Anda mungkin perlu memberikan bayi jenis dot yang satu ini jika ia sering kali mengalami kembung dan gelisah usai menyusu.
Berikut kelebihan dan kekurangan pakai botol susu bayi antikolik.
Kelebihan
- Botol susu ini mampu mengurangi jumlah udara yang bayi telan.
- Membantu mengurangi risiko bayi mengalami kolik.
Kekurangan
- Harga botol bayi antikolik cenderung lebih mahal ketimbang botol susu biasa.
- Lebih rumit untuk Anda bersihkan.
Botol susu bayi dengan leher lebar
Jenis dot bayi yang satu ini biasanya berbentuk lebih lebar dan besar ketimbang botol susu pada umumnya.
Namun, jenis botol susu ini menampung jumlah susu yang sama seperti botol susu kebanyakan karena ukuran dot dengan leher lebar cenderung agak pendek.
Puting dot untuk botol susu leher lebar umumnya bukan terbuat dari lateks, melainkan dari silikon.
Berikut kelebihan dan kekurangan pakai botol susu bayi dengan leher lebar:
Kelebihan
- Botol mudah Anda bersihkan.
- Ada beberapa botol jenis ini yang memiliki desain untuk antikolik.
Kekurangan
- Botol kurang ringkas karena memakan banyak tempat.
- Ukuran botol yang lebar membuatnya agak sulit dimasukkan ke dalam alat steril maupun dibawa bepergian menggunakan tas kecil.
- Sulit untuk mensterilkan beberapa botol jenis ini sekaligus karena ukurannya yang cukup lebar.
2. Sesuaikan jenis dot dengan usia bayi

Menyesuaikan ukuran dan puting dot dengan usia bayi ternyata membantu si kecil agar dapat menyusu dengan nyaman.
Ini karena ada beberapa merek botol sisi dengan sistem aliran susu yang agar bayi tidak mudah tersedak, contohnya untuk bayi baru lahir.
Selain itu, botol susu untuk bayi baru lahir ini juga dibuat dengan aliran lambat supaya ASI tidak menetes ke luar dari mulut dan menelan banyak udara saat menyusu.
Ketika usia bayi sudah semakin bertambah, ia pelan-pelan bisa menggunakan dot dengan aliran yang lebih cepat.
Umumnya, pilihan dot bayi dapat Anda sesuaikan dengan usia yakni 0-3 bulan dengan ukuran S, 3-6 ukuran M, dan 6 bulan ke atas ukuran L.
Perbedaan ukuran pada beberapa kelompok usia bayi tersebut dibuat berdasarkan lubang yang ada di dalam dot untuk mengatur aliran susu.
3. Sesuaikan ukuran dot dengan kebutuhan bayi

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebenarnya tidak merekomendasikan pemberian dot selama 3-4 minggu setelah kelahiran.
Hal ini karena saat baru lahir, bayi masih dalam masa perkenalan dengan puting susu ibu serta melancarkan kemampuan menyusunya.
Jika saat baru lahir Anda sudah memberikan si kecil sudah botol susu, hal ini dapat membuatnya mengalami masalah menyusui, misalnya bingung puting.
Namun, bila nantinya Anda ingin melatih bayi minum dari dot, sebaiknya pilih ukuran dot sesuai dengan kebutuhan si kecil.
Ada botol berukuran kecil dengan daya tampung susu yang tidak begitu banyak. Jenis botol susu yang satu ini biasanya khusus untuk bayi baru lahir.
Saat usia bayi sudah semakin bertambah, Anda bisa memberikannya botol susu dengan ukuran yang lebih besar.
Pemilihan ukuran botol susu ini sebetulnya merupakan keputusan pribadi tergantung dari kebutuhan Anda dan bayi.
Berapa jumlah dot yang sebaiknya Anda miliki?

Tidak ada aturan harus seberapa banyak Anda membelikan dot untuk persediaan si kecil di rumah. Anda bisa menyesuaikan dengan rencana seberapa sering bayi akan menggunakan dot tersebut.
Jika Anda berencana untuk lebih sering memerah ASI atau memberikan susu formula, jumlah botol susu mungkin akan lebih banyak ketimbang saat bayi lebih sering menyusu langsung dari payudara.
Seiring berjalannya waktu, Anda bisa menyesuaikan jumlah dan jenis botol susu bayi berdasarkan kebutuhannya.
Bila perlu, Anda bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk menentukan jenis dot atau botol susu apa yang paling tepat untuk bayi.
Terutama jika si kecil punya masalah kesehatan tertentu, biasanya dokter akan menyarankan jenis dot yang dapat membuat bayi lebih nyaman selama menyusu.
Dot bukan pilihan utama untuk bayi
Pada dasarnya, penggunaan dot pada bayi bukan yang utama dan terbaik. Mengutip dari situs Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), penggunaan dot bisa memicu berbagai masalah pada bayi.
Dot bisa menimbulkan masalah bingung puting sampai meningkatkan risiko infeksi telinga pada si kecil.
AIMI merekomendasikan beberapa media pengganti dot untuk memberikan susu pada bayi, seperti sendok, pipet, cup feeder, dan spuit (alat suntikan tanpa jarum).
Sebaiknya, kenalkan ke empat media tersebut pada bayi agar ia bisa memilih mana yang lebih nyaman.
Saat memberikan susu memakai sendok atau cup feeder, biarkan bayi menyeruput sendiri dan hindari menuang ke mulutnya.
Sementara kalau memakai pipet dan spuit, semprotkan pada bagian pipi bukan tenggorokan. Ini untuk menghindari si kecil tersedak.
Memang tidak mudah untuk memberikan susu dengan ke empat media tersebut. Butuh kesabaran untuk orangtua dan keluarga.
Bila merasa lelah, tenangkan diri dan Anda bisa minta tolong keluarga lain untuk memberikan susu pada bayi.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar