backup og meta

Puasa Memicu Autofagi, Proses Detoks yang Bikin Panjang Umur

Puasa Memicu Autofagi, Proses Detoks yang Bikin Panjang Umur

Tubuh mengalami banyak perubahan selama berpuasa. Otot dan hati mengeluarkan cadangan energinya, laju metabolisme melambat, dan sel-sel tubuh pun mengalami proses yang disebut autofagi. Yuk, cari tahu seputar autofagi dan manfaatnya!

Apa itu autofagi?

Autofagi (autophagy) adalah mekanisme pembersihan diri yang terjadi saat tubuh dilatih untuk berpuasa selama kurun waktu tertentu.

Ada triliunan sel penyusun tubuh manusia. Seiring waktu, molekul-molekul sisa yang terbentuk dari metabolisme sel dapat menumpuk di dalam sel.

Molekul tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel. Pada akhirnya, sel-sel yang sudah rusak ini pun tidak lagi dibutuhkan dan harus dibuang.

Mekanisme autofagi menjadi cara tubuh untuk membersihkan diri dari sel-sel yang sudah tua dan rusak. Hal ini akan mendorong pembentukan sel-sel baru yang sehat.

Secara harfiah, autophagy terdiri dari kata “auto” yang artinya diri serta “phagy” yang artinya “makan”. Apabila digabung, mekanisme ini dapat berarti memakan diri sendiri.

Sel yang mengalami mekanisme ini memang “memakan” dirinya sendiri. Mungkin terdengar tidak lazim, tetapi proses ini sebetulnya amat bermanfaat.

Selama proses “memakan” diri ini terjadi, sel-sel tubuh akan membuang molekul sampah dan bagian sel yang sudah rusak.

Terkadang, mekanisme ini juga menghancurkan molekul dan bagian-bagian sel tersebut, lalu mendaur ulangnya menjadi sel yang baru.

Autofagi ibarat tombol reset pada tubuh. Proses ini berfungsi meremajakan tubuh dengan cara membersihkan sekaligus mendaur ulang sel-sel tubuh Anda.

Selain itu, mekanisme ini meningkatkan kemampuan sel untuk beradaptasi melawan racun dan pemicu kerusakan lain yang menumpuk di dalam tubuh.

Puasa bisa memicu autofagi

cara diet puasa

Autophagy adalah mekanisme alamiah dalam tubuh makhluk hidup. Walau demikian, sejumlah faktor diyakini dapat memicu atau mempercepat prosesnya.

Salah satu aktivitas yang dapat memicu autofagi yaitu puasa. Saat berpuasa, tubuh Anda tidak mendapatkan asupan makanan selama belasan jam.

Hal ini terus berlangsung selama berhari-hari sehingga tubuh Anda lambat laun mulai terbiasa dengan berkurangnya asupan kalori dan zat gizi.

Berkurangnya asupan kalori saat puasa membuat sel tubuh mengalami stres. Padahal, sel tubuh memerlukan kalori untuk berfungsi normal.

Sel tubuh pun beradaptasi dengan cara mengurangi kalori yang digunakan untuk menjalankan fungsi tersebut. Pada kondisi minim energi, sel tubuh juga harus bekerja dengan lebih efisien. 

Caranya, sel-sel tubuh akan membuang molekul sampah dan bagian sel yang rusak, kemudian mendaur ulang zat-zat tersebut menjadi bagian sel yang berfungsi dengan baik.

Dengan cara ini, sel tubuh mampu bekerja normal walaupun tidak mendapatkan asupan energi yang cukup.

Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti mengapa sel-sel tubuh bereaksi demikian. Namun yang jelas, proses ini membantu tubuh bertahan hidup.

Berapa lama harus puasa sampai autofagi terjadi?

Hingga saat ini, belum ada cukup penelitian untuk menentukan waktu ideal untuk memicu autofagi pada manusia. Konsultasikan dengan dokter bila Anda mempertimbangkan perubahan pola makan yang signifikan, termasuk melakukan diet puasa/diet berjangka (intermittent fasting).

Manfaat autofagi saat puasa

jumlah sel tubuh

Beberapa penelitian telah membahas manfaat autofagi. Mekanisme ini termasuk proses dalam sel yang sangat rumit sehingga manfaatnya mungkin tidak bisa dirasakan secara langsung.

Meski demikian, di bawah ini sejumlah manfaat yang telah dirangkum dari berbagai penelitian.

1. Mencegah penuaan dini dan membuat panjang umur

Manfaat utama autofagi yakni meremajakan sel tubuh dan membantu mencegah penuaan dini.

Selain itu, sel-sel baru yang terbentuk dari proses autofagi juga melindungi tubuh Anda. Hal ini secara tidak langsung dapat membuat Anda lebih panjang umur.

