahgunaan kepercayaan dan kuasa untuk tujuan kepuasan seksual.

Pelaku melakukannya demi memperoleh keuntungan dalam bentuk uang, jabatan, dan status sosial.

Praktik eksploitasi seksual yang kerap ditemui adalah prostitusi atau pornografi.

5. Perdagangan perempuan

Perdagangan perempuan adalah tindakan merekrut, mengangkut, menampung, mengirim, memindahkan, atau menerima korban dengan ancaman dan kekerasan.

Selain itu, seseorang bisa menjadi korban lewat penculikan, penipuan, dan manipulasi untuk tujuan prostitusi atau eksploitasi seksual lainnya.

6. Prostitusi paksa

kekerasan seksual

Ada situasi di mana perempuan ditipu dan dipaksa untuk menjadi pekerja seks.

Pelaku juga dapat menjebak korban dengan penjeratan utang, penyekapan, hingga ancaman kekerasan dan pembunuhan untuk memaksa korban melakukan prostitusi.

Biasanya, korban juga mendapatkan imbalan atas paksaan ini meskipun tetap melakukan perlawanan. 

7. Perbudakan seksual

Sekilas perbudakan seksual mungkin terlihat mirip dengan prostitusi paksa.

Namun, dalam hal ini, pelaku bertindak sebagai pemilik atas tubuh korban sehingga berhak melakukan apa pun untuk memperoleh kepuasan seksual.

Umumnya, perbudakan memaksa korban untuk melayani atau bekerja paksa secara cuma-cuma sementara keuntungannya diambil oleh pelaku.

8. Pemaksaan perkawinan

Tindakan ini termasuk kekerasan seksual karena pemaksaan hubungan seksual yang akan terjadi setelah perkawinan.

Seringnya, pemaksaan perkawinan ini terjadi pada anak-anak di bawah umur.

Padahal, organ seksual anak masih rentan dan berisiko terkena masalah kesehatan reproduksi karena adanya pemaksaan ini.

9. Pemaksaan kehamilan

Selain pemaksaan perkawinan, pemaksaan kehamilan juga termasuk tindakan kekerasan seksual.

Kondisi ini dapat berupa pemerkosaan agar korban hamil atau pemaksaan untuk melanjutkan kehamilan yang tak diinginkan (misalnya korban pemerkosaan).

Melarang penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan juga termasuk bagian dari pemaksaan kehamilan.

10. Pemaksaan aborsi

Tindakan mengancam dan memaksa korban untuk menggugurkan kandungan atau aborsi juga tergolong jenis kekerasan seksual.

Pemaksaan ini tak hanya dapat membunuh janin dalam kandungan, tetapi juga berisiko menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental korban.

11. Pemaksaan kontrasepsi

Kekerasan seksual juga mencakup tindakan pemaksaan pemasangan alat kontrasepsi.

Korban biasanya tidak mampu membuat persetujuan dengan baik karena tidak mendapatkan cukup informasi maupun tidak cakap hukum.

Alat kontrasepsi dapat berupa pil KB, KB suntik, IUD, hingga sterilisasi.

12. Penyiksaan seksual

Penyiksaan seksual adalah tindakan menyerang organ dan seksualitas dengan sengaja, sehingga menyebabkan rasa sakit baik fisik maupun mental.

Hal ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan pengakuan tertentu dari korban atau sebagai bentuk hukuman atas kesalahan korban.

13. Penghukuman bernuansa seksual

kekerasan seksual

Berbeda dengan penyiksaan seksual, tindakan ini dilakukan untuk menghukum korban karena dianggap melakukan aktivitas seksual yang melanggar nilai moral dalam masyarakat.

Biasanya tindakan ini dilakukan dalam ranah publik untuk mempermalukan dan merendahkan korban.

14. Praktik diskriminasi bernuansa seksual

Tradisi masyarakat yang diskriminatif terkadang dapat menimbulkan cedera fisik, psikologis, dan seksual.

Praktik ini dilakukan untuk mengontrol seksualitas gender tertentu dalam perspektif merendahkannya, misalnya sunat perempuan agar tidak menjadi hiperseksual.

15. Kontrol seksual lewat doktrin

Pola pikir masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun terkait urusan seksual tak jarang merugikan gender tertentu dan memicu bentuk kekerasan lainnya.

Sebagai contoh, doktrin bahwa istri harus selalu melayani kebutuhan seks suami dapat mengarah pada risiko pemerkosaan dalam pernikahan.

Dampak kekerasan seksual pada kesehatan

Kekerasan seksual dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Mengutip dari situs WHO, berikut ini sejumlah gangguan kesehatan fisik, perilaku, dan psikologis yang bisa dialami korban.

1. Masalah organ reproduksi

Korban kekerasan seksual sangat rentan mengalami masalah pada organ seksual dan reproduksinya.

Beberapa masalah reproduksi yang mungkin dialami, yaitu:

  • kehamilan tak diinginkan, 
  • aborsi tidak aman, 
  • disfungsi ereksi
  • infeksi menular seksual, dan
  • gangguan fistula.

2. Gangguan kesehatan mental

obat amfetamin adalah

Kekerasan seksual juga bisa menyebabkan gangguan kejiwaan.

Bahkan, menurut buku In Key Topics in Health, Nature, and Behavior (2017), pelecehan seksual seperti catcalling dapat membuat korban memiliki body image negatif hingga depresi.

Sejumlah masalah kesehatan mental akibat kekerasan seksual meliputi:

  • depresi,
  • post-traumatic stress disorder (PTSD),
  • kecemasan,
  • gangguan tidur, 
  • keluhan somatik,
  • perilaku menyakiti diri, dan
  • gangguan panik.

3. Masalah perilaku

Tak hanya masalah kejiwaan, korban juga berisiko mengalami masalah perilaku.

Hal ini biasanya lebih kentara pada korban anak-anak dan remaja.

Berikut ini masalah perilaku yang bisa ditimbulkan karena pengalaman kekerasan seksual.

  • Melakukan hubungan seksual tidak aman atau berisiko, misalnya tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
  • Melakukan hubungan seksual usia dini.
  • Risiko kembali menjadi pelaku atau korban kekerasan seksual di kemudian hari.

Perlu Anda Tahu

Pelaku dan korban bisa kembali dalam siklus kekerasan bila pada kasus sebelumnya tidak ada intervensi dan penanganan serius.

4. Berisiko mengancam nyawa

Selain masalah kesehatan di atas, kekerasan seksual juga bisa mengancam keselamatan nyawa korban.

Korban bisa berisiko kehilangan nyawa yang disebabkan oleh:

  • bunuh diri, 
  • komplikasi kehamilan
  • aborsi tidak aman, 
  • mengidap HIV/AIDS, 
  • pembunuhan selama pemerkosaan/penganiayaan, dan 
  • pembunuhan bayi yang lahir karena pemerkosaan.

Bahkan, menurut riset dalam jurnal JAMA Internal Medicine (2019), kekerasan seksual seperti pelecehan erat kaitannya dengan risiko tekanan darah tinggi penyebab penyakit jantung.

Penanganan untuk korban

Pengalaman buruk yang dialami korban tidak cukup diatasi dengan menghukum pelaku.

Korban juga perlu mendapatkan perawatan yang tepat secara medis untuk kondisi kesehatan fisik dan mentalnya.

Untuk mencegah kondisi semakin memburuk, korban perlu mendapatkan akses sejumlah penanganan berikut ini.

  • Dukungan psikologis dari kerabat maupun tenaga medis profesional.
  • Pemberian alat kontrasepsi darurat.
  • Pengobatan profilaksis untuk masalah infeksi menular seksual.
  • Informasi dan akses untuk aborsi yang aman.
  • Pemeriksaan forensik dan tempat perlindungan yang aman.

Kasus kekerasan seksual tak bisa dibiarkan karena memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan.

Bila Anda mengetahui seseorang mengalami kekerasan seksual, jangan ragu untuk memberikan bantuan atau melapor pada pihak berwajib.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

15 Bentuk kekerasan seksual.pdf. (2022). Retrieved 6 December 2022, from https://drive.google.com/file/d/1jtyyAgVsjO0O7bRUqE00zWM_pzADMEs8/view

Spotting signs of child sexual abuse. (2022). Retrieved 6 December 2022, from https://www.nhs.uk/live-well/spotting-signs-of-child-sexual-abuse/

Sexual Violence – World Health Organization (WHO). Retrieved 6 December 2022, from https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/77434/WHO_RHR_12.37_eng.pdf

Gale, S., Mordukhovich, I., Newlan, S., & McNeely, E. (2019). The Impact of Workplace Harassment on Health in a Working Cohort. Frontiers In Psychology. doi: 10.3389/fpsyg.2019.01181

Sexual assault, harassment linked with long-term health problems in women. (2018). Retrieved 6 December 2022, from https://www.hsph.harvard.edu/news/hsph-in-the-news/sexual-assault-harassment-health-problems-women/

Houle, J., Staff, J., Mortimer, J., Uggen, C., & Blackstone, A. (2011). The Impact of Sexual Harassment on Depressive Symptoms during the Early Occupational Career. Society And Mental Health. doi: 10.1177/2156869311416827

Fisher, S., Lindner, D., & Ferguson, C. J. (2017). The effects of exposure to catcalling on women’s state self-objectification and body image. In Key Topics in Health, Nature, and Behavior. Springer, Cham.

Thurston, R., Chang, Y., Matthews, K., von Känel, R., & Koenen, K. (2019). Association of Sexual Harassment and Sexual Assault With Midlife Women’s Mental and Physical Health. JAMA Internal Medicine. doi: 10.1001/jamainternmed.2018.4886

Versi Terbaru

26/12/2022

Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

5 Cara Menghadapi Pelaku Pelecehan Seksual

Penyakit Menular Seksual


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany · Tanggal diperbarui 26/12/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan