Saat menjalani pengobatan asma, tak jarang dokter meresepkan obat antibiotik. Akan tetapi, antibiotik tidak ditujukan untuk semua pengidap asma. Hal ini dikarenakan konsumsi obat antibiotik sembarangan justru bisa menyebabkan perawatan butuh waktu lebih lama.
Studi: antibiotik untuk asma membuat rawat inap lebih lama
Asma terjadi akibat peradangan pada saluran pernapasan yang membuat udara sulit masuk ke dalam paru-paru. Salah satu gejala asma yang umum ialah sesak napas.
Sebuah studi dalam The Journal of Allergy and Clinical Immunology (2019) menemukan banyak rumah sakit meresepkan antibiotik untuk sesak napas meski tidak ada gejala infeksi apa pun.
Hal ini kemungkinan berisiko membuat pasien harus menjalani masa rawat inap lebih lama. Di samping itu, tentunya lebih banyak biaya yang dikeluarkan untuk mengobati asma.
Para peneliti lainnya juga menyatakan hal serupa. Orang dewasa dengan penyakit asma lebih baik tidak memperoleh resep antibiotik untuk pengobatan saat mereka dirawat inap.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Internal Medicine (2016) ini mendata sekitar 22.000 pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit karena asma selama setahun.
Pasien yang menerima obat kortikosteroid masuk dalam kriteria penelitian. Sementara itu, pasien yang membutuhkan antibiotik karena mengalami gejala masalah pernapasan seperti infeksi sinus, bronkitis, maupun pneumonia tidak dimasukkan.
Penelitian ini menemukan bahwa pasien dengan gejala asma yang menerima antibiotik selama dua hari pertama di rumah sakit lebih lama rawat inapnya daripada yang tidak menerimanya.
Sementara itu, risiko gagalnya pengobatan asma antara kelompok pasien yang diberi atau tidak diberi antibiotik sama besar dan tidak ada bedanya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah orang dewasa yang diopname karena asma tidak perlu diberi antibiotik bila memang tidak ada gejala infeksi paru-paru sama sekali.
Beberapa studi memang telah meneliti manfaat antibiotik untuk pasien asma. Akan tetapi, manfaat untuk pasien asma tanpa infeksi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Mengenal bahaya konsumsi antibiotik terus-menerus
Bukan hanya bagi pengidap asma, antibiotik juga memiliki efek samping tersendiri bila diminum secara sembarangan dan dalam jangka waktu yang lama.
Dokter umumnya tidak menyarankan konsumsi obat antibiotik terlalu lama. Hal ini tentu berlaku pula bagi pengidap asma, terlebih bila tidak ada infeksi apa pun yang menyertainya.
Mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang bisa menyebabkan resistensi antibiotik, yakni suatu kondisi ketika obat tidak lagi ampuh untuk melawan penyakit.
Sebaiknya, Anda selalu aktif bertanya pada dokter mengenai obat apa saja yang diresepkan. Tidak terkecuali saat dokter memberikan obat antibiotik untuk asma.
Umumnya, obat antibiotik harus dihabiskan sesuai dengan resep dokter. Jangan berbagi atau mengonsumsi antibiotik sisa yang diresepkan untuk orang lain.
Jadi, bolehkan minum obat antibiotik saat asma?
Pada dasarnya, langkah terbaik untuk meredakan asma yang kambuh ialah dengan obat asma, seperti menggunakan inhaler untuk melegakan kembali saluran napas.
Konsumsi antibiotik untuk pengidap asma masih diperbolehkan. Namun, dengan catatan bahwa gejala asma yang Anda alami diperburuk oleh infeksi bakteri, seperti pneumonia.
Penggunaan antibiotik akan mengobati penyebab yang mendasari gejala asma, bukan asma itu sendiri. Sesak napas dan mengi akan berangsur membaik setelah kondisi ini terobati.
Apabila asma yang menyerang disertai infeksi virus, antibiotik tidak akan bekerja. Obat ini juga tidak dibutuhkan untuk asma yang disebabkan debu atau alergen lainnya.
Pastikan pula Anda tidak minum antibiotik sembarangan. Pastikan minum antibiotik sesuai resep dokter karena obat ini bisa menimbulkan masalah kesehatan bila penggunaannya tidak tepat.
Dengan demikian, Anda tidak perlu takut minum antibiotik selama sesuai kebutuhan. Selain itu, pastikan pula Anda disiplin minum obat sesuai anjuran dokter dan apoteker.