2. Menjaga fungsi tubuh dalam kondisi minim energi

Mekanisme ini menjaga fungsi tubuh tetap normal sekalipun kekurangan karbohidrat ketika berpuasa.

Kondisi ini memang tidak bisa berlangsung selamanya. Akan tetapi, tubuh Anda setidaknya memiliki waktu lebih lama untuk mendapatkan energi kembali.

3. Mencegah pertumbuhan sel kanker

Pembentukan sel kanker berawal dari adanya sel-sel yang rusak atau bermutasi. Tubuh mengenali sel-sel yang tidak beres ini dan membuangnya melalui proses autofagi.

Bisa jadi tubuh Anda juga membuang sel yang bermutasi dan berisiko membentuk kanker. Itu sebabnya, mekanisme “memakan” sel ini mungkin dapat mengurangi risiko kanker.

4. Menjaga kesehatan hati

Sebuah studi dalam jurnal Food and Chemical Toxicology (2020) menyebutkan bahwa autophagy berpotensi melindungi sel hati dari kerusakan akibat konsumsi obat-obatan dan alkohol.

Tidak hanya dihubungkan dengan kesehatan hati, proses pun diyakini mampu menghambat perkembangan beberapa penyakit hati, antara lain:

  • penyakit Wilson,
  • gagal hati akut,
  • penyakit hati terkait konsumsi alkohol jangka panjang, serta
  • perlemakan hati non-alkohol.

5. Manfaat bagi sel-sel tubuh

Mekanisme autofagi ketika puasa juga membantu memberi manfaat lainnya untuk sel-sel tubuh.

Beragam manfaat di bawah ini mungkin hanya berpengaruh pada tingkat seluler, bukan tubuh secara keseluruhan. Namun, hal ini tetap tidak boleh dianggap sebelah mata.

  • Mendaur ulang protein sisa yang sudah tidak terpakai.
  • Membuang zat racun yang meningkatkan risiko penyakit saraf, seperti penyakit Parkinson atau penyakit Alzheimer.
  • Menyuplai energi dan sisa zat yang bisa dirombak menjadi sel baru.
  • Merangsang regenerasi dan pembaruan sel.

Autofagi merupakan satu dari banyak mekanisme penting yang terjadi ketika Anda berpuasa.

Mekanisme ini berfungsi membuang molekul sisa dan bagian sel yang sudah tidak diperlukan sehingga tubuh Anda mampu berfungsi secara efektif.

Meski bermanfaat, autofagi juga berdampak buruk bagi sel jantung bila berlangsung secara besar-besaran atau dalam jangka waktu lama.

Jadi, pastikan Anda berpuasa dengan wajar tanpa mengurangi asupan kalori secara drastis.

Kesimpulan

  • Autofagi adalah mekanisme pembersihan diri yang terjadi ketika tubuh dilatih untuk berpuasa selama kurun waktu tertentu.
  • Kondisi ini terjadi karena sel-sel dalam tubuh beradaptasi untuk tetap bekerja dalam kondisi minim energi.
  • Beberapa manfaat autofagi saat puasa yaitu mencegah penuaan diri, menurunkan risiko kanker, menjaga kesehatan hati, dan menyehatkan sel.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Autophagy: Definition, Process, Fasting & Signs. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved January 19, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/24058-autophagy

Autophagy: Recycling Is Good for Your Body Too. (2019). Cedars-Sinai. Retrieved January 19, 2024, from https://www.cedars-sinai.org/blog/autophagy.html

Shabkhizan, R., Haiaty, S., Moslehian, M. S., Bazmani, A., Sadeghsoltani, F., Saghaei Bagheri, H., Rahbarghazi, R., & Sakhinia, E. (2023). The Beneficial and Adverse Effects of Autophagic Response to Caloric Restriction and Fasting. Advances in nutrition (Bethesda, Md.), 14(5), 1211–1225. https://doi.org/10.1016/j.advnut.2023.07.006

Williams, J. A., & Ding, W. (2020). Role of autophagy in alcohol and drug-induced liver injury. Food and Chemical Toxicology, 136, 111075. https://doi.org/10.1016/j.fct.2019.111075

Wen, X., & Klionsky, D. J. (2020). At a glance: A history of autophagy and cancer. Seminars in Cancer Biology, 66, 3-11. https://doi.org/10.1016/j.semcancer.2019.11.005

Marx, V. (2015). Autophagy: Eat thyself, sustain thyself. Nature Methods, 12(12), 1121-1125. https://doi.org/10.1038/nmeth.3661

Versi Terbaru

25/01/2024

Ditulis oleh Diah Ayu Lestari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Metabolisme Tubuh yang Terjadi Saat Anda Puasa

Bisakah Puasa Menurunkan Berat Badan?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 25/01/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan