Saat Anda mengolah ikan atau makanan laut lain, hal yang wajar jika tercium bau amis. Namun pada kasus tertentu, sebagian orang justru mengeluarkan bau amis dari tubuhnya. Kondisi ini disebut dengan sindrom bau ikan. Penasaran seperti apa masalah kesehatan ini? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Apa itu sindrom bau ikan?
Sindrom bau ikan adalah penyakit langka yang menyebabkan keringat, urin, dan napas seseorang berbau ikan busuk.
Bau keringat adalah hal yang wajar yang muncul akibat adanya bakteri di permukaan kulit. Semakin banyak bakteri yang ada di kulit, maka bisa menyebabkan keringat Anda semakin bau.
Akan tetapi, hal ini berbeda dengan sindrom badan berbau amis, tidak hanya keringat saja yang berbau seperti ikan, urin serta mulut juga berbau ikan busuk. Nah, istilah medis untuk penyakit ini adalah trimethylaminuria.
Tanda dan gejala sindrom bau ikan
Gejala yang ditimbulkan dari sindrom ini adalah munculnya bau tak sedap dari penderitanya. Bau tak sedap ini timbul pada keringat, urin, air liur, dan cairan vagina.
Perlu diketahui bahwa terkadang sebagian orang juga mengeluarkan bau badan yang sangat kuat dan tidak sedap. Hal ini akan berubah-ubah tergantung dengan kondisinya.
Namun pada penderita sindrom langka ini, bau yang muncul akan menetap dan tidak tergantung pada kondisinya. Pada beberapa kasus, masalah kesehatan ini dialami anak-anak. Hal tersebut terjadi hanya dalam beberapa waktu saja dan akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun.
Penyebab sindrom bau ikan
Bau ikan busuk muncul akibat tubuh penderitanya tidak dapat mengubah zat kimia trimethilamina. Nah, ketika tubuh gagal memecah dan mengubah zat kimia tersebut, trimetilamina akan terus terakumulasi dan mempengaruhi bau keringat, urin, serta napas penderita.
Pada orang yang normal, bakteri yang ada di dalam usus membantu kita untuk mencerna makanan seperti telur, kacang-kacangan, dan makanan lainnya. Kemudian hasil dari proses pencernaan tersebut adalah zat kimia trimethylamina.
Orang yang sehat, secara otomatis akan mengeluarkan suatu enzim yang bertanggung jawab untuk memecah zat kimia tersebut dan tidak menyebabkan zat trimethylamina terakumulasi dalam tubuh.
Hal ini tidak berlaku pada penderita sindrom bau ikan. Mereka justru tidak bisa menghasilkan enzim tersebut. Hal ini mengakibatkan trimethylamina dihasilkan terus-menerus oleh tubuh tanpa dipecah oleh enzim. Trimethylamina yang semakin banyak jumlahnya di dalam tubuh, akan memperburuk bau badan seseorang.
Ketidakmampuan menghasilkan enzim yang bertugas untuk memetabolisme trimethylamina ini diakibatkan oleh adanya mutasi gen FMO3 yang dimiliki oleh penderita sindrom bau ikan.
Biasanya, gen yang telah bermutasi tersebut diturunkan oleh orangtua penderita yang juga memiliki sindrom yang sama. Salah satu orangtua – ayah atau ibu – mungkin saja menjadi pembawa gen ini yang kemudian diturunkan ke anaknya.
Seseorang yang memiliki gen pembawa dari FMO3 yang sudah bermutasi ini lebih sering tidak menimbulkan gejala apapun atau tidak menderita sindrom bau ikan juga, kalaupun memiliki sindrom tersebut jangka waktunya tidak terlalu lama.