Penderitanya pun masih dapat menunjukkan tanda-tanda sadar, seperti membuka mata meski tidak merespons lingkungan sekitarnya. Kemungkinan untuk pulihnya pun masih ada, meski hanya kecil.
Tanda-tanda mati batang otak
Fungsi batang otak umumnya terkait dengan beberapa fungsi refleks atau otomatis pada tubuh. Oleh karena itu, hilangnya refleks tubuh tertentu merupakan tanda dari seseorang mengalami mati batang otak. Berikut adalah beberapa tanda yang umumnya muncul:
- Hilang kesadaran.
- Tidak bernapas atau dapat bernapas hanya menggunakan ventilator.
- Tidak menunjukkan reaksi terhadap rangsangan, termasuk rasa sakit.
- Pupil mata tidak merespons cahaya.
- Mata tidak berkedip saat permukaan mata disentuh (refleks kornea).
- Mata tidak bergerak saat kepala digerakkan (refleks okulosefalik).
- Mata tidak bergerak saat air es dituangkan ke telinga (refleks okulovestibular).
- Tidak ada refleks tersedak atau batuk saat bagian belakang tenggorokan disentuh.
Penyebab mati batang otak

Brain death atau mati batang otak terjadi ketika suplai darah dan oksigen ke area otak terhenti dan adanya kerusakan jaringan pada area batang otak. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh trauma atau cedera otak parah, yang biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh, luka tembak, atau pukulan keras ke arah kepala.
Tak hanya itu, pendarahan pada otak, penyakit infeksi pada otak (seperti ensefalitis), dan tumor otak juga bisa menyebabkan kondisi ini. Kondisi-kondisi tersebut memberi tekanan pada otak, sehingga menyebabkan penurunan aliran darah serta kerusakan jaringan.
Selain itu, beberapa kondisi lainnya juga bisa menjadi penyebab dari mati otak, seperti:
Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang mungkin sudah atau belum pernah didiagnosis dengan penyakit jantung. Hilangnya atau berhentinya fungsi jantung tersebut menyebabkan otak kekurangan oksigen sehingga brain death bisa terjadi.
Serangan jantung adalah kondisi ketika aliran darah ke jantung menjadi tersumbat. Better Health Channel menyebut, kematian otak sering terjadi pada pasien serangan jantung yang meninggal beberapa saat setelah dipasang alat bantu untuk menunjang hidupnya. Untuk mengetahui kondisi jantung Anda, Anda bisa melakukan cek detak jantung.
Saat stroke terjadi, suplai darah ke otak tersumbat atau terganggu. Pada kondisi ini, kematian batang otak sangat mungkin terjadi.
Darah yang menggumpal di pembuluh darah juga bisa menjadi penyebab mati otak. Pasalnya, penyumbatan di pembuluh darah dapat mengganggu atau menghalangi alirah ke seluruh tubuh Anda, termasuk otak.
Bagaimana dokter mendiagnosis bahwa seseorang telah mati batang otak?
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami mati otak, dokter akan melakukan berbagai tes. Namun, sebelum tes ini dilakukan, dokter harus memastikan hal-hal berikut:
- Pasien hilang kesadaran dan tidak merespon rangsangan apapun dari luar.
- Pasien hanya bisa bernapas menggunakan ventilator.
- Memiliki bukti yang cukup bahwa seseorang telah mengalami cedera atau kerusakan otak parah yang tidak dapat disembuhkan.
- Memastikan bahwa kondisi tersebut bukan karena mengonsumsi obat penenang, narkoba, racun, atau bahan kimia lainnya secara berlebihan, suhu tubuh yang sangat rendah (hipotermia), atau kurangnya aktivitas kelenjar tiroid yang parah.
Setelah memastikan hal-hal di atas, dokter akan melakukan beragam tes untuk mendiagnosis apakah seseorang mengalami mati batang otak. Tes-tes ini dilakukan guna melihat apakah seseorang memiliki tanda-tanda mati batang otak seperti yang telah disebutkan di atas. Berikut adalah tes-tes tersebut:
- Menyinari mata dengan cahaya untuk melihat apakah pupil mata merespons cahaya. Pada kondisi normal, pupil mata seharusnya mengecil ketika disinari cahaya.
- Menggunakan sehelai tisu atau sepotong kapas untuk menyentuh mata. Normalnya, mata menjadi berkedip saat bola mata tersentuh dengan alat tersebut.
- Menekan dahi, mencubit hidung, atau menekan area tubuh tertentu untuk melihat apakah ada respon gerakan atau refleks sakit.
- Memasukkan atau mengaliri air dingin ke setiap telinga untuk melihat apakah ada pergerakan pada mata.
- Merangsang bagian belakang tenggorokan, seperti menempatkan tabung plastik tipis di area tersebut, atau selang pernapasan disedot untuk melihat apakah itu memicu tercekik atau batuk pada pasien.
- Melepas ventilator untuk waktu yang singkat untuk melihat apakah pasien mencoba bernapas sendiri.
Meski demikian, tidak semua pemeriksaan tersebut dapat dilakukan pada setiap pasien. Pada kondisi tertentu, seperti bila ada luka pada wajah yang parah, tes pencitraan mungkin saja dilakukan untuk memeriksa apakah ada aliran darah ke otak. Tes elektroensefalografi (EEG) juga bisa saja dilakukan untuk memeriksa apakah ada aktivitas di otak.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar