backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

5

Tanya Dokter
Simpan

8 Pantangan Saat Pengobatan Paru-Paru Basah

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    8 Pantangan Saat Pengobatan Paru-Paru Basah

    Orang-orang yang memiliki penyakit paru-paru basah kerap mengalami batuk-batuk, sakit dada, dan mudah lelah setiap melakukan aktivitas. Agar gejala ini tidak semakin memburuk, pasien juga harus memperbaiki gaya hidup menjadi lebih sehat. Untuk itu, ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh pasien paru-paru basah.

    Pantangan untuk pasien paru-paru basah

    Paru-paru basah sendiri sebenarnya bukanlah sebuah penyakit, melainkan perwujudan dari berbagai penyakit paru yang menyerang tubuh.

    Istilah paru-paru basah merujuk kepada kondisi paru-paru yang mengalami penumpukan cairan akibat peradangan atau infeksi. Beberapa penyakit yang dimaksud bisa meliputi pneumonia, edema paru, atau efusi pleura.

    Kondisi ini membuat pengidapnya sesak napas akibat ruang udara di paru-paru yang semakin berkurang. Maka dari itu, pasien harus menjalani pengobatan selama beberapa waktu agar gejala terkendali.

    Selain pengobatan, ada pula beberapa hal atau makanan yang harus dihindari oleh pasien. Berikut adalah merupakan pantangan untuk pasien paru-paru basah.

    1. Merokok

    motivasi berhenti merokok

    Merokok merupakan pantangan utama bagi orang-orang yang memiliki penyakit pernapasan, termasuk paru-paru basah. Asap rokok dapat mempersempit saluran udara, alhasil membuat Anda semakin sulit bernapas.

    Selain itu, merokok dapat menyebabkan peradangan paru yang kronis. Seiring waktu, jaringan di dalam paru-paru bisa hancur dan memicu pembelahan sel yang dapat tumbuh menjadi kanker.

    Oleh karena itu, pasien harus segera berhenti dari kebiasaan merokok. Pastikan tempat tinggal juga bebas dari asap rokok.

    2. Tidak minum air putih yang cukup

    Memenuhi kebutuhan cairan setiap hari juga sangat penting dilakukan bagi pasien edema paru. Air dapat membantu mengencerkan lendir, sehingga lendir lebih mudah dikeluarkan lewat batuk.

    Ketika cairan di tubuh berkurang, Anda bisa mengalami dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan lendir menjadi lebih lengket dan menebal. Akibatnya, sistem pernapasan pun akan terganggu.

    Setiap orang memiliki kebutuhan cairan yang berbeda-beda, tetapi biasanya jumlah yang disarankan yaitu 2 liter air putih atau setara dengan 8 gelas.

    3. Mengonsumsi makanan tinggi garam

    Asupan garam yang terlalu tinggi dari makanan dapat menyebabkan retensi air. Retensi air dapat meningkatkan pembengkakan dan penumpukan cairan di paru-paru.

    Hal ini tentunya dapat memberikan dampak yang buruk bagi kondisi orang-orang dengan paru-paru basah. Penumpukan cairan dapat membuat paru-paru kesulitan mengembang sehingga Anda menjadi sesak napas.

    Beberapa makanan tinggi garam yang menjadi pantangan untuk paru-paru basah termasuk makanan siap saji, keju, daging olahan (sosis, ham, smoked beef), sereal kemasan, serta saus atau bumbu instan.

    4. Terlalu banyak mengonsumsi produk susu

    Kandungan lemak yang tinggi dari produk susu sering dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit paru kronis, gejala gangguan pernapasan, dan menurunnya fungsi kerja paru-paru secara keseluruhan.

    Selain itu, terdapat pula zat casomorphin yang merupakan produk akhir dari pemecahan susu. Zat ini dapat merangsang produksi dan pengentalan lendir sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengidap penyakit paru.

    Karena alasan ini, dokter biasanya meminta pasien untuk mengurangi konsumsi susu dan produk sampingannya seperti es krim dan keju.

    5. Begadang

    Terkadang, gejala paru-paru basah bisa membuat Anda terbangun di malam hari karena sesak napas, terutama ketika penyakitnya sudah kronis. Gejala ini membuat beberapa orang enggan atau sulit untuk tidur.

    Padahal, tidur bisa membantu sistem kekebalan tubuh dalam bekerja melawan penyakit. Manfaat ini sangat penting, terutama bila paru-paru basah yang Anda alami disebabkan oleh pneumonia. Sebaliknya, begadang bisa memperparah penyakit dan gejalanya.

    Agar Anda lebih mudah bernapas, tidurlah dengan dua bantal di bawah leher dan kepala. Bila sesak napas dan batuk-batuk semakin mengganggu tidur, konsultasikan kepada dokter untuk solusinya.

    6. Malas bergerak

    Gejala paru-paru basah terkadang bisa menghambat aktivitas. Banyak orang bahkan memilih tidak berolahraga karena takut gejalanya semakin memburuk.

    Padahal, olahraga tetap bermanfaat meski Anda memiliki penyakit paru-paru. Olahraga teratur akan menguatkan otot paru-paru sehingga kerjanya dalam mendapatkan pasokan oksigen jadi lebih maksimal.

    Semakin sering Anda menghabiskan waktu untuk berdiam diri, otot-otot tubuh pun akan melemah. Ini juga berpengaruh terhadap kekuatan otot di paru-paru.

    7. Berolahraga terlalu keras

    Tidak berkeringat saat olahraga

    Meski olahraga penting, Anda harus berhati-hati melakukannya. Pasalnya, olahraga berlebihan juga bisa membahayakan kondisi Anda.

    Oleh karena itu, Anda cukup melakukan olahraga dengan intensitas sedang, minimal selama 75 menit per minggu. Bila Anda tidak terbiasa berolahraga, mulailah dengan perlahan dan tingkatkan intensitasnya bila tubuh mulai kuat.

    Jangan lupa, konsultasikan dahulu kepada dokter sebelum berolahraga. Anda juga dapat meminta saran dokter mengenai jenis olahraga untuk paru-paru Anda.

    8. Stres

    Memang, gejala paru-paru basah yang mengganggu bisa membuat Anda merasa tersiksa dan stres. Apalagi jika penyakit sudah menghambat aktivitas sehari-hari, contohnya dalam pekerjaan atau tugas di rumah.

    Namun, jangan biarkan diri Anda stres terlalu lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres bisa menyebabkan keausan paru-paru sehingga kesehatan pernapasan jadi memburuk.

    Bila Anda sudah merasa stres tak tertolong, pertimbangkan untuk mengikuti sesi konseling dengan psikolog. Selain itu, bergabung dengan komunitas sesama pasien juga mungkin bisa membantu Anda mendapatkan dukungan saat melalui masa-masa sulit.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan