Bulan Ramadan merupakan waktu ketika umat Islam berpuasa penuh selama 30 hari. Tidak makan dan minum dari fajar hingga tenggelamnya matahari. Terlepas dari puasa yang diharuskan dalam agama, benarkah puasa bisa menurunkan berat badan?
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Bulan Ramadan merupakan waktu ketika umat Islam berpuasa penuh selama 30 hari. Tidak makan dan minum dari fajar hingga tenggelamnya matahari. Terlepas dari puasa yang diharuskan dalam agama, benarkah puasa bisa menurunkan berat badan?
Puasa pada bulan Ramadan merupakan kesempatan emas bagi umat Muslim untuk beribadah sekaligus menurunkan berat badan.
Bagaimana tidak, sejumlah studi medis melaporkan bahwa puasa dapat mengendalikan tekanan darah hingga kadar kolesterol. Tidak heran bila menahan hawa nafsu ini disinyalir bisa menurunkan berat badan dengan sehat.
Di bawah ini beberapa alasan mengapa puasa bisa menjadi alternatif untuk mengurangi berat badan.
Salah satu alasan mengapa puasa bisa menjadi cara aman menurunkan berat badan yaitu membantu mendetoks tubuh.
Pada saat Anda berpuasa, racun yang tersimpan di lemak larut dan dikeluarkan dari tubuh. Bahkan, tubuh akan menghasilkan hormon endorfin lebih banyak setelah beberapa hari Anda berpuasa.
Endorfin merupakan hormon yang membuat Anda merasa bahagia, sehingga berdampak pada kesehatan mental yang lebih baik.
Tak hanya detoksifikasi, puasa selama bulan Ramadan dapat mengurangi resistensi insulin.
Umumnya, penyandang obesitas memiliki rasio leptin/adiponektin plasma yang tinggi. Akibatnya, resisten insulin pun cenderung terjadi pada orang yang kelebihan berat badan.
Untungnya, puasa di bulan Ramadan dapat menurunkan kadar serum leptin, sehingga rasio leptin dan resistensi insulin ikut berkurang. Jadi, berpuasa ternyata cukup baik untuk mengontrol obesitas yang bisa menyebabkan resistensi insulin.
Dilansir dari artikel yang dimuat dalam Journal of Fasting and Health, puasa Ramadan dapat menurunkan BMI dan lingkar pinggang secara signifikan.
Indeks massa tubuh (BMI) dan lingkar pinggang merupakan indikator untuk melihat apakah seseorang berisiko mengalami obesitas atau tidak. Bila angka kedua indikator tersebut turun, artinya berat badan pun ikut turun.
Meski begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut bagaimana mekanisme puasa Ramadan ikut mengurangi risiko obesitas.
Salah satu alasan terkuat mengapa puasa di bulan Ramadan dapat menurunkan berat badan yaitu membakar lemak sebagai energi. Pada saat Anda berpuasa, tubuh akan mengalami perubahan, seperti:
Perubahan tersebut terjadi karena pola tidur yang berubah. Tak hanya itu, Anda pun tidak mendapat asupan cairan semestinya dan hanya makan pada malam hari.
Hal tersebut dapat menunda penyerapan karena lebih rendahnya pengosongan lambung dan aliran darah dibandingkan pada siang hari. Itu sebabnya, tubuh akan lebih banyak membakar lemak untuk menghasilkan energi.
Meski begitu, berat badan yang hilang selama Ramadan bisa naik kembali dengan cepat. Jika menjalani gaya hidup sehat selama puasa untuk menjaga berat badan tetap stabil, Anda tetap harus melakukannya selepas bulan Ramadan berakhir.
Berpuasa juga merupakan cara efektif untuk meregenerasi sel imun atau sel kekebalan tubuh. Pasalnya, tubuh akan mencoba menyimpan energi pada saat berpuasa.
Hal tersebut dilakukan dengan mendaur ulang sel imun yang tidak dibutuhkan atau berisiko untuk rusak. Walaupun cara ini tidak secara langsung menurunkan berat badan, setidaknya puasa baik untuk meningkatkan sistem imun Anda.
Berpuasa memang terbukti dapat menurunkan berat badan. Namun, Anda tidak boleh menjalaninya sembarangan karena bisa memicu sejumlah penyakit.
Ada pun hal yang perlu diperhatikan ketika ingin menurunkan berat badan saat Ramadan meliputi:
Bila Anda memiliki kondisi tertentu dan ingin menurunkan berat badan saat puasa, silakan konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar