backup og meta

Suka Batuk-batuk Setelah Berolahraga? Ini Alasannya

Suka Batuk-batuk Setelah Berolahraga? Ini Alasannya

Olahraga terkadang menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Pada beberapa orang, kegiatan ini bahkan dapat memicu batuk-batuk. Batuk setelah olahraga sebenarnya cukup umum terjadi, apalagi bila Anda senang melakukan latihan kardio seperti jogging atau menjalani rutinitas olahraga yang cukup berat.

Meski begitu, bukan berarti masalah ini boleh diabaikan. Batuk setelah berolahraga bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Ada yang mengalaminya akibat berolahraga terlalu berat, tapi ada pula yang menandakan masalah kesehatan tertentu. Masalah kesehatan inilah yang harus diwaspadai.

Penyebab batuk setelah olahraga

Batuk menular

Wajar bila Anda sesekali mengalami sesak napas dan terbatuk-batuk usai berolahraga berat. Akan tetapi, jika Anda terus mengalami kondisi ini setiap kali berolahraga, berikut beragam faktor yang mungkin jadi penyebabnya.

1. Penyempitan saluran napas yang dipicu olahraga

Apabila batuk tidak disebabkan oleh penyakit, kemungkinan besar penyebabnya adalah penyempitan saluran napas. Kondisi ini dahulu dikenal sebagai asma akibat olahraga. Namun, istilah penyempitan saluran napas kini lebih tepat karena olahraga tidak selalu memicu asma. 

Saluran napas dapat menyempit saat berolahraga atau setelahnya. Kondisi ini biasanya berlangsung selama 10-15 menit, tapi bisa pula bertahan hingga 60 menit bila tidak ditangani. Selain batuk setelah berolahraga, Anda juga dapat mengalami gejala seperti:

  • sesak napas
  • napas mengi
  • dada nyeri atau terasa ditekan
  • kelelahan saat berolahraga
  • performa olahraga menurun

Siapa pun bisa mengalami penyempitan saluran napas akibat berolahraga, bahkan atlet berpengalam sekalipun. Penyebab pastinya tidak diketahui, tapi orang yang mengalami kondisi ini kemungkinan juga mengalami peradangan pada saluran napasnya.

2. Udara dingin

Saat berolahraga dalam musim hujan atau cuaca dingin, udara yang dingin dan kering akan masuk ke dalam paru-paru. Masuknya udara dingin membuat organ ini kehilangan suhu hangat dan kelembapan yang dibutuhkannya untuk berfungsi secara normal.

Udara dingin turut membuat saluran napas menyempit sehingga oksigen yang masuk pun lebih sedikit. Padahal, Anda butuh lebih banyak oksigen ketika melakukan aktivitas fisik. Inilah yang membuat Anda batuk dan sesak napas setelah selesai berolahraga.

3. Keluarnya lendir dari hidung dan tenggorokan

Keluarnya lendir dari hidung dan tenggorokan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang paling umum antara lain pilek dan flu, infeksi sinus, reaksi alergi, serta masuknya zat pemicu iritasi ke dalam saluran pernapasan.

Berbagai kondisi tersebut akan memicu produksi lendir berlebih di dalam sinus. Lendir lama-kelamaan menumpuk, lalu menimbulkan iritasi dan rasa gatal pada tenggorokan. Anda akhirnya mengalami batuk, terutama setiap kali selesai berolahraga.

4. Asam lambung naik

obh combi plus

Kerongkongan dan lambung dibatasi oleh sejenis otot. Jika otot ini lemah atau terlalu rileks saat Anda berolahraga, asam lambung bisa saja naik menuju kerongkongan dan menyebabkan heartburn. Salah satu gejala heartburn adalah batuk.

Gangguan ini lebih banyak dialami oleh orang yang menderita penyakit asam lambung (GERD). Batuk setelah berolahraga akibat GERD biasanya bersifat kronis dan mungkin sudah berlangsung dalam waktu lama ketika gejalanya muncul.

5. Alergi

Beberapa orang lebih sensitif terhadap debu, serbuk sari, serta polusi dari lingkungan sekitar. Jika Anda mempunyai alergi dan berolahraga di luar rumah ketika pemicu alergi sedang banyak-banyaknya, hal ini tentu memicu reaksi alergi saat berolahraga.

Anda mungkin akan mengalami batuk, bersin-bersin, dan mendengar suara nyaring tiap kali menarik napas. Bila Anda menderita alergi sekaligus asma, dampaknya bisa lebih berat lagi karena terjadi penyempitan saluran napas.

6. Kelainan fungsi pita suara

Kelainan fungsi pita suara disebabkan karena pita suara tidak dapat membuka dengan sempurna. Kondisi ini terkadang salah dikenali sebagai asma karena gejalanya mirip. Padahal, keduanya perlu ditangani dengan cara yang berbeda.

Gejala kelainan fungsi pita suara di antaranya:

  • batuk
  • sesak napas dan mengi
  • tenggorokan terasa sesak
  • suara serak
  • perubahan suara

Gejala kelainan pita suara dapat bertambah parah saat Anda pilek, menghirup sesuatu yang memicu iritasi, dan beraktivitas fisik. Ini sebabnya orang yang memiliki gangguan pada pita suaranya sering kali batuk setelah berolahraga.

Olahraga terkadang memang memicu batuk yang mengganggu. Meski demikian, bukan berarti Anda tidak bisa berolahraga sama sekali. Anda dapat mencegah batuk dengan berolahraga di rumah ketika badan sedang tidak bugar.

Jika Anda menderita asma, siapkan inhaler sebelum berolahraga. Beristirahatlah ketika Anda lelah dan jangan memaksakan diri. Periksakan diri Anda ke dokter bila batuk tidak kunjung hilang atau disertai gejala yang mengkhawatirkan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

What Is Exercise Induced Asthma? | AAFA.org. (2020). Retrieved 19 May 2020, from https://www.aafa.org/exercise-induced-asthma/

Exercise-induced asthma – Symptoms and causes. (2020). Retrieved 19 May 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/exercise-induced-asthma/symptoms-causes/syc-20372300

How to Avoid GERD Symptoms While Working Out | Gastrointestinal Society. (2020). Retrieved 19 May 2020, from https://badgut.org/information-centre/health-nutrition/how-to-avoid-gerd-symptoms-while-working-out/

Vocal Cord Dysfunction | AAAAI. (2020). Retrieved 19 May 2020, from https://www.aaaai.org/conditions-and-treatments/related-conditions/vocal-cord-dysfunction

Exercising with a sinus infection . (2020). Retrieved 19 May 2020, from https://www.marshfieldclinic.org/sports-wrap/sinus-infection

Versi Terbaru

05/10/2020

Ditulis oleh Diah Ayu Lestari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Abduraafi Andrian


Artikel Terkait

Mengenal Kucing Abisinia, Karakter, dan Cara Merawatnya

Apakah Kucing Boleh Makan Keju? Ini Penjelasan dan Risikonya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 05/10/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan