Apakah si Kecil sering rewel dan menangis tanpa sebab? Jika ya, maka si Kecil bisa jadi mengalami kolik. Meski sering kali membuat orangtua khawatir, faktanya kondisi ini memang umum terjadi pada si Kecil. Lalu, apa penyebab si Kecil kolik dan bagaimana cara mengatasinya? Simak ulasan lengkapnya di sini.
Apa itu kolik?
Kolik, atau dikenal juga sebagai kolik infantil, adalah suatu kondisi di mana pada awal kehidupan si Kecil menangis, rewel yang berkepanjangan dan berulang tanpa penyebab yang jelas, dan sulit dihentikan oleh ibunya.
Kondisi ini dapat mempersulit kedua orangtua dan si Kecil. Namun, Anda harus mengetahui bahwa kondisi ini relatif berjangka pendek.
Dalam waktu mingguan atau bulanan, kolik akan berhenti, dan Anda akan melewati tantangan pertama dalam mengasuh anak.
Seberapa umum kolik pada si Kecil?
Kolik adalah kondisi yang umum terjadi pada si Kecil. Biasanya, kondisi ini terjadi paling parah saat si Kecil di sekitar usia 6—8 minggu dan menghilang dengan sendirinya pada usia antara minggu ke-8 hingga minggu ke-14 atau saat memasuki usia 3—4 bulan.
Tanda dan gejala kolik
Rewel dan menangis adalah hal wajar pada si Kecil dan tidak selalu menjadi tanda kolik.
Namun, bayi Anda mungkin saja mengalami kolik bila rewel dan menangis disertai tanda-tanda berikut ini.
1. Episode menangis yang terprediksi
Si Kecil yang mengalami kolik sering kali menangis pada waktu yang sama setiap hari. Biasanya, si Kecil menangis pada sore atau malam hari.
Menangis karena kolik dapat berlangsung dari beberapa menit hingga 3 jam atau lebih dalam sehari. Buang air besar atau kecil dan buang angin adalah tanda akhir episode kolik.
2. Menangis yang intens dan tidak dapat diredakan
Menangis akibat kolik terjadi secara intens, terdengar sengsara, dan sering kali bernada tinggi. Wajah si Kecil dapat memerah. Si Kecil pun sulit untuk ditenangkan.
3. Menangis tanpa alasan yang jelas
Menangis adalah hal yang normal pada si Kecil. Namun, menangis menandakan si Kecil memerlukan sesuatu, seperti makanan atau popok bersih.
Menangis terus menerus dan tanpa penyebab yang jelas adalah tanda bahwa si Kecil mengalami kolik.
4. Perubahan postur
Selain tangisan, perubahan postur tubuh juga merupakan salah satu gejala si Kecil mengalami kolik.
Sebagai contoh, kaki yang melingkar, tangan mengepal, dan otot perut yang kencang umum terjadi saat episode menangis.
Kapan harus periksakan si Kecil ke dokter?
Si Kecil yang menangis tanpa sebab tidak selalu mengalami kolik. Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah memastikan bahwa si Kecil Anda tidak memiliki masalah kesehatan yang membuatnya menangis.
Untuk memastikannya, segera hubungi dokter jika si Kecil mengalami gejala berikut ini.
- Demam hingga 38º C .
- Kurang aktif dari biasanya.
- Tidak menyusu dengan benar meski posisi menyusui sudah tepat.
- Tidak mengisap payudara atau botol dengan kuat saat menyusu.
- Si Kecil muntah.
- Mengalami pertambahan atau pengurangan berat badan.
- Feses si Kecil encer atau terdapat darah.
- Tidak dapat tenang, apa pun yang Anda lakukan.
Jika si Kecil Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah kepada dokter.
Diagnosis dan perawatan dini adalah cara untuk menghentikan kolik memburuk sekaligus mencegah kondisi medis darurat lainnya.
Penyebab kolik
Hingga kini, penyebab kolik masih tidak dapat diketahui secara pasti.
Mayo Clinic menyebut peneliti mengalami kesulitan menjelaskan kondisi ini, seperti mengapa kondisi ini biasanya dimulai pada akhir bulan pertama kehidupan.
Bagaimana variasi kondisi di antara si Kecil, mengapa kondisi terjadi pada waktu-waktu tertentu, dan mengapa kondisi dapat diselesaikan dengan sendirinya juga sulit untuk diteliti.
Namun, beberapa ahli telah menelusuri beberapa teori soal penyebab kolik adalah sebagai berikut.
- Alergi
- Intoleransi laktosa
- Perubahan bakteri normal pada sistem pencernaan
- Sistem pencernaan yang belum berkembang sempurna
- Orangtua yang cemas
- Perbedaan pada cara memberikan atau menenangkan bayi
Namun, masih tidak jelas mengapa sebagian si Kecil mengalami kondisi ini dan sebagian lainnya tidak.
Kondisi ini terjadi tidak tergantung pada kelahiran si Kecil, yaitu anak pertama, kedua, ketiga, atau seterusnya.
Kolik adalah kondisi yang juga bisa terjadi pada si Kecil yang disusui ASI ataupun susu formula.
Faktor risiko kolik
Ada faktor yang meningkatkan risiko kolik pada si Kecil, misalnya ibu si Kecil yang merokok selama kehamilan atau setelah persalinan.
Sebenarnya banyak teori lain tentang apa yang menyebabkan anak rentan terhadap kolik. Namun, tidak ada satu pun yang terbukti.
Sebagai contoh, kolik lebih jarang terjadi pada anak pertama atau si Kecil yang diberikan susu formula. Pola makan ibu menyusui juga tidak memicu kondisi ini pada si Kecil.
Si kecil yang menangis berlebihan dan tidak dapat ditenangkan dapat membuat Anda lebih letih dan tidak dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dari si Kecil.
Komplikasi kolik
Kolik adalah kondisi yang tidak menimbulkan masalah kesehatan jangka pendek atau panjang pada anak-anak. Namun, kondisi ini dapat mengakibatkan stres pada orangtua.
Ada hubungan antara kolik dengan masalah-masalah di bawah ini.
- Peningkatan risiko depresi pascapersalinan pada ibu.
- Berhenti menyusui dini.
- Perasaan bersalah, kelelahan, tidak berdaya, atau marah.
Stres saat menenangkan si Kecil yang menangis kadang-kadang mendorong orangtua untuk mengguncang tubuhnya atau membahayakan anak mereka.
Jangan lakukan hal ini karena mengguncang si Kecil dapat menyebabkan kerusakan serius pada otak, bahkan kematian.
Risiko reaksi yang tidak terkontrol ini lebih besar jika orangtua tidak memiliki informasi tentang menenangkan anak yang menangis.
Beberapa data penelitian menunjukan bahwa si Kecil yang menangis berlebihan dan tidak dapat ditenangkan mempunyai risiko 1,7 kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan perilaku pada usia 4 tahun.
Data lain juga menunjukan bahwa si Kecil berisiko mempunyai skor IQ yang lebih rendah pada usia 5 tahun (walaupun tidak berbeda bermakna).
Diagnosis kolik
Apabila dokter menduga si Kecil memiliki kondisi ini, pemeriksaan fisik dan beberapa tes akan direkomendasikan. Pemeriksaan untuk kolik umumnya adalah sebagai berikut.
- Mengukur pertumbuhan si Kecil (tinggi, berat badan, dan lingkar kepala).
- Mendengarkan suara jantung, paru-paru, dan perut si Kecil.
- Meneliti anggota tubuh, termasuk jemari tangan dan kaki, mata, telinga, dan alat kelamin.
- Menilai reaksi terhadap sentuhan atau gerakan.
- Mencari tanda-tanda ruam popok peradangan, infeksi, atau alergi lainnya.
Anda juga akan ditanya mengenai bagaimana tangisan memengaruhi kondisi Anda serta bagaimana Anda memberi makan dan menyendawakan si Kecil.
Dokter juga dapat menyarankan Anda mencatat kapan dan seberapa sering si Kecil menangis.
Apabila si Kecil memiliki gejala yang mengkhawatirkan Anda, seperti muntah atau demam, dokter dapat melakukan tes laboratorium atau rontgen untuk menemukan penyebabnya.
Cara mengatasi kolik
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi kondisi kolik pada si Kecil.
1. Gendong si Kecil dengan tegak sebisa mungkin saat menyusui
Jika Anda menyusui, mungkin menyusui dari satu payudara hingga hampir habis dapat membantu sebelum mengganti sisi.
Hal ini memberikan si Kecil ASI hindmilk yang kaya dan berlemak, yang berpotensi lebih memuaskan dibandingkan foremilk yang encer pada awal menyusui.
2. Lakukan strategi 5S
Anda mungkin akan merasa terbantu jika menyusun strategi untuk mengatasi kondisi ini. Anda perlu melakukan eksperimen dengan mencoba strategi 5S yang meliputi hal berikut ini.
- Side or stomach: Melekatkan si Kecil pada tubuh ibu dengan posisi miring kekiri.
- Swing: Mengayunkan si Kecil.
- Suck: Mengisap.
- Shoosh: Mendengarkan alunan suara yang tenang.
- Swaddle: Membedong.
Berbagai hal di atas adalah beberapa cara untuk mengatasi kolik pada si Kecil.
3. Ganti susu formula si Kecil
Anda dapat mempertimbangkan untuk mengganti susu formula si Kecil menjadi susu formula yang sudah terhidrolisasi, sehingga dapat memudahkan proses pencernaan si Kecil.
Susu formula dengan kandungan Partially Hydrolyzed Protein (PHP) memiliki protein yang lebih lembut, sehingga dapat lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan anak.
Tak hanya itu, berkat nutrisi PHP 50% protein yang dapat menjaga kenyamanan pencernaan si Kecil, penyerapan nutrisinya pun jadi lebih optimal.
Bahkan, kandungan PHP pada susu anak yang juga dilengkapi nutrisi seperti DHA turut mendukung fungsi imun dan membantu mengoptimalkan kecerdasan si Kecil.
4. Pertimbangkan mengubah pola makan jika Anda menyusui
Makanan ibu menyusui tampaknya tidak berperan pada gejala kolik si Kecil.
Namun, pada si Kecil dengan riwayat alergi, menghilangkan potensi alergen dari pola makan dapat menghindari alergi makanan pada si Kecil.
Apabila Anda menyusui, dokter anak dapat menyarankan Anda menghindari makanan yang kemungkinan menyebabkan alergi, seperti produk susu, kacang, gandum, kedelai, dan ikan, selama 2 minggu untuk melihat perubahan pada gejala si Kecil.
5. Penggunaan probiotik
Probiotik adalah zat yang membantu menjaga keseimbangan alami bakteri ‘baik’ pada saluran pencernaan untuk mengobati kolik.
Namun, hasil studinya beragam. Beberapa menunjukkan manfaat, sedangkan sebagian lainnya tidak menemukan manfaat apa pun.
Para ahli pun tidak menemukan bukti yang cukup untuk merekomendasikan probiotik guna mengatasi kondisi ini.
6. Ganti botol
Ada berbagai botol dan dot si Kecil dengan beragam pilihan untuk mengatasi kondisi ini. Mencoba jenis botol atau dot yang berbeda adalah cara untuk membantu meringankan gejalanya.
Botol yang memiliki kantung yang dapat dilipat dapat mengurangi jumlah udara yang ditelan si Kecil.
Itulah beberapa cara mengatasi kondisi ini pada si Kecil. Adapun terkait pengobatan, tidak ada satu obat pun yang direkomendasikan untuk mengatasi kolik.
Untuk info lebih lanjut untuk mengatasi kondisi, sebaiknya tanyakan kepada dokter anak.
Kesimpulan
Kolik pada bayi adalah kondisi umum yang ditandai dengan periode menangis berlebihan dan tanpa sebab yang jelas, biasanya terjadi pada bayi yang sehat. Kondisi ini sering kali dimulai beberapa minggu setelah kelahiran dan dapat berlangsung hingga usia 3—4 bulan. Kolik biasanya akan mereda dengan sendirinya seiring pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, jika Anda khawatir tentang kondisi si Kecil atau jika terjadi gejala lain, sebaiknya konsultasikan kepada dokter untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan lain yang mendasarinya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]