backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Echolalia, Mengulang Perkataan Orang Lain Akibat Gangguan Saraf

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 18/05/2022

Echolalia, Mengulang Perkataan Orang Lain Akibat Gangguan Saraf

Sebagian besar orang yang sehat bisa mengulang perkataan orang lain secara sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu. Namun, ada beberapa orang yang sering mengulang perkataan orang lain karena kondisi medis yang dimilikinya. Pengulangan kata yang tak biasa ini disebut juga dengan echolalia. Agar lebih jelas mengenai echolalia, simak ulasannya berikut ini.

Apa itu echolalia?

Echolalia atau ekolalia adalah kondisi medis yang terjadi ketika seseorang mengulang kata, frasa, atau suara yang ia dengar dari orang lain.

Kondisi ini umum terjadi pada anak dengan autisme atau autism spectrum disorder (ASD). Ini merupakan cara berkomunikasi mereka yang khas yang membedakan dengan orang lainnya.

Meski begitu, perlu Anda pahami bahwa echolalia sebenarnya menjadi bagian dari perkembangan anak, yaitu ketika si kecil belajar untuk berbicara.

Saat belajar bicara, anak cenderung meniru perkataan orangtua atau gurunya yang sama berulang kali atau dari video yang sering ia dengar.

Namun, saat anak sudah masuk usia dua hingga tiga tahun, ekolalia mulai menurun dan hilang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya kemampuan bicara anak.

Meski begitu, pada anak dengan autisme, ekolalia tidak hilang dan terus menjadi cara berkomunikasinya yang khas.

Bahkan, para ahli menyebut, ekolalia menjadi cara normal bagi anak autisme untuk mematangkan kemampuan kognitif dan bahasanya.

Selain anak dengan autisme, ekolalia juga bisa terjadi pada anak atau orang dewasa dengan gangguan saraf atau cacat perkembangan tertentu.

Orang dengan kondisi ini biasanya sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain secara normal, sehingga menggunakan ekolalia sebagai bentuk respons terhadap kesulitan tersebut.

Jenis echolalia yang umum terjadi

penyebab anak gagap cara mengatasinya

Ada dua jenis ekolalia yang umumnya dialami oleh seseorang. Berikut adalah kedua tipe ekolalia yang dimaksud.

1. Immediate echolalia atau ekolalia langsung

Seseorang dengan jenis ekolalia ini mengulang perkataan atau suara yang baru saja didengar.

Misalnya, saat orangtua mengatakan “waktunya mandi”, anak justru ikut mengatakan “waktunya mandi” ketimbang langsung mandi sebagaimana perintahnya.

Meski begitu, pada penderita autisme, ekolalia langsung merupakan caranya untuk mengatakan kepada orang lain bahwa ia sedang mencerna apa yang orang lain katakan.

2. Delayed echolalia atau ekolalia tertunda

Sesuai namanya, seseorang dengan jenis ekolalia ini mengulang perkataan atau suara beberapa saat setelah ia mendengarnya.

Lamanya jeda waktu antara yang didengar dan diucapkan bisa beberapa menit atau bahkan setahun setelah ucapan tersebut ia dengar. Kata-kata ini pun bisa diucapkan kapan saja dan di mana saja.

Baik jenis langsung atau tertunda, keduanya dapat bersifat komunikatif atau nonkomunikatif.

Ekolalia komunikatif berarti seseorang memiliki makna atau tujuan untuk berkomunikasi ketika mengulang ucapan orang lain. Ini bisa berarti meminta, menegaskan, atau bahkan memprotes.

Sementara nonkomunikatif berarti pengulangan kata yang dilakukan tanpa memiliki tujuan komunikatif yang jelas.

Apa saja gejala echolalia?

Gejala utama echolalia adalah pengulangan kata atau suara yang didengar. Pengulangan tersebut bisa dilakukan begitu pembicaraan selesai atau dalam beberapa waktu setelah mendengarnya.

Selain pengulangan kata tersebut, beberapa gejala lainnya juga bisa terjadi. Pada anak autisme, ekolalia sering terjadi bersamaan dengan ciri-ciri autisme lainnya ketika ia berkomunikasi.

Berikut adalah beberapa gejala lain yang mungkin timbul.

  • Berbicara dengan nada atau ritme yang berbeda dengan orang pada umumnya, seperti menggunakan suara nyanyian atau ucapan yang kaku seperti robot.
  • Tampak tidak memahami pertanyaan atau ucapan orang lain.
  • Bisa bersikap pasif, agresif, atau mengganggu saat berinteraksi.
  • Tidak dapat memahami atau menafsirkan ekspresi wajah orang lain atau postur tubuh dan nada suaranya.
  • Tidak melakukan kontak mata dan tidak menunjukkan ekspresi wajah saat berinteraksi.
  • Cenderung tidak melanjutkan percakapan, hanya mengulang ucapan atau pertanyaan yang didengarnya.

Selain gejala di atas, ekolalia juga bisa membuat anak autisme merasa frustasi atau bahkan cemas dan depresi akibat kesulitan komunikasi yang dialaminya.

Apa penyebab echolalia?

anak mudah lupa

Echolalia memang umum terjadi sebagai bagian dari perkembangan bahasa yang normal dan akan menghilang dengan sendirinya setelah anak berusia 3 tahun.

Namun, ekolalia yang menetap setelah usia 3 tahun atau pada orang dewasa umumnya terjadi karena kerusakan atau gangguan pada sistem saraf, terutama otak.

Melansir StatPearls, echolalia mungkin terkait dengan lobus frontal yang tidak berfungsi dengan baik.

Lobus frontal ini sendiri merupakan bagian otak yang berperan dalam fungsi kognitif, gerakan sadar, serta bahasa ekspresif.

Selain terjadi pada penderita autisme, berikut adalah beberapa gangguan saraf atau kondisi medis lainnya yang sering terkait dengan ekolalia.

Bukan cuma itu, gangguan ini juga bisa muncul pada seseorang yang mengalami cemas dan merasa tertekan atau stres.

Bagaimana cara mengatasi echolalia?

Banyak ahli berpendapat echolalia merupakan cara bagi anak autisme untuk mengembangkan kemampuan bicaranya. Artinya, ekolalia dianggap berfungsi untuk orang dengan autisme.

Meski begitu, terlepas dari autisme, kondisi tersebut tentu dapat mengganggu pembelajaran dan interaksi sosial penderitanya.

Pada kondisi ini, perawatan khusus mungkin dibutuhkan untuk membantu penderitanya beralih ke cara berkomunikasi yang lebih baik.

Konsultasikan kepada dokter atau terapis wicara Anda atau anak Anda untuk informasi lebih lanjut.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 18/05/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan