backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Intravenous Immunoglobulin (IVIg)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 02/06/2022

    Intravenous Immunoglobulin (IVIg)

    Sebagian orang memiliki sistem imun yang lemah sehingga tubuhnya rentan terserang virus, bakteri, dan parasit. Terapi IVIg atau intravenous immunoglobulin bisa digunakan untuk mengobati kondisi ini. Lantas, bagaimana prosedur ini berlangsung?

    Apa itu terapi intravenous immunoglobulin (IVIg)?

    infus adalah

    IVIg atau intravenous immunoglobulin (immunoglobulin intravena) adalah sebuah terapi yang berfungsi untuk meningkatkan antibodi pada orang yang mengalami imunodefisiensi.

    Gangguan imunodefisiensi terjadi saat sistem kekebalan terlalu lemah untuk melawan infeksi yang berasal dari patogen (bibit penyakit) seperti virus, bakteri, maupun parasit.

    Terapi dengan infus ke pembuluh darah vena (intravena/IV) ini menggunakan imunoglobulin (antibodi) yang diekstrak dari plasma darah donor sehat. Biasanya, dibutuhkan ribuan donor darah untuk memperoleh imunoglobulin yang dibutuhkan.

    IVIg akan memberikan antibodi yang tidak dapat dibuat oleh tubuh Anda sendiri. Hal ini akan membantu melawan infeksi sehingga Anda tidak mudah sakit.

    Dalam kondisi tertentu, seperti pada pengidap penyakit lupus, IVIg diberikan agar antibodi tidak merusak sel-sel tubuh yang sehat ataupun menyebabkan peradangan.

    Selama menjalani prosedur medis ini, Anda tak perlu khawatir dengan risiko tertular penyakit dari orang lain yang mendonorkan darah mereka.

    Petugas kesehatan akan memastikan cairan infus yang digunakan murni dan dikemas secara steril untuk meminimalkan penularan patogen.

    Siapa saja yang membutuhkan prosedur medis ini?

    Terapi penggantian imunoglobulin umum dilakukan untuk mengobati defisiensi imun, seperti immune thrombocytopenic purpura (ITP) pada anak-anak dan orang dewasa.

    Dokter merekomendasikan pengobatan IVIg untuk beberapa penyakit autoimun, meliputi:

    • penyakit lupus,
    • penyakit Kawasaki,
    • sindrom Guillain-Barre,
    • myositis,
    • myasthenia gravis,
    • multiple sclerosis, dan
    • polineuropati demielinasi inflamasi kronis.

    Selain itu, pasien yang menjalani prosedur transplantasi sumsum tulang juga bisa mendapatkan IVIg untuk mencegah timbulnya infeksi pascaoperasi.

    IVIg digunakan secara luas untuk mengobati beragam penyakit. Konsultasikanlah dengan dokter sebelum memperoleh pengobatan ini.

    Apa persiapan sebelum menjalani terapi IVIg?

    IVIg melalui terapi infus harus dilakukan bersama dokter atau tenaga medis profesional untuk mencegah risiko efek samping serius.

    Prosedur ini juga perlu memperhatikan jadwal imunisasi, terutama pada pasien anak. Dikutip dari MIMS, imunoglobulin intravena dapat mengganggu kemanjuran vaksin hidup seperti campak, gondongan, cacar air, dan campak Jerman (rubela).

    Selain itu, beri tahukan juga pada dokter bila Anda sedang mengonsumsi obat-obatan untuk:

    • hipertensi,
    • diabetes, 
    • penyakit jantung,
    • penyakit ginjal, atau 
    • gangguan pembekuan darah.

    Jangan lupa juga untuk memberi tahu dokter bila Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat ini atau kandungan lain di dalamnya. Tanyakan juga perihal konsumsi makanan atau minuman sebelum pengobatan supaya tidak berpengaruh pada hasilnya.

    Terapi intravenous immunoglobulin mungkin membuat Anda pusing. Maka dari itu, Anda perlu memastikan ada orang lain yang mendampingi dan mengantar Anda pulang dari rumah sakit.

    Bagaimana prosedur IVIg dilakukan?

    konsultasi dokter, dokter dan pasien

    Dokter melakukan terapi IVIg sebagai infus intravena (IV) dengan cara menyuntikkan jarum ke pembuluh darah vena dan memasukan cairan secara perlahan. Prosedur ini dlakukan di rumah sakit dan butuh waktu beberapa jam untuk menyelesaikannya.

    Frekuensi pemberian intravenous immunoglobulin bervariasi tergantung kebutuhan, misalnya dapat diberikan hanya sekali ataupun satu hingga lima hari setiap bulannya.

    Dosis IVIg pun bervariasi tergantung pada usia pasien, berat badan, serta kondisi atau jenis penyakit yang diobati. Pada imunodefisiensi primer, dibutuhkan dosis awal 400–800 mg/kgBB dan diikuti dosis lanjutan 200–400 mg/kgBB setiap bulan.

    IVIg sebagai obat autoimun untuk penyakit Kawasaki butuh dosis 1600–2000 mg/kgBB yang terbagi selama dua hingga lima hari atau 2000 mg/kgBB sebagai dosis tunggal.

    Menurut American Academy of Allergy, Asthma & Immunology, terapi antibodi ini efektif untuk mengobati penyakit dan mencegah keparahan gejala.

    Pengobatan ini tidak langsung memberikan efek instan. Pasien butuh terapi selama beberapa minggu sampai imunoglobulin intravena menunjukkan efeknya. Bahkan, bila tubuh merespon pengobatan, efeknya bisa bertahan sampai beberapa bulan.

    Jika Anda punya pertanyaan yang berkaitan dengan prosedur IVIg, konsultasikan dengan dokter untuk informasi yang lebih baik.

    Adakah risiko efek samping dari prosedur ini?

    Tidak ada efek samping serius yang ditimbulkan dari prosedur medis ini. Infus ke pembuluh darah vena mungkin menimbulkan risiko yang sangat kecil.

    Anda mungkin akan mengalami sedikit rasa nyeri atau memar pada tempat jarum disuntikkan. Hal ini akan hilang dengan cepat sehingga Anda tidak perlu terlalu khawatir.

    Efek samping ringan seperti demam dan sakit kepala dapat Anda tangani dengan minum obat pereda nyeri dan memperbanyak asupan air putih.

    Meski begitu, sebagian orang mungkin menunjukkan reaksi alergi parah yang ditandai dengan kesulitan bernapas, nyeri dada, mengi, ruam kulit, dan demam. Reaksi ini mungkin muncul setelah infus IVIg diberikan atau beberapa jam atau hari ke depan.

    Jika Anda mengalami gejala atau memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 02/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan