Apakah Anda atau orang di sekitar Anda ada yang terkena imunodefisiensi? Seseorang yang menderita penyakit imunodefisiensi lebih rentan terhadap infeksi, sehingga memerlukan perlindungan ekstra untuk menjaga kondisinya. Kira-kira apa yang menjadi penyebab dari kondisi ini? Mari simak artikel di bawah ini untuk mengetahui jawabannya lebih lanjut.
Apa itu imunodefisiensi?
Imunodefisiensi adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh seseorang melemah dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Perlu Anda pahami, sistem kekebalan tubuh berperan penting dalam melawan infeksi dan penyakit.
Namun pada penderita penyakit imunodefisiensi, kemampuan tubuhnya akan sulit untuk melawan patogen, seperti bakteri, virus, dan parasit.
Akibatnya, orang yang mengalami gangguan ini cenderung rentan terhadap infeksi.
Berdasarkan jenisnya, defisiensi imun terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
- Imunodefisiensi primer, disebabkan oleh kelainan genetik yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh sejak lahir.
- Imunodefisiensi sekunder, yang dikaitkan dengan faktor eksternal seperti penggunaan obat-obatan, penyakit tertentu, atau bahkan terapi medis.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapa pun. Defisiensi imun dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Apa saja tanda-tanda dan gejala imunodefisiensi?
Pada dasarnya, ada banyak bentuk atau contoh penyakit imunodefisiensi. Setiap bentuk ini umumnya akan memiliki gejala yang berbeda-beda.
Namun, mengutip Medlineplus, berikut ini adalah beberapa gejala yang mungkin dapat menjadi tanda seseorang mengalami penyakit imunodefisiensi.
- Mata merah.
- Infeksi sinus.
- Pilek.
- Diare.
- Penyakit gusi kronis (gingivitis).
- Pneumonia.
- Sakit perut kronis.
- Penurunan berat badan.
- Infeksi jamur.
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah kepada dokter Anda.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah kepada dokter Anda.
Apa penyebab gangguan imunodefisiensi?
Ada beberapa penyebab gangguan imunodefisiensi, baik yang bersifat primer (disebabkan oleh kelainan genetik) maupun sekunder (disebabkan oleh faktor eksternal atau kondisi medis lainnya). Berikut penjelasannya.
1. Kelainan genetik
Defisiensi imun dapat terjadi pada bayi yang terlahir dengan kelainan genetik yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Misalnya sindrom imunodefisiensi kombinasi (severe combined immunodeficiency), sindrom Wiskott-Aldrich, dan defisiensi imunoglobulin.
Kelainan genetik semacam ini dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak berkembang secara normal atau tidak berfungsi dengan baik.
2. Infeksi HIV/AIDS
Defisiensi imun juga bisa disebabkan oleh infeksi HIV/AIDS. Pasalnya, virus HIV dapat menyerang dan merusak sel-sel sistem kekebalan tubuh, terutama sel CD4.
Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh yang signifikan. Kondisi ini dikenal sebagai acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
3. Penggunaan obat-obatan
Beberapa obat-obatan, seperti kortikosteroid dalam dosis tinggi atau dalam jangka waktu panjang, dapat menekan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi.
Selain itu, obat-obatan yang digunakan dalam terapi kanker, seperti kemoterapi atau radioterapi, juga dapat menyebabkan imunodefisiensi sementara atau bahkan permanen.
4. Penyakit Autoimun
Beberapa penyakit autoimun yang merupakan contoh gangguan imunodefisiensi sekunder, yaitu lupus, rheumatoid arthritis, dan penyakit tiroid autoimun.
Hal ini karena beberapa kondisi tersebut dapat mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi.
5. Penyakit lain
Beberapa kondisi medis lain, seperti diabetes, gagal ginjal kronis, dan penyakit hati kronis, juga dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya defisiensi imun.
Memahami penyebab defisiensi imun penting untuk diagnosis yang tepat dan penanganan yang efektif, sehingga dapat mengurangi risiko infeksi dan meningkatkan kualitas hidup individu yang terkena kondisi ini.
Apa faktor yang meningkatkan risiko imunodefisiensi?
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini, yaitu sebagai berikut.
- Riwayat keluarga. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan imunodefisiensi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengambangkan kondisi yang sama.
- Kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. Terkena cairan tubuh yang terinfeksi HIV dapat meningkatkan risiko terkena kondisi ini.
- Usia. Penuaan juga melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda. Seiring bertambahnya usia, beberapa organ yang menghasilkan sel darah putih menyusut.
- Kurang protein. Kurangnya konsumsi protein dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda.
Apa komplikasi yang bisa terjadi akibat imunodefisiensi?
Beberapa kemungkinan komplikasi gangguan imunodefisiensi mungkin termasuk berikut ini.
- Penyakit yang sering berulang atau berkelanjutan.
- Peningkatan risiko terjadinya penyakit kanker atau tumor tertentu.
- Peningkatan risiko infeksi.
Bagaimana penyakit ini didiagnosis?
Jika dokter menduga Anda mungkin mengalami gangguan imunodefisiensi, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut.
- Menanyakan tentang riwayat medis Anda.
- Melakukan pemeriksaan fisik.
- Tes HIV.
- Memeriksa kadar imunoglobulin dalam darah.
- Menentukan jumlah sel darah putih Anda.
- Menentukan jumlah sel T.
- Tes kulit.
Selain itu, untuk membantu mengidentifikasi jenis defisiensi imun, dokter akan menanyakan usia berapa pasien mulai mengalami infeksi berulang.
Dengan mengetahui jenis infeksinya, maka dapat membantu dokter untuk mengidentifikasi jenis defisiensi imun yang dialami pasien.
Misalnya, mengetahui organ mana yang terkena (telinga, paru-paru, otak, atau kandung kemih).
Apa saja pengobatan untuk imunodefisiensi?
Perawatan untuk setiap gangguan imunodefisiensi akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Contohnya, AIDS menyebabkan beberapa infeksi berbeda.
Dokter akan memberikan obat untuk setiap infeksi. Anda juga dapat diberikan antiretroviral untuk mengatasi infeksi HIV jika memungkinkan.
Perawatan untuk gangguan imunodefisiensi umumnya meliputi antibiotik dan terapi imunoglobulin.
Obat antiviral lain, seperti amantadine dan acyclovir, atau obat yang disebut interferon juga dapat digunakan untuk perawatan infeksi viral akibat defisiensi imun.
Jika sumsum tulang Anda tidak menghasilkan cukup limfosit, dokter dapat melakukan transplantasi sumsum tulang (stem cell).
Adakah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah imunodefisiensi?
Sebenarnya belum diketahui secara pasti untuk mencegah terjadinya penyakit imunodefisiensi primer atau bawaan.
Oleh karena itu, bila Anda memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini, sebaiknya konsultasikan kepada dokter.
Selain itu, melakukan hubungan seks yang aman serta menghindari berbagai pertukaran cairan tubuh dapat membantu mencegah HIV/AIDS.
Mendapatkan gizi yang seimbang juga dapat mencegah defisiensi imun yang disebabkan oleh malnutrisi.
Kesimpulan
- Imunodefisiensi adalah kondisi ketika sistem imun melemah dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
- Terdapat dua jenis imunodefisiensi, yaitu primer (bawaan lahir), dan sekunder (dikaitkan dengan faktor eksternal).
- Defisiensi imun bisa ditandai dengan mata merah, pilek, diare, pneumonia, infeksi jamur, hingga penurunan berat badan.
[embed-health-tool-bmi